Nouman Ali Khan: Pernah Jadi Ateis, Bermimpi Terbaring di Kuburan yang Mengeluarkan Api

Ada suara yang berpesan, api itu menyala karena ia tidak melaksanakan sholat.

dok. Setwapres
Wapres Jusuf Kalla menerima Ulama Muda asal Amerika Nouman Ali Khan di kediaman dinas Wakil Presiden RI, Senin (7/5).
Rep: MgRol 153 Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Dai internasional asal Amerika Serikat, Nouman Ali Khan, mengalami perjalanan spiritual yang tidak sebentar. Meski dibesarkan dalam keluarga Muslim, Nouman pernah berstatus sebagai ateis sebelum menemukan cahaya Islam yang kelak mengubah hidupnya.

Baca Juga


"Awalnya, Saya memandang agama sebagai sesuatu yang mengekang kebebasan. Namun, pandangan itu berubah setelah ia mengalami mimpi yang mengguncang batin," ujar Nouman Ali Khan dalam YouTube Towerds Eternity.

Dalam mimpi tersebut, dai berdarah Pakistan tersebut melihat dirinya terbaring di kuburan yang mengeluarkan api. Ada suara yang berpesan, api itu menyala karena ia tidak melaksanakan sholat.

Mimpi tersebut membekas dan memicunya untuk memperbaiki diri serta mendekatkan diri pada agama. Dia pun menangis hingga terbangun.

Seiring berjalannya waktu, Nouman mulai rutin beribadah meskipun menghadapi berbagai rintangan, seperti lingkungan kerja yang sibuk dan budaya sosial yang berbeda. Setelah mengalami perjalanan spiritual tersebut, dia mengungkapkan, "Saya memutuskan untuk mendalami Alqur’an bersama seorang ustadz bernama Dr. Sami," katanya.

Pendekatan Dr. Sami yang menyampaikan ayat-ayat Alquran dengan terjemahan yang terasa seperti percakapan pribadi membuat Nouman merasa seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepadanya. Hal ini menguatkan pemahamannya terhadap Alquran dan membantunya melihat kehidupan dari perspektif yang lebih luas, membebaskannya dari pandangan yang terlalu duniawi.

Selain memperdalam Alquran, dia juga mempelajari bahasa Arab untuk lebih memahami makna yang terkandung di dalamnya. Nouman juga merasakan bahwa Alquran memberikan bimbingan dalam hidupnya, membantunya memprioritaskan apa yang benar di mata Tuhan daripada mengikuti pandangan orang lain. Alquran membuatnya merasa rendah hati dan berharga sebagai individu yang diperlakukan istimewa oleh Tuhan.

Dia mengaku terinspirasi oleh orang-orang yang ditemuinya dalam perjalanan ini, seperti penerjemah sukarelawan yang tetap mendedikasikan waktu untuk menerjemahkan Alquran meskipun menjadi korban bencana. Semua ini memberikan contoh pengorbanan dan ketulusan yang membuatnya semakin yakin dengan jalannya.

Kisah ini menyoroti bagaimana transformasi spiritual seseorang yang sebelumnya jauh dari agama dapat membawa perubahan besar dalam hidup. Hubungannya dengan Alqur’an membuatnya merasa lebih dekat dengan Tuhan dan mampu melihat dunia secara lebih luas.

Melalui refleksi pribadi, ulama muda ini mengaku pentingnya niat dan ketulusan dalam memperbaiki diri. Dia pun berharap agar tindakannya membawa manfaat bagi orang lain dan menjadi berkah bagi dirinya.

"saya juga mengapresiasi komentar terbaik yang pernah saya terima yaitu doa agar Tuhan mengampuni kesalahan dan menerima amal baik,"ujar dia.

 

Kisah ini menyoroti mukjizat Al-Qur’an yang menawarkan kedalaman makna sesuai dengan pemahaman masing-masing individu, memungkinkan setiap orang mendapatkan pengalaman yang unik. Bagi Nouman, mukjizat ini adalah cara agar Alqur’an memandu setiap orang ke dalam pemahaman yang benar.

Nouman juga mengomentari fenomena meningkatnya jumlah ateis.  Salah satu penyebabnya, ujar dia, adalah kurangnya penyampaian agama yang cerdas dan relevan. Nouman mengatakan, Islam perlu disampaikan dengan pemahaman mendalam dan pendekatan yang benar.

"Agar generasi muda yang mempertanyakan agama dapat menemukan jawaban yang relevan,"ujar dia.

Selain itu, Nouman mengungkapkan kekagumannya terhadap Nabi Muhammad SAW, terutama kemampuan Nabi dalam menginspirasi serta mempersatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Baginya, Nabi Muhammad adalah contoh kepemimpinan yang luar biasa serta model ikatan sosial yang ideal. 

Dalam pesannya kepada generasi muda, dia menekankan pentingnya keseriusan dalam belajar, membuat batasan diri, dan bersikap kritis serta hati-hati dalam berinteraksi dengan orang lain.


Di akhir kisah, dia menyinggung konsep keselamatan sebagai salah satu perbedaan utama antara Islam dan Kristen. Dalam pandangannya, dialog yang menyoroti tema ini dapat menjadi kunci dalam membangun pemahaman antaragama. Ia juga berbagi pemikirannya mengenai perbedaan penafsiran antara Kristen dan Islam mengenai konsep Tuhan dan firman (logos).

"Dalam teologi Kristen, Yesus dipandang sebagai firman Allah yang kekal. Namun, dalam Alqur’an, firman Allah bukan bagian dari keabadian Tuhan, melainkan perintah yang menjadi nyata ketika Allah menghendakinya. Alqur’an memberikan koreksi dan klarifikasi terhadap konsep-konsep dari kitab suci sebelumnya, seperti kisah Adam, Maria, dan Yesus, tanpa sepenuhnya menolak ajaran yang ada." Ujar Nouman

Dia mengapresiasi upaya tim dakwah yang menyebarkan ajaran Islam ke berbagai bahasa, serta mendoakan agar upaya mereka diberkahi. Ia berharap proyek ini bisa menjadi inspirasi global, agar semakin banyak orang yang mendalami Alqur’an di berbagai belahan dunia.

Nouman juga mengajak para pendengar untuk berkontribusi dalam misi ini, baik melalui dukungan materi maupun menjadi bagian dari gerakan dakwah ini. Pesannya mencerminkan harapan agar program ini terus berkembang hingga menjangkau seluruh dunia dan menyebarkan pesan Islam ke lebih banyak orang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler