Mau Nyoba Cokelat Dubai? Cek Dulu Titik Kritis Halalnya Sebelum Beli
Sebagai umat Islam, penting untuk memperhatikan titik kritis kehalalan cokelat Dubai.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cokelat dubai belakangan ini sedang viral dan banyak diburu pada pencinta kuliner di Indonesia. Banyak foodie yang rela menitip ke jastiper demi mencicipi cokelat bar isian pistachio dan kunafa yang dibuat oleh toko cokelat di Dubai, Fix Dessert Chocolatier.
Namun demikian, sebagai umat Islam, penting untuk memperhatikan titik kritis kehalalan cokelat Dubai tersebut. Pegiat halal sekaligus Founder Halal Corner, Aisha Maharani, mengungkapkan titik kritis halal dari cokelat Dubai utamanya terdapat pada bahan utama cokelat dan bahan isian kunafa.
Aisha mengatakan beberapa cokelat terbuat dari bahan utama gula, susu, lemak, khamr, dan lesitin. Meskipun gula merupakan bahan nabati, namun pada proses produksinya gula bisa saja dibuat menggunakan pemutih yang perlu ditinjau kehalalannya.
Titik kritis lainnya pada bahan cokelat adalah susu, yang dalam proses pengolahannya berpotensi terpapar kontaminasi dengan barang haram. Lalu ada juga khamr yang terdapat dalam rum yang terkadang dimasukkan ke dalam cokelat.
“Lemak dan lesitin juga sebagai emulsifier dalam pengolahan membuat cokelat, dan perlu dipastikan bahwa keduanya tidak menggunakan babi,” kata Aisha saat dihubungi Republika.co.id, Senin (28/10/2024).
Aisha lebih lanjut menjelaskan titik kritis kehalalan cokelat dubai terletak pada kunafa. Kunafa terbuat dari bahan adonan kataifi sebagai dasarnya. Kataifi dough merupakan adonan phyllo yang digulung dan diiris halus. Bahan dasar pembuatan adonan kataifi adalah minyak sayur, tepung terigu, tepung maizena, air dan garam.
Menurut Aisha, minyak sayur memiliki titik kritis halal yaitu pada asam yang digunakan dalam proses degumming harus berasal dari bahan halal. Lalu sumber karbon aktif yang digunakan dalam proses bleaching harus diperhatikan karena bisa berasal dari tulang hewan.
Kemudian titik kritis tepung terigu, ada pada proses pembuatannya. Dalam membuat tepung terigu, jelas Aisha, diperlukan asam amino L-sistein yang digunakan untuk melunakkan gluten gandum, sehingga tepung terigu yang dihasilkan menjadi lebih lembut dan volumenya lebih besar.
“L-sistein dapat diperoleh dari hasil ekstraksi rambut manusia, bulu binatang, dan produk microbial. Jadi memang tepung terigu ini pada prosesnya melibatkan mikrobiologis yang dapat menggunakan media tidak halal,” kata Aisha.