MUI Serukan Umat Islam Rapatkan Saf Sikapi Kondisi Terkini Gaza
Israel terus melakukan serangan intensif di Jalur Gaza
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mencermati situasi terkini di Gaza dan pascagugurnya Yahya Sinwar yang dibunuh oleh tentara Israel belum lama ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk merapatkan barisan (saf).
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, menegaskan bahwa Israel tidak akan menghentikan genosida terhadap masyarakat sipil di Gaza dan penghancuran total Gaza.
Hal ini juga sudah ditegaskan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan tidak lama setelah syahidnya Yahya Sinwar.
Pada hakikatnya, menurut dia, Israel yang didukung penuh Amerika Serikat telah membunuh kemanusiaan global dan menghancurkan hukum internasional dan peradaban dunia. Dia pun menyebut Israel dan Amerika adalah negara yang tidak punya nurani dan akal sehat.
"Terkait dengan itu, saya ingin kembali menyampaikan dan menyerukan kepada seluruh umat Islam merapatkan barisan atau saf untuk terus memanjatkan doa perlindungan dari Allah terhadap warga Gaza," ujar Prof Sudarnoto dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/10/2024).
Menurut dia, doa tersebut harus terus dipanjatkan di masjid-masjid, mushola dalam khutbah Jumat dan dalam berbagai acara keagamaan lainnya. Tidak hanya itu, menurut dia, bantuan kemanusiaan juga harus terus digalakkan melalui lembaga yang sah dan kredibel.
"Kepada umat beragama lain diserukan juga untuk doa hentikan genosida, hentikan pembunuhan dan penghancuran. Ini masalah kemanusiaan kita semua yang beragama apapun," ucap Prof Sudarnoto.
Dia juga meminta kepada sebagian negara anggota OKI yang selama ini menunjukkan kepeduliannya terhadap Palestina untuk merapatkan barisan berkonsolidasi melakukan langkah langkah cepat dan terukur untuk hentikan brutalitas Israel.
"Kepada pemerintah Indonesia yang baru terbentuk untuk bersegera melakukan langkah penting, bersama negara negara lain, menghentikan genosida dan penghancuran," kata Prof Sudarnoto.
BACA JUGA: 9 Berita Gembira untuk Mereka yang Rajin Sholat Subuh Berjamaah
"Di samping itu, diperlukan upaya memperkuat engagement dengan civil society untuk bersama sama menangani soal Palestina," jelas dia.
Prof Sudarno juga menyerukan kepada masyarakat untuk waspsda dan berhati-hati terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang menyebarkan info yang salah tentang perjuangan Palestina.
"Kelompok zionis ini akan terus melakukan agitasi yang melemahkan spirit pembelaan terhadap Palestima dan bahkan merusak komitmen bangsa untuk bela Palestina," kata dia.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 115 warga Palestina gugur dalam serangan Israel yang tiada henti di Jalur Gaza, sehingga jumlah korban gugur secara keseluruhan sejak tahun lalu menjadi 42.718 orang.
Pernyataan kementerian yang dikeluarkan pada Selasa (22/10/2024) itu juga menyebutkan bahwa sekitar 100.282 orang lainnya juga terluka dalam serangan Israel yang sedang berlangsung selama setahun di Gaza.
“Pendudukan Israel telah melakukan tujuh pembantaian keluarga dalam 48 jam terakhir yang mengakibatkan 115 kematian dan 487 korban luka-luka,” kata kementerian itu.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel terus melanjutkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang terus berlangsung dan menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
BACA JUGA: Ehsan Daqsa Komandan Elite IDF Tewas Mengenaskan di Jabalia Utara, Ini Jejak Militernya
Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas telah gagal karena penolakan Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.
Sumber: aljazeera