MRT Setop Layanan Kartu Multitrip Meski Punya Respons Cepat Saat Di-tap, Ini Alasannya

PT MRT Jakarta akan menghentikan layanan kartu multitrip mulai 31 Oktober 2024.

Republika/Thoudy Badai
Penumpang mengantre untuk menempelkan kartu uang elektronik sebelum menaiki kereta MRT di Stasiun Bundaran HI, Jakarta, Ahad (23/6/2024). Pemprov DKI Jakarta menerapkan tarif Rp1 untuk layanan transportasi publik seperti MRT, LRT Jakarta dan Transjakarta mulai dari 22-23 Juni 2024 hari ini dalam rangka HUT ke-497 Jakarta. Pemberlakukan tarif Rp1 ini berlaku pada pukul 00.00-23.59 WIB.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT MRT Jakarta pun akan menghentikan penjualan tiket jelajah berganda atau multitrip (MTT) pada Oktober ini. Upaya transformasi dan digitalisasi pembayaran saat bertransaksi di ekosistem MRT Jakarta menjadi alasan.

"Kami akan terus meningkatkan digital, karena dari tidak akan menjual lagi tiket MRT kartu yang multitrip (MTT) dan kami harapkan lebih banyak mitra kita dari pembayaran digital," ujar Division Head Commercial & Retail PT MRT Jakarta Rendy Primartantyo di Jakarta, Rabu (16/10/2024).

Adapun untuk pengembalian dana dari kartu MTT, Rendy mengatakan, pengguna kartu dapat mendatangi loket-loket tiket di stasiun-stasiun MRT. Nantinya, pengguna mendapatkan pengembalian dana dalam bentuk tunai.

"Tinggal datang ke Stasiun MRT, loket-loketnya kami, itu bisa dikembalikan. Jadi, orang sudah mulai mengembalikan. Saya agak lupa kapan tenggat waktunya. Kami tidak mau merugikan masyarakat," ujar Rendy.

 

Pengembalian saldo MTT dapat dilakukan sampai 14 November 2024 dan kartu dapat dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. MRT Jakarta sebenarnya sudah mulai melakukan pembatasan penjualan kartu jelajah berganda (multitrip) dan sosialisasi pada pengguna terkait rencana menghentikan penjualan kartu jelajah berganda ini sejak November dan Desember 2023.

Menurut Rendy, sebanyak 20 persen pengguna MRT Jakarta hingga saat ini membeli tiket melalui aplikasi MyMRTJ, sementara sisanya menggunakan metode pembayaran digital lain termasuk uang elektronik bank. Rendy mengatakan persentase penggunaan metode pembayaran melalui aplikasi cukup signifikan semenjak pandemi Covid-19 dan ini diharapkan terus meningkat ke depannya.

"Kami inklusif untuk bisa menerima segala jenis pembayaran, semakin banyak jenisnya maka semakin baik untuk penumpang MRT Jakarta," kata Rendy.

Metode pembayaran paylater tersedia di aplikasi MyMRTJ. Pengguna bisa memilih menu profil kemudian klik pembayaran dan menghubungkan akun salah satu layanan paylater. Selanjutnya, pengguna dapat memilih stasiun MRT asal tujuan, jumlah tiket, dan tipe perjalanan. Langkah selanjutnya, klik bayar dan pilih paylater tersebut sebagai metode pembayaran.

Baca Juga



PT MRT Jakarta mengklaim tiket berlangganan yang tersedia pada aplikasi MyMRTJ mendapatkan tanggapan positif pengguna sekalipun tiket ini belum diluncurkan secara resmi pada publik. "Sejauh ini oke. Maksudnya tanggapan dari beberapa (pengguna) yang kami coba untuk ikut sertakan, mereka sangat tertarik, karena kan memudahkan. Jadi enggak tiap kali beli lagi-beli lagi," kata Rendy.

Pengguna MRT Jakarta bisa memilih durasi waktu tiket berlangganan yakni mingguan atau bulanan melalui aplikasi MyMRTJ. Namun, MRT Jakarta belum meluncurkan secara resmi tiket berlangganan ini dan belum dapat mengungkapkan waktu detailnya.

"Sebenarnya peluncurannya itu belum. Masih baru beta. Jadi mungkin, nanti ada pengumuman selanjutnya," kata dia.

PT MRT Jakarta (Perseroda) mencatat sebanyak 29.430.945 orang telah menggunakan layanan MRT sepanjang Januari hingga September 2024 atau kuartal III 2024. Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta (Perseroda) Ahmad Pratomo menilai, angka ini menunjukkan sekitar 107 ribu orang per hari memakai transportasi ini.

Bahkan, saat hari kerja Senin-Jumat, sambung dia, angka keterangkutan telah mencapai 120-130 ribu orang per hari. Ahmad mengutip survei kepuasan pelanggan 2024 yang diinisiasi oleh Community of Metros (COMET) mengemukakan bahwa dengan ketepatan waktu 100 persen, baik waktu tempuh, tunggu, hingga kedatangan kereta, MRT Jakarta lebih unggul dibanding 30 operator dari Eropa, Amerika, maupun Asia.

Adapun sejauh ini, tren peningkatan angka keterangkutan (ridership) berada di lima stasiun, yaitu Dukuh Atas BNI, Bundaran HI Bank DKI, Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, Senayan Mastercard, dan Istora Mandiri. Sejumlah faktor seperti integrasi antarmoda dan gedung di sekitar stasiun, transit mitra pengumpan (feeder), dan program gaya hidup dan kegiatan mendorong peningkatan tersebut.

Lalu, guna menaikkan angka keterangkutan, PT MRT Jakarta (Perseroda) bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dari industri wisata seperti sektor kuliner, aktivitas, hingga pusat perbelanjaan, kesehatan, pendidikan, hingga promo tiket di sejumlah tempat wisata.

Ahmad mengatakan kerja kolaborasi dengan sejumlah operator transportasi publik pengumpan (feeder) juga mendorong peningkatan angka keterangkutan. Lebih jauh lagi, moda pengumpan ini juga mengangkut dari kawasan hunian langsung menuju stasiun terdekat.

Ahmad mengatakan hadirnya angkutan pengumpan ini akan berdampak tidak saja terhadap kenaikan angka keterangkutan, namun juga mendorong kebudayaan menggunakan platform berbagi kendaraan (ride sharing). Secara angka, operator pengumpan ini menyumbang sekitar 22--23 persen angka keterangkutan dari total ridership MRT Jakarta.

Fakta-fakta Longspan LRT Jabodebek - (Tim infografis Republika)

Pada Kamis (17/10/2024), PT MRT Jakarta lewat akun Instagram @mrtjkt mengunggah konten penghentian layanan kartu multirip. Dalam unggahan itu diumumkan, bahwa Kartu MTT akan berakhir masa penggunaannya pada 31 Oktober 2024.

"Untuk menyambut sistem pembayaran cashless, Teman MRT disarankan melakukan pengembalian saldo MTT secara non tunai: aplikasi MyMRTJ App (saldo MartiPay), e-wallet (gopay/DANA), atau pun rekening bank," demikian keterangan di unggahan tersebut.

"Pengembalian saldo MTT dapat dilakukan melalui loket yang ada di stasiun MRT Jakarta terdekat sampai 14 November 2024. Kartu boleh dibawa pulang untuk kenang-kenangan."

Unggahan @mrtjkt itu kemudian mendapat banyak tanggapan dari warganet. Sebagian dari mereka mengaku kecewa lantaran Kartu MTT selama ini dinilai sebagai sistem yang dirasa cepat responsnya saat para pengguna MRT memindai kartu di gerbang pembayaran tiket. Sebagian lagi bertanya-tanya ke depannya mereka harus menggunakan layanan pembayaran apa agar bisa menggunakan MRT.

"Yaaaaahhh padahal kartu ini kartu terbaik karena responsnya paling cepat, kemarin-kemarin sudah seneng banget pake kartu ini karena mirip sama Suica. makin lama dah nih antreannya," ujar salah satu pengguna MRT.

"Padahal MTT kartu paling responsif di tap machine, malah dihapus," kata pengguna MRT lainnya.

"Sayang amat sudah disediakan vending machine khusus top up kartu MRT. Padahal di luar negeri kartu MRT atau subway paling unik dan emang ciri khas dari negara itu. Sementara di kita dikalahkan berbagai macam kartu pembayaran yang kalau di-tap bisa sampe 1 detik lebih. Bikin antrean panjang. Yang tiket online MRT pun juga sama. Lama dibacanya," ujar yang lainnya.

Ada juga warganet yang bertanya, "Jadi sekarang kalau naik MRT pakai apa ya?"

Akun @mrtjkt pun menjawab pertanyaan warganet di atas, "Hai, kak. Untuk naik MRT Jakarta, Kakak dapat menggunakan STT, Jaklingko, KMT CommuterLine, kartu uang elektronik bank seperti e-money, Brizzi, Flazz, TapCash, dan JakCard. Kakak dapat menggunakan aplikasi MyMRTJ dengan menggunakan pembayaran AstraPay, i.saku, kartu kredit Mastercard, blu by BCA Digital, Kredivo, dan Dana. Kakak juga dapat membeli tiket sekali jalan di Ticket Vending Machine MyMRTJ Lite yang ada di semua Stasiun MRT Jakarta dengan pembayaran menggunakan QRIS."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler