Israel Tuding AS Bocorkan Dokumen Rencana Serang Iran
Amerika kedapatan ikut memata-matai Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Dokumen yang dikaitkan dengan Badan Intelijen Geospasial Nasional Amerika (NGA), mengenai persiapan Israel untuk menyerang Iran bocor. Hal itu memicu tudingan oleh pejabat Israel bahwa AS memata-matai dan sengaja membocorkan dokumen tersebut.
Anggota Knesset Israel yang mewakili Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Netanyahu, Tally Gotliv, menuduh AS sengaja membocorkan dokumen tersebut. Dia mengatakan bahwa kejadian itu “tidak terjadi secara kebetulan.”
“Bocornya dokumen tersebut dilakukan dengan sengaja untuk mencegah Israel dan menghalangi Israel menyerang Iran,” klaimnya, seraya menuduh pemerintahan Biden sebagai “boneka Iran.”
Dokumen-dokumen yang bocor itu diterbitkan oleh Middle East Spectator, sebuah Saluran Telegram yang berfokus pada berita-berita terkait Timur Tengah, awalnya bersumber dari seorang yang diduga sebagai pelapor (whistleblower) di Pentagon, yang membagikan dokumen-dokumen tersebut di grup Telegram pribadi.
Meski Middle East Spectator mengatakan pihaknya tidak dapat memastikan keaslian dokumen tersebut, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, Mike Johnson, telah mengonfirmasi bahwa komunitas intelijen Amerika sedang menyelidiki insiden tersebut.
"Kebocoran ini sangat memprihatinkan. Ada beberapa tuduhan serius yang dibuat di sana, penyelidikan sedang dilakukan, dan saya akan mendapat pengarahan mengenai hal itu dalam beberapa jam," kata Johnson kepada CNN.
Dokumen-dokumen ini ditandai sangat rahasia dan diberi tanda FVEY (Five Eyes), artinya dokumen tersebut hanya dimaksudkan untuk dilihat oleh pihak berwenang di AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Informasi rahasia tersebut merinci dugaan persiapan Angkatan Udara Israel untuk menyerang Iran. Dokumen pertama, yang diterbitkan pada 15-16 Oktober 2024, berjudul “Israel: Angkatan Udara Terus Mempersiapkan Serangan terhadap Iran dan Melakukan Latihan Sumber Daya Kekuatan Besar Kedua,” dan menindaklanjuti informasi serupa yang dikumpulkan pada 13 Oktober 2024.
Rinciannya, Angkatan Udara Israel melakukan latihan large force labor (LFE) kedua pada 15 Oktober hingga 16 Oktober, menindaklanjuti latihan LFE yang dilakukan pada 13 Oktober. Selain itu, Angkatan Udara juga menggunakan rudal balistik yang diluncurkan dari udara (ALBM) dan melakukan operasi kendaraan udara tak berawak (UAV).
Dalam konteks ini, 16 rudal Golden Horizon ALBM dan 40 Rocks yang diluncurkan dari udara, dan senjata lainnya sedang ditangani di Pangkalan Udara Hatserim, Pangkalan Udara Ramat David, dan Pangkalan Udara Ramon.
Pengisian bahan bakar udara dan pesawat pengintai lainnya juga dioperasikan pada waktu itu. Dokumen kedua menilai penanganan senjata, pertahanan udara, operasi udara, fasilitas nuklir dan rudal, pasukan khusus, dan Angkatan Laut oleh pasukan pendudukan Israel.
Tingkat penanganan senjata ALBM dianggap sedang, sedangkan penanganan amunisi berpemandu presisi rendah. Mereka juga fokus pada penggunaan rudal berkemampuan nuklir, khususnya Jericho II, dan penggunaan fasilitas nuklir, dengan mengatakan bahwa tidak ada aktivitas signifikan yang tercatat pada 16 Oktober.
Fabian Hinz, pakar Timur Tengah dan analis rudal di lembaga think tank International Institute for Strategic Studies, menggambarkan kebocoran tersebut “sangat merusak” karena mengungkap senjata dan kemampuan rahasia Israel sebelumnya.
Dokumen itu membocorkan kepemilikan Israel atas rudal balistik Golden Horizon. Rudal yang diluncurkan dari udara itu belum pernah diungkapkan sebelumnya sehingga rincian penting, jangkauan, muatan, dan tingkat kemampuan manuvernya di tengah penerbangan tidak diketahui.
Karena rudal-rudal tersebut akan diluncurkan dari jarak jauh – mungkin dari wilayah udara Irak – “mempertahankan serangan terhadap rudal-rudal tersebut cukup sulit,” kata Hinz kepada the Guardian. Terutama bagi Iran yang sistem pertahanan udaranya dianggap tidak terlalu kuat.
Israel tidak diketahui memiliki pesawat tak berawak rahasia jarak jauh, yang menurut dokumen digunakan untuk pengintaian. “Drone Heron dan Hermes yang ada saat ini dianggap rentan terhadap deteksi Iran,” kata Hinz.
Pemantauan AS yang bocor dalam dokumen tersebut digambarkan canggih karena diperlukan pemahaman tingkat tinggi untuk memahami pergerakan militer yang terekam oleh citra satelit dan sarana lainnya. “Semua orang tahu bahwa praktik spionase bisa terjadi. Namun ketika ada sebuah negara, sekutu terdekat Israel, secara terbuka menunjukkan tindakan memata-matai sekutunya, itu memalukan.”
Mick Mulroy, mantan pejabat pertahanan AS, mengatakan kepada CNN bahwa jika kebocoran itu benar, berarti rencana taktis Israel untuk menyerang Iran telah bocor, sehingga menandai adanya “pelanggaran serius”.
“Koordinasi masa depan antara AS dan Israel juga bisa mendapat tantangan. Kepercayaan adalah komponen kunci dalam hubungan ini, dan tergantung bagaimana hal ini dibocorkan, kepercayaan bisa terkikis,” tegasnya.
Sementara, militer AS telah mengirimkan sistem anti-rudal canggihnya ke Israel dan sekarang sistem tersebut “sudah siap”, kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada hari Senin.
THAAD, atau sistem Terminal High Altitude Area Defense, adalah bagian penting dari sistem pertahanan udara berlapis militer AS dan menambah pertahanan anti-rudal Israel yang sudah tangguh. “Sistem THAAD sudah ada,” kata Austin, berbicara kepada wartawan sebelum dia tiba di Ukraina pada hari Senin.
Dia menolak mengatakan apakah proyek tersebut sudah beroperasi, namun menambahkan: “Kami memiliki kemampuan untuk menjalankannya dengan sangat cepat dan kami memenuhi harapan kami.”
Baterai pertahanan rudal tersebut dikirim oleh militer AS untuk melindungi Israel jika terjadi reaksi Iran terhadap serangan balasan Israel setelah Teheran menembakkan 200 rudal balistik ke Israel awal bulan ini.