Orang Terkaya Prancis Bos Louis Vitton Siap Jadikan Paris FC Pesaing PSG
Arnault adalah CEO LVMH, perusahaan di balik 75 merek fesyen termasuk Louis Vuitton.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paris Saint-Germain (PSG) dalam beberapa waktu ke depan tak bisa lagi mengeklaim sebagai simbol Kota Paris sendirian di liga papan atas Prancis. Sebab, PSG akan memiliki pesaing tim sekota Paris FC yang bakal dibekali amunisi kuat.
Bernard Arnault, orang terkaya di Prancis, akan berinvestasi di Paris FC, didukung oleh grup Red Bull. Langkah ini diumumkan pada Kamis (17/10/2024, seperti dikutip Reuters.
Ini akan membuat ibu kota Prancis bakal memiliki klub kedua yang punya kemampuan finansial bersaing di kompetisi elite. Sebelumnya, PSG menjadi klub yang disegani di Prancis dan Eropa karena masuknya Qatar Sports Investments lebih dari satu dekade lalu.
Paris FC, berusia setahun lebih tua dari PSG, saat ini berlaga di Ligue 2. Sama seperti PSG, Paris FC bermarkas di pinggiran Kota Paris.
Keluarga Arnault diharapkan membawa setidaknya 100 juta euro atau sekira Rp 1,69 triliun untuk proyek tersebut, dengan kemungkinan meningkatkan anggaran hingga 200 juta euro atau Rp 3,37 triliun jika klub tersebut mengamankan tempat di Ligue 1 musim depan. Kucuran dana sebesar itu akan menempatkan Paris FC di antara 10 teratas, dan mungkin lima, dalam besaran anggaran di Ligue 1.
Arnault dan keluarganya adalah orang terkaya di Prancis dengan kekayaan bersih gabungan sebesar 188,8 miliar dolar AS (sekira Rp 2.931 triliun). Ia adalah CEO LVMH, perusahaan di balik 75 merek fesyen termasuk Louis Vuitton, Sephora, Tiffany, dan Dior.
Kekuatan finansial ini akan dilengkapi dengan keahlian Red Bull yang luas dalam manajemen olahraga dan pengembangan bakat. Red Bull sudah berhasil membangun klub-klub sukses di seluruh dunia melalui model unik yang memoles bakat dan mengoordinasikan jaringan global mereka yang tersebar di sejumlah negara.
"Setidaknya di atas kertas, ini adalah "pernikahan" yang sempurna karena memiliki tujuan bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat," kata analis olahraga Simon Chadwick kepada Reuters.
"Red Bull menghadirkan keahlian yang telah terbukti selama 20 hingga 30 tahun. Mereka tahu cara mengembangkan properti olahraga, bukan hanya menjual minuman berenergi. Model mereka telah menunjukkan keberhasilan di Salzburg dan Leipzig, dan Paris FC dapat menjadi proyek besar mereka berikutnya."
Basis Penggemar
Meskipun PSG telah memanfaatkan status kota tersebut sebagai ibu kota mode, seni, dan budaya global, Chadwick mencatat bahwa merek klub tersebut masih sangat terkait dengan kepemilikan mereka di Qatar.
"Bagi banyak orang di Paris, PSG telah menjadi wajah Qatar, bukan Paris atau Prancis," jelasnya.
"Hal itu telah meninggalkan celah bagi klub yang benar-benar dapat mewakili kota dan masyarakatnya. Ada keinginan yang sangat nyata untuk klub sepak bola Paris yang aspiratif. Penonton muda, terutama Generasi Z dan Alpha, lebih terbuka terhadap model sepak bola baru, termasuk jaringan bergaya waralaba seperti Red Bull."
Paris FC telah berjuang untuk menemukan basis penggemar, dengan rata-rata kehadiran musim lalu hanya di bawah 5.500 di Stadion Charlety berkapasitas 19.000 penonton meskipun tiket telah diberikan gratis sejak November lalu.
Dengan kurangnya kotak VIP di Charlety, Paris FC mungkin akan pindah ke Stadion Jean Bouin, kandang bagi klub rugbi Top 14 Stade Francais dan terletak hanya beberapa langkah dari Parc des Princes milik PSG.
Namun, akan segera tiba saatnya bagi mereka untuk menemukan solusi yang berkelanjutan. "Paris adalah kota yang sulit untuk proyek infrastruktur,” kata Chadwick.
Namun dengan pengaruh keluarga Arnault dan dukungan Presiden Prancis Emmanuel Macron, menurut Chadwick, ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa mereka dapat melewati rintangan politik dan menemukan kandang di kota tersebut.
"Terlebih lagi, proyek ini dapat menciptakan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi kota tersebut," katanya.
Tergantung pada anggaran mereka, Paris FC juga dapat menantang dominasi Olympique Lyonnais dan PSG di liga utama wanita Prancis.