Bongkar Informasi Pangkalan Israel yang Dibombardir Iran, Jurnalis AS Ditangkap Zionis

Loffredo ditangkap atas tuduhan membantu musuh selama masa perang.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Rudal yang ditembakkan dari Iran terbang di atas Galilea Atas, Israel utara, 1 Oktober 2024.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Jeremy Loffredo, 28, seorang jurnalis independen Amerika, ditangkap oleh polisi Israel. Ia dianggap membahayakan keamanan nasional setelah melaporkan lokasi jatuhnya rudal Iran dalam serangan yang dilancarkan awal bulan ini, termasuk di Pangkalan Udara Nevatim milik IDF dan pangkalan intelijen di Israel bagian tengah.

Baca Juga


Dalam laporannya, Loffredo mengatakan bahwa serangan terhadap Gaza dilancarkan dari pangkalan Nevatim dan mengatakan bahwa jet pribadi milik yang digunakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berada di sana.

Seperti dilansir Ynet, polisi pun menangkap Loffredo atas tuduhan membantu musuh selama masa perang dan memberikan informasi kepada musuh.

Penangkapannya telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi insiden diplomatik antara Israel dan AS karena statusnya sebagai jurnalis asing.  Perwakilan dari Kedutaan Besar AS menghadiri Pengadilan Magistrat Yerusalem untuk menghadiri sidang atas permintaan polisi untuk memperpanjang penahanannya.

"Ia menerbitkan informasi tersebut secara terbuka dan lengkap, tanpa berusaha menyembunyikan apa pun. Jika informasi ini merupakan bentuk bantuan kepada musuh, banyak jurnalis lain di Israel, termasuk wartawan Israel, juga harus ditangkap,: kata Pengacara Leah Tsemel yang mewakilinya dalam pembelaannya.

"Seorang mata-mata tidak akan bertindak secara terbuka dan transparan seperti itu."

Targetkan jurnalis

Penangkapan terhadap Loffredo hanya satu dari sekian banyak kejahatan yang dilakukan Israel terhadap pewarta.  Tidak hanya menangkap, rezim Zionis telah menargetkan jurnalis dan reporter yang meliput peristiwa terkait kejahatan yang dilakukan rezim tersebut dalam Perang Gaza, termasuk kekejaman di kamp pengungsi Jabalia.

Tentara Israel menyerang sekelompok jurnalis di Gaza utara, menewaskan satu orang dan menyebabkan operator kamera Aljazirah, Fadi al-Wahidi, terluka parah di bagian leher.

Al-Wahidi ditembak oleh pasukan Israel pada Rabu (9/10) saat meliput di kamp pengungsi Jabalia, menjadikannya kamerawan kedua Aljazirah yang menjadi target serangan Israel pekan ini.

Lebih dari 175 pekerja media telah tewas dalam konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina tersebut. Warganet pro-Palestina di X, menunjukkan solidaritas mereka terhadap rakyat Gaza.

Seorang warganet asal Mesir menulis, "Warga Gaza di selatan mengatakan bahwa pembantaian yang terjadi di Jabalia saat ini belum pernah terjadi sebelumnya."

"Ingat semua video mengerikan yang kalian lihat sepanjang tahun lalu?", tanya warganet tersebut.

"Mereka yang hidup melewati itu mengatakan bahwa kengerian di Jabalia bahkan lebih buruk."

Sejak 7 Oktober 2023, rezim zionis secara sengaja menargetkan jurnalis Palestina untuk mencegah mereka meliput kejahatan rezim tersebut. Organisasi kemanusiaan sangat mengkritik rezim zionis Israel atas serangan terhadap jurnalis.

Lebih dari 42.000 warga Palestina terbunuh, kebanyakan perempuan dan anak-anak, sejak rezim Israel melancarkan perang genosida terhadap Gaza pada 7 Oktober tahun lalu.

Hampir seluruh penduduk wilayah yang diisolasi tersebut mengungsi secara internal dan banyak di antaranya yang sudah berkali-kali mengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler