Survei Alvara: 77,4 Persen Publik Puas Kinerja Jokowi, Aspek Ini Ada Catatan Penting

Aspek dengan tingkat kepuasan paling rendah adalah dimensi hukum dan ekonomi.

Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Joko Widodo meninjau area panen jagung seluas 50 ha di Kelurahan Brang Biji, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, NTB, Kamis (2/5/2024).
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei Alvara Research Center merilis hasil survei masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin selama lima tahun terakhir. Hasilnya, masyarakat relatif masih puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.

Baca Juga


Deputy CSO Alvara Research Center Lilik Purwandi mengatakan, secara umum publik masih puas pada kinerja Jokowi-Ma’ruf Amin. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada periode 27 September hingga 3 Oktober 2024, menunjukkan bahwa publik yang puas dengan kinerja Jokowi-Ma’ruf Amin sebesar 77,4 persen atau masuk kategori puas.

"Mereka yang puas berasal dari kalangan wanita (78,2 persen) dan Gen Z (78,6 persen). Jika dilihat dari sisi pulau maka publik dengan kepuasan tertinggi ada di Kalimantan (88,7 persen), Bali Nusra (86,3 persen), Maluku Papua (84,5 persen) dan Jawa (80,9 persen), sedangkan kepuasan terendah ada di Sumatra (67,8 persen) dan Sulawesi (60,4 persen)," kata dia melalui keterangannya, Selasa (15/10/2024).

Lilik menyebutkan, aspek dengan tingkat kepuasan tertinggi adalah aspek telekomunikasi, mencapai 90,5 persen atau masuk kategori sangat memuaskan. Setelah itu, kepuasan juga terjadi di aspek pelayanan kependudukan (88,8 persen), transportasi publik (88,6 persen), pelayanan kesehatan (87,7 persen) dan pembangunan infrastruktur (87,3 persen).

Sementara itu, aspek dengan tingkat kepuasan paling rendah adalah dimensi hukum dan dimensi ekonomi, dengan tingkat kepuasan di bawah 70,0 persen. Kepuasan pada dimensi hukum seperti penanganan kriminalitas (69,8 persen), pemberantasan narkoba (68,7 persen), penegakan hukum (67,9 persen), pemberantasan korupsi (63,0 persen), dan pemberantasan judi online (61,2 persen).

Sedangkan dimensi ekonomi memiliki tingkat kepuasan paling rendah (masuk kategori tidak memuaskan) yaitu pada aspek kondisi ekonomi nasional dan stabilitas harga kebutuhan pokok (61,5 persen), pengentasan kemiskinan (60,0 persen), dan kemudahan lapangan kerja (56,8 persen).

Tertekan secara ekonomi..

Lilik menambahkan, dari hasil survei itu, publik dinilai tertekan secara ekonomi. Pasalnya, hasil survei menunjukkan bahwa publik cukup tertekan secara ekonomi. Kondisi ini ditunjukkan dari lima indikator yang digunakan yaitu kondisi pendapatan, kondisi pengeluaran, kondisi tabungan, kondisi investasi, serta perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran. Hasil survei menunjukkan sebagai berikut:

- Kondisi Pendapatan sama saja dibanding tahun lalu (70,2 persen), pendapatan menurun (12,8 persen), dan pendapatan naik (17,0 persen). Tren kenaikan pendapatan dialami oleh kalangan kelas menengah atas, sedangkan tren penurunan pendapatan dialami oleh kalangan kelas menengah bawah dan kelompok miskin.

- Kondisi Pengeluaran mengalami kenaikan dibanding tahun lalu (28,6 persen), dan pengeluaran sama saja dibanding tahun lalu (67,1 persen). Tren kenaikan pengeluaran dialami oleh semua kalangan, baik kelas menengah atas, maupun kelas menengah bawah.

- Kondisi Tabungan berkurang dibanding tahun lalu (19,5 persen), tabungan sama saja dibanding tahun lalu (69,5 persen) dan tabungan meningkat (11,0 persen). Tren penurunan tabungan dialami oleh kalangan kelas menengah bawah dan kelompok miskin.

- Kondisi investasi berkurang dibanding tahun lalu (19,2 persen), investasi sama saja dibanding tahun lalu (74,8 persen), dan investasi yang meningkat (6,0 persen). Kondisi investasi yang menurun banyak dialami oleh kalangan kelas menengah bawah.

- Lebih besar pasak daripada tiang. Publik yang pengeluarannya lebih dari pendapatan sebesar (27,3 persen), pengeluaran sama dengan pendapatan (49,2 persen), dan pengeluaran lebih rendah dari pendapatan (23,5 persen). Kondisi pengeluaran lebih besar dari pendapatan lebih banyak terjadi pada kalangan kelas menengah bawah dan kelompok miskin.

Diketahui, riset dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, data dikumpulkan melalui wawancara tatap muka kepada 1.801 responden yang tersebar di 34 provinsi. Sampel diambil dengan metode penarikan sampel multistage random sampling. Margin of error pada riset ini mencapai 2,35 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Profil responden pada survei ini sesuai profil demografi Indonesia. Responden seimbang antara pria (50,2 persen) dan wanita (49,8 persen). Responden minimal berusia 15 tahun hingga 59 tahun, responden dari Gen Z mencapai 31,8 persen (usia 15-27 tahun), generasi Milenial mencapai 37,6 persen (usia 28-43 tahun), Gen X mencapai 30,7 persen (usia 44-59 tahun), Responden yang tinggal di area urban (perkotaan) mencapai 57,2 persen dan responden yang tinggal di area rural (pedesaan) mencapai 42,8 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler