Mengapa Pria Bisa Menjadi Perayu yang Sangat Meyakinkan? Ini Penjelasan Aisah Dahlan
Kisah tentang Aisyah dan Rasulullah juga diangkat dalam ceramah tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadzah Aisah Dahlan turut berbicara dalam sebuah acara bertema Indahnya Cinta Aisyah yang dihelat Sisters Shift Community di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis (24/10/2024). Dalam acara tersebut, Ustadzah Aisah menjelaskan tentang peran hormon dan otak pada laki-laki dan perempuan, khususnya dalam rentang usia 17 hingga 25 tahun. Pada usia ini, hormon testosteron pada laki-laki berada pada puncaknya dan dijuluki sebagai "Sang Raja".
Testosteron membuat pria menjadi dominan, agresif, dan berorientasi pada sasaran. Hormon ini mengaktifkan sirkuit seksual dan agresif, membuat pria berjuang keras untuk memenuhi hasrat mencari pasangan serta mengedepankan keyakinan dan keberanian. Selain itu, hormon ini bisa menjadikan pria sebagai perayu yang sangat meyakinkan.
Seiring dengan testosteron, hormon vasopresin juga berperan penting pada pria usia ini. Vasopresin dijuluki sebagai "Ksatria", yang membentuk sikap sopan terhadap perempuan. Hormon ini mendorong kesetiaan atau monogami dan memotivasi pria untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi. Bersama dengan testosteron, vasopresin membentuk karakter maskulinitas pada pria.
Dalam ceramahnya, Ustadzah Aisah Dahlan juga membahas perbedaan antara slot laki-laki dan perempuan dalam hal produksi hormon. "Pada usia 60 tahun ke atas, hormon perempuan berkurang drastis, sedangkan pria dapat terus memproduksi hormon hingga usia 70 tahun."Ujarnya
Rasulullah SAW adalah contoh nyata dari prinsip monogami di usia muda. Hingga usia 50 tahun, Nabi hanya memiliki satu istri, yaitu Sayyidah Khadijah, sebelum menikah dengan Sayyidah Aisyah dan istri-istri lainnya.
Kisah tentang Aisyah dan Rasulullah juga diangkat dalam ceramah tersebut. Menurut Ustadzah Aisah, Rasulullah sangat menghargai upaya Sayyidah Aisyah dalam menjaga penampilan. Aisyah senang berhias dan selalu tampil wangi di hadapan Rasulullah.
Dalam sebuah kisah, ketika Rasulullah bertanya kepada Aisyah tentang apa yang dia kenakan, Aisyah menjawab bahwa ia berhias untuk membahagiakan suaminya. Aisyah juga terkenal rajin berdandan dan berhias untuk Rasulullah, bahkan pada saat Rasulullah sudah wafat.
Ustadzah Aisah Dahlan menjelaskan bahwa "emosi perempuan lebih dominan dibanding laki-laki, hal ini disebabkan oleh corpus callosum, bagian otak yang menghubungkan otak kiri dan kanan, yang 30% lebih tebal pada perempuan."katanya
Hal ini memungkinkan perempuan untuk multitasking dan merasakan emosi lebih intens. Rasulullah SAW sangat paham akan hal ini dan mengetahui kapan Sayyidah Aisyah marah. Beliau mencatat bahwa ketika Aisyah marah, ia cenderung membuang muka dan enggan menyebut nama Rasulullah secara langsung.
Namun, meskipun dalam keadaan marah, Rasulullah tidak pernah memperlakukan Aisyah dengan kasar. Sebaliknya, beliau selalu bersikap lembut dan penuh pengertian. Ustadzah Aisah juga menekankan wanita memiliki kecenderungan untuk curhat, yang merupakan bagian dari sifat mereka yang berbeda dengan laki-laki.
Melalui berbagai kisah ini, Ustadzah Aisah mengajarkan kepada jamaah tentang pentingnya memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan, baik dari segi hormon maupun cara berpikir. Rasulullah SAW sebagai teladan selalu memperlakukan istrinya dengan kelembutan, bahkan ketika mereka sedang dilanda kecemburuan atau marah.
Cemburu, menurut Ustadzah Aisah, adalah sebuah bukti cinta, seperti yang ditunjukkan oleh Sayyidah Aisyah ketika merasa cemburu terhadap Sayyidah Khadijah, meskipun tidak pernah bertemu dengannya.