Israel Lakukan Pembantaian di Beit Lahiya, 100 Lebih Syahid
Sekitar 25 yang syahid akibat serangan di Beit Lahiya adalah anak-anak.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pasukan pendudukan Israel melakukan pembantaian brutal, menargetkan berbagai lokasi di Jalur Gaza dengan serangan intensif. Sekitar 109 syahid saat bombardir Israel menargetkan sebuah kompleks perumahan berisi 200 pengungsi di Beit Lahiya di utara Gaza, kemarin.
Sumber medis mengatakan bahwa 115 orang telah syahid akibat serangan Israel di Gaza sejak kemarin fajar. Jumlah tersebut termasuk 109 yang syahid di Beit Lahiya yang menampung sekitar 200 orang. Sejauh ini, jumlah syuhada sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 meningkat menjadi 43.061 orang, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Sekitar 101.223 lainnya terluka.
Koresponden Aljazirah mengkonfirmasi penemuan jenazah puluhan syuhada menyusul pemboman Israel yang menargetkan rumah lima lantai milik keluarga Abu Nasr di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada Selasa pagi. Saksi mata menjelaskan bahwa di antara para syuhada ada 25 anak-anak. Utara Gaza telah dikepung Israel selama lebih dari tiga minggu dan para pejabat mengatakan lebih dari 1.000 orang telah terbunuh selama waktu tersebut.
“Ini bom tanpa peringatan. Seperti yang Anda lihat, ada banyak syuhada di mana-mana. Mayat tergantung di dinding,” kata saksi mata Ismail Ouaida. Kebanyakan dari mereka yang syahid dalam serangan itu adalah perempuan dan anak-anak, menurut petugas medis. Beberapa orang yang selamat dibiarkan mencoba mengidentifikasi kerabat mereka.
“Kedua putra saya dan seluruh keluarganya terbunuh. Putri saya yang belum menikah juga dibunuh. Dan putri saya yang lain dengan kelima anaknya. Semua terbunuh. Kesalahan apa yang mereka lakukan? Apa yang dilakukan orang-orang tak berdosa itu hingga dibantai seperti ini?” tanya seorang ibu Palestina.
Aljazirah melansir, tim penyelamat dan anggota keluarga mencari di antara puing-puing beton dari bangunan tempat tinggal lima lantai yang dihancurkan di Beit Lahiya di utara Gaza yang dihancurkan Israel, menewaskan sedikitnya 109 orang.
Sesosok tubuh hangus dengan rambut panjang tergantung di jendela lantai atas dan jenazah-jenazah yang dibungkus selimut berjejer di jalan di bawah, sementara sanak saudara yang terkejut berusaha mengidentifikasi korban jiwa.
“Ledakan terjadi pada malam hari dan saya awalnya mengira itu adalah penembakan, namun ketika saya keluar setelah matahari terbit, saya melihat orang-orang menarik jenazah, anggota badan, dan orang-orang yang terluka dari bawah reruntuhan,” kata Rabie al-Shandagly (30 tahun) yang mengungsi di sebuah gedung sekolah terdekat di Beit Lahiya.
“Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, dan orang-orang berusaha menyelamatkan yang terluka. Tapi tidak ada rumah sakit atau perawatan medis yang layak,” katanya.
Rumah Sakit Al-Awda, sebuah fasilitas di bagian utara Jalur Gaza, yang masih beroperasi dan menawarkan perawatan medis, tidak mampu menampung sejumlah besar korban luka. Banyak orang ditarik keluar dari reruntuhan. Korban berada dalam kondisi kritis. Mereka mengalami pendarahan hebat atau tertimpa beban berat dari potongan beton besar yang menimpa kepala mereka saat mereka sedang tidur.
Saksi mata lain menyatakan ada anggota keluarga mereka yang benar-benar musnah. Mereka hancur lebur karena intensitas ledakan sementara sebuah bangunan yang tadinya berdiri lima lantai kini berubah menjadi tumpukan puing. Saksi mata mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa puluhan orang yang terluka masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang hancur, tempat sekitar 200 pengungsi Palestina tinggal, termasuk wanita dan anak-anak.
Direktur kantor media pemerintah Gaza, Ismail Al-Thawabta mengatakan kepada Aljazirah Arabia bahwa puluhan orang yang terluka tiba di Rumah Sakit Kamal Adwan, yang sudah tidak berfungsi lagi, dan tidak ada yang bisa merawat mereka. Dia menambahkan bahwa bangunan yang ditargetkan Israel menampung 200 orang. Sejauh ini, sudah 83 orang yang dimakamkan.
Dr Hussam Abu Safia, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, mengatakan puluhan orang yang terluka telah tiba di fasilitas tersebut dan mendesak semua ahli bedah untuk kembali ke sana untuk merawat mereka. Banyak korban luka mungkin meninggal karena kurangnya sumber daya di rumah sakit, katanya kepada Aljazirah.
“Dunia harus mengambil tindakan dan tidak hanya menyaksikan genosida di Jalur Gaza,” tambahnya. “Kami menyerukan dunia untuk mengirimkan delegasi medis khusus untuk merawat puluhan orang yang terluka di rumah sakit.”
Sedangkan pada Selasa malam, militer Israel kembali menargetkan daerah pemukiman di Beit Lahia, yang mengakibatkan 16 orang syahid, termasuk anak-anak. Lainnya masih hilang di bawah reruntuhan.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan ada panggilan mendesak bagi tim Pertahanan Sipil untuk menuju ke lokasi pembantaian. Namun, dia menegaskan kembali bahwa tidak ada lagi layanan Pertahanan Sipil atau medis di Gaza utara.
Selain itu, pasukan pendudukan Israel menghancurkan rumah-rumah di sekitar Sekolah al-Fakhoura, sebelah barat kamp Jabalia di Gaza utara. Pengeboman Israel meluas ke wilayah lain di Jalur Gaza, di mana dua warga Palestina lainnya syahid dan lainnya terluka dalam serangan artileri di wilayah Safatwi, barat laut Kota Gaza.