Jelang Serangan Israel ke Teheran, Turki: Hak Iran untuk Membela Diri
Dukungan Turki untuk Iran ini disampaikan di tengah rencana Israel serang Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan, Iran berhak membela diri dalam menghadapi potensi konfliknya dengan Israel. Dukungan Turki untuk Iran ini disampaikan di tengah rencana Israel yang akan melakukan serangan ke Teheran.
"Turki telah secara aktif bekerja selama 20 tahun terakhir untuk mempromosikan perdamaian dan mencegah konflik," katanya, seperti dikutip surat kabar Dunya, Kamis (17/10/2024).
Fidan menambahkan, Turki sama sekali tidak mendukung konflik apapun yang melibatkan Iran, terutama yang berpotensi meningkat menjadi perang. "Kami sepenuhnya menentang hal ini, tetapi jika Iran melakukan tindakan bela diri, tentu saja itu adalah hak mereka," katanya.
Menurut Fidan, konflik Israel-Iran harus dianggap sebagai skenario yang sangat mungkin terjadi. Dia menyerukan negara-negara di kawasan untuk menilai kemungkinan ini dengan cara yang sama.
Awal pekan ini, The Washington Post, mengutip pejabat Israel, melaporkan bahwa Israel mungkin akan menyerang Iran dalam beberapa hari mendatang, namun belum ada keputusan akhir terkait target serangan tersebut.
Pada 1 Oktober, Iran melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel sebagai tindakan bela diri. Militer Israel menyatakan Iran menembakkan sekitar 180 misil balistik namun sebagian besar berhasil dicegat.
Pihak Iran mengeklaim bahwa rudal-rudal tersebut mengenai sasaran militer Israel, sedangkan Israel mengeklaim kerusakan yang terjadi "minimal". Rezim Zionis yang melakukan genosida tiada henti di Jalur Gaza, Palestina, itu berjanji akan melakukan pembalasan. Sementara Amerika Serikat menyatakan akan mendukung Israel.
Setelah serangan rudal Iran ke Israel itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden telah gagal di Timur Tengah dan menunjukkan ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan krisis.