Lima Hal Terlarang yang Bikin Rezeki Anda Tersendat, Jangan Dilakukan!
Siapa yang berjalan di bumi dengan kerendahan hati maka ia memperoleh rezeki.
REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu menjamin ketersediaan rezeki tidak hanya bagi manusia tetapi kepada setiap makhluk-Nya, termasuk binatang.
Allah SWT mengatur segala aspek kehidupan, termasuk rezeki, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Pandangan ini memberikan penghiburan dan kepercayaan bagi umat Islam bahwa tidak perlu khawatir atau cemas terhadap kecukupan rezeki.
Meskipun manusia memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan berusaha, namun pada akhirnya rezeki datang atas kehendak dan kebaikan Allah SWT. Dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan manusia untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan-Nya serta menjalankan kewajiban berbagi kepada sesama sebagai tanda terima kasih atas nikmat yang telah diberikan.
Dalam Surat Hud ayat 6, Allah SWT berfirman, "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)."
Riwayat hadits juga menjelaskan soal kepastian rezeki bagi setiap hamba. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili, Nabi Muhammad SAW bersabda:
(إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها، وتستوعِبَ رزقَها، فاتَّقوا اللهَ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ)
"Sungguh ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara menjemput rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." (HR. Abu Nu'aim, tercantum dalam Shahih Al Jami')
Meski demikian terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian, karena bisa mencegah atau mempersempit turunnya rezeki kepada seorang hamba. Alquran dan hadits telah memberi pesan terkait perbuatan yang bisa mencegah rezeki turun. Berikut penjelasannya.
1. Tidak berdoa dengan sungguh-sungguh
Suatu hari Nabi Muhammad SAW memasuki masjid dan menemukan Abu Umamah sendirian dan tampak cemas dan tertekan. Dia mengatakan kepada Rasul, "Kecemasan dan utang membebani aku." Lalu Nabi SAW mengajarkan kepadanya tentang doa agar dijauhkan berbagai hal yang buruk.
Nabi SAW memintanya untuk mengucapkan doa berikut ini di saat mau tidur dan selepas bangun tidur:
اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، وأعوذ بك من العجز والكسل ، ومن الجبن والبخل ، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال ،
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan dari ketakutan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari penindasan." (HR. Abu Daud)
2. Memutus ikatan tali silaturahim
Putusnya ikatan silaturahim, dalam hal ini ikatan kekerabatan keluarga, juga menjadi salah satu penyebab yang mencegah rezeki turun. Seperti sulit mencari nafkah dan sulit dalam berwirausaha. Karena itu, faktor ini perlu direnungi oleh setiap Muslim yang sedang dirundung kesulitan.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
(مَن سَرَّهُ أنْ يُبْسَطَ عليه رِزْقُهُ، أوْ يُنْسَأَ في أثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ)
"Siapa yang ingin dilapangkan pintu rizeki untuknya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturrahim." (HR. Bukhari)
3. Kikir
Ketika seorang Muslim selalu gelisah dalam hidup, maka tidak menutup kemungkinan ini karena dia bersikap kikir atas apa yang dimilikinya. Padahal Alquran telah mengabadikan janji Allah SWT bagi para hamba yang menafkahkan hartanya di jalan kebaikan.
Allah SWT berfirman:
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik." (QS. Saba' ayat 39)
4. Malas
Tawakal kepada Allah SWT bukan berarti malas berusaha. Seorang Muslim tidak bisa mendapatkan rezeki dengan sikap malas dan enggan berusaha. Siapa yang berusaha maka ia akan mendapatkannya. Siapa yang menabur maka ia akan menuainya.
Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
"Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al Mulk ayat 15)
Ulama Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan, siapa yang berjalan di bumi dengan penuh kerendahan hati maka ia memperoleh rezeki dari apa yang telah Allah berikan kepadanya. Adapun siapa yang lalai atau malas maka dia sepantasnya tidak mendapatkan rezeki, kecuali ia mengambil hak orang lain. Karena itu, Islam menyerukan untuk berjuang dan bekerja, dan memberi peringatan terhadap sikap malas dan menganggur.
5. Beribadah tanpa keikhlasan
Mungkin ada sebagian Muslim yang tampak selalu beribadah tapi menyertakan hatinya. Menghadirkan qolbu dalam setiap ibadah termasuk kunci mendatangkan kemudahan. Rezeki terhalang datang ketika seorang Muslim tidak menghadirkan hati pada setiap amal ibadah yang dilakukan.
Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"إن الله تعالى يقول: يا ابن آدم، تفرغ لعبادتي أملأ صدرك غنى، وأسد فقرك، وإن لا تفعل ملأت يدك شغلًا، ولم أسد فقرك"، رواه الترمذي وابن ماجه وصححه الألباني.
"Allah berfirman, 'Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan (batin). Aku akan hilangkan kemiskinanmu. Jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan masuki hatimu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menghilangkan kemiskinanmu.'" (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)