Ini Strategi Jitu Hizbullah Bobol Pangkalan Militer Israel, Empat Tentara Zionis Tewas

Tidak adanya empat tentara Zionis tewas, 61 personel IDF juga terluka.

AP Photo/Baz Ratner
Tentara Israel membawa peti mati Sersan. Kelas Satu Nazar Itkin, yang terbunuh dalam operasi darat Israel melawan militan Hizbullah di Lebanon, saat pemakamannya di Kiryat Ata, Israel, Minggu, 6 Oktober 2024.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,   BEIRUT -- Sistem pertahanan Israel kebobolan. Serangan pesawat nirawak Hizbullah berhasil menyusup masuk ke pangkalan militer di Israel tengah.

Baca Juga


Menurut otoritas Israel, Ahad (14/10/2024), serangan itu menewaskan empat tentara dan melukai tujuh lainnya. Serangan paling mematikan dilancarkan oleh kelompok militan sejak Israel melancarkan invasi darat ke Lebanon hampir dua minggu lalu.

Hizbullah menyebut serangan di dekat kota Binyamina sebagai pembalasan atas gempuran jet udara Israel di Beirut pada Kamis yang menewaskan 22 orang.

Menurut Hizbullah serangan menargetkan brigade elit Golani Israel. Mereka meluncurkan puluhan rudal sehingga membuat sistem pertahanan udara Israel sibuk selama serangan. Pada saat yang sama 'skuadron' pesawat nirawak Hizbullah menyerang pangkalan Israel.

Layanan penyelamatan nasional Israel mengatakan serangan itu melukai 61 orang. Dengan sistem pertahanan udara Israel yang canggih, jarang sekali begitu banyak orang terluka oleh pesawat nirawak atau rudal.

Hizbullah dan Israel telah saling tembak hampir setiap hari sejak perang di Gaza dimulai, dan pertempuran telah meningkat.

Serangan Hizbullah dilancarkan menyusul kabar bahwa AS mengirim baterai pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (Thaad) ke Israel, yang dilaporkan bersama dengan sekitar 100 tentara AS, yang memperdalam keterlibatan Amerika di wilayah yang dilanda krisis itu.

Terakhir kali AS mengirim sistem rudal semacam itu ke Timur Tengah adalah segera setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu.

Pentagon mengatakan Thaad dikerahkan ke Israel selatan untuk latihan pada tahun 2019. Itu adalah momen terakhir dan satu-satunya waktu yang diketahui bahwa sistem itu ada di sana.

Ketika ditanya mengapa ia memutuskan untuk memberikan izin bagi pengerahan itu? presiden AS Joe Biden menyatakan, "Untuk membela Israel".

Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder menggambarkan pengerahan itu sebagai bagian dari adaptasi militer AS dalam beberapa bulan terakhir untuk mendukung Israel dan membela personel AS dari serangan oleh Iran dan kelompok-kelompok yang didukung Teheran.

Pejabat AS tidak mengatakan seberapa cepat sistem itu akan dikerahkan ke Israel, dan seorang juru bicara militer Israel menolak memberikan jadwal kedatangan sistem tersebut.

Menteri luar negeri Iran, Abbas Araqchi, memperingatkan sebelumnya pada Ahad bahwa AS membahayakan nyawa pasukannya "dengan mengerahkan mereka untuk mengoperasikan sistem rudal AS di Israel.

"Meskipun kami telah melakukan upaya luar biasa dalam beberapa hari terakhir untuk menahan perang habis-habisan di wilayah kami, saya katakan dengan jelas bahwa kami tidak memiliki batasan dalam membela rakyat dan kepentingan kami," tulis Araqchi di X.

Baterai Thaad biasanya membutuhkan sekitar 100 tentara untuk mengoperasikannya. Baterai itu memiliki enam peluncur yang dipasang di truk, dengan delapan pencegat pada setiap peluncur, dan radar yang kuat.

Pada hari Senin pagi, Hizbullah mengancam Israel dengan lebih banyak serangan jika serangannya di Lebanon berlanjut.

Operasi rumit

Dalam sebuah pernyataan, kelompok itu menggambarkan serangan Binyamina sebagai operasi 'rumit'. Puluhan rudal diluncurkan ke arah Nahariya dan Acre di utara Haifa "dengan tujuan membuat sistem pertahanan Israel tetap sibuk.

Pada saat yang sama, Hizbullah meluncurkan 'skuadron berbagai pesawat nirawak, beberapa di antaranya baru pertama kali digunakan', yang berhasil "melewati radar pertahanan udara Israel tanpa terdeteksi" dan menyerang kamp pelatihan di Binyamina di selatan Haifa.

"Pesawat nirawak itu meledak di ruangan-ruangan tempat puluhan perwira dan tentara musuh Israel berada," demikian pernyataan Hizbullah.

Di Lebanon, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Ahad mengecam serangan yang telah melukai beberapa pasukan penjaga perdamaian. Hal itu dikatakan setelah dua tank Israel menghancurkan sebuah gerbang dan memasuki pangkalan secara paksa di selatan negara itu.

Juru bicara PBB Stéphane Dujarric mengatakan, pasukan penjaga perdamaian Unifil tetap berada di semua posisi dan bendera PBB terus berkibar.

"Sekretaris Jenderal menegaskan kembali bahwa personel Unifil dan tempatnya tidak boleh menjadi sasaran. Serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian melanggar hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional. Serangan itu dapat dianggap sebagai kejahatan perang," katanya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Ahad malam, militer Israel mengatakan sebuah tank Merkava telah berusaha mengevakuasi tentara yang terluka dan secara tidak sengaja mundur ke pos Unifil saat diserang di tengah tabir asap.

Dalam pernyataan video yang ditujukan kepada Guterres pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan kembali seruan Israel agar pasukan Unifil menarik diri.

"Sudah waktunya bagi Anda untuk menarik Unifil dari benteng pertahanan Hizbullah dan dari zona pertempuran," katanya.

"IDF telah meminta ini berulang kali dan telah menemui penolakan berulang kali, yang berdampak pada penyediaan perisai manusia bagi teroris Hizbullah." D

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler