Ekonomi Syariah, Solusi Kendala Pertumbuhan Keuangan Mikro
Ekonomi berbasis syariat dinilai menawarkan sistem yang menyejahterakan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Institute of Developing Economics, Japan External Trade Organization (Jetro), Miki Hamada, mengungkapkan ekonomi syariah merupakan solusi dari kendala pertumbuhan keuangan mikro. Sebab, ekonomi berbasis syariat dinilai menawarkan sistem yang menyejahterakan sasaran utama sektor keuangan mikro, yakni masyarakat rentan, seperti masyarakat miskin serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Misi penting keuangan mikro adalah menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat miskin, perempuan, dan UMKM. Keuangan mikro menyediakan inklusi keuangan, yang kemudian mendukung pembangunan ekonomi,” kata Miki saat mengisi materi di International Seminar on Islamic Economy and Finance Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) Bank Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Miki menerangkan sekilas mengenai historikal dari keuangan mikro. Cikal bakalnya berawal dari Bank Grameen yang dicetuskan oleh Muhammad Yunus dari Bangladesh, yang terinspirasi dari bencana kelaparan di Bangladesh pada sekira 1974.
Lantas, model Bank Grameen dan spirit-nya pun menyebar di dunia, yang kemudian disebut pendekatan tradisional keuangan mikro. Targetnya adalah orang-orang miskin, perempuan, pinjaman kelompok, tanggung gugat bersama, bebas agunan, dan pembayaran bunga gratis. Itu dianggap sebagai inovasi yang sangat bagus. Poin plus-nya, itu menurunkan risiko asimetri informasi, biaya transaksi, atau biaya pemantauan.
Namun, model jenis itu, kata Miki, tidak selalu berhasil. Menurut penuturannya, ada banyak contoh yang berhasil, tetapi ada juga yang gagal. Hal itu seiring dengan terjadinya transformasi. Ia menyebut, nilai-nilai keuangan mikro bergeser ke arah pinjaman perorangan, atau produk yang jauh lebih fleksibel, atau integrasi. Berkat integrasi dan digitalisasi, layanan atau produk dapat disesuaikan dengan klien keuangan.
“Terkadang ada masalah penyimpangan misi, jika lembaga keuangan mikro semakin besar, atau ada kinerja yang sukses. Karena semakin besar (lembaga keuangan mikro), semakin besar pula layanan klien yang jauh lebih besar. Mereka meninggalkan orang miskin, segmen pelanggan miskin. Ini adalah salah satu masalah keuangan mikro yang sangat sulit,” ungkapnya.
Miki menerangkan bahwa ada begitu banyak penelitian tentang keuangan mikro. Di antara studi tersebut menunjukkan bahwa ada tiga faktor terpenting dari masalah keuangan mikro, yakni jangkauan, dampak, dan keberlanjutan keuangan.
“Meskipun mereka dapat menjangkau orang paling miskin, atau orang miskin dapat memperoleh keuntungan, tetapi lembaga keuangan itu sendiri tidak dapat berkelanjutan. Ada trade-off,” jelasnya.
Peran ekonomi syariah bagi keuangan mikro
Terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh lembaga keuangan mikro tersebut, Miki lantas menjelaskan mengenai konsep ekonomi syariah. Ia menilai ekonomi yang berbasis nilai-nilai syariat Islam menawarkan solusi pada situasi keuangan mikro.
“Pemikiran Islam sangat komprehensif. Itulah sebabnya ia berlaku bahkan untuk sektor ekonomi konvensional atau yang lain, bahkan di Jepang,” ujar wanita asal Negeri Sakura itu.
Ia mengatakan, konsep keuangan mikro sejatinya tidak hanya untuk pengembangan individu dan pemberdayaan masyarakat kurang mampu, tetapi juga mencakup sosial. Hal itu sangat sesuai dengan pemikiran Islam.
“Solusi yang berlandaskan syariah adalah dukungan untuk menjangkau orang-orang miskin. Dampaknya sangatlah penting, mekanisme bagi hasil, bagi rugi. Hal tersebut merupakan inti dari keuangan Islam. Ini merupakan praktik yang sangat baik untuk keuangan mikro karena bagi hasil atau bagi rugi dapat lebih dekat dengan keselarasan kebutuhan bisnis,” jelasnya.
Sehingga, Miki menilai bahwa prinsip keuangan Islam membantu dalam mewujudkan faktor dari masalah keuangan mikro yakni dampak dan keberlanjutan keuangan.
“Karena pendekatan bagi risiko membantu keberlanjutan keuangan. Dan juga dukungan komunitas yang dapat mereka peroleh. Kemudian, toko Islam, sangat cocok untuk keberlanjutan finansial,” ujar dia.
Ia pun menerangkan mengenai sistem wakaf yang diberlakukan dalam ekonomi syariah. Menurut Miki, dengan menggunakan sistem wakaf, itu akan sangat mempermudah dalam menangani masalah pembiayaan modal atau ekuitas lembaga keuangan mikro, yang biasanya mengalami kesulitan.
“Jadi ada solusi untuk kesulitan mendapatkan pembiayaan,” tegasnya.
Miki melanjutkan, beberapa penelitian juga menunjukkan keuntungan dari praktek ekonomi syariah dalam keuangan mikro, yakni dari kontrak keuangan Islam. Ia menyebut, kontrak keuangan seperti mudharabah dan musyarakah memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
“Jenis mudharabah atau musyarakah ini jauh lebih baik, daripada murabahah atau non-murabahah yang berbasis bunga,” kata dia.
Tantangan
Kendati demikian, Miki juga mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam praktek sistem ekonomi syariah pada keuangan mikro. Diantaranya, dalam prakteknya, bagi hasil rugi sangat sulit dan implementasinya pun cukup rumit.
Selain itu, tantangan juga hadir dari adanya perkembangan digitalisasi. Sebenernya digitalisasi memberikan berbagai aksesabilitas, seperti biaya transaksi yang lebih rendah, atau transfer dari telepon seluler yang sangat mudah. Juga menjalin sinergisitas keuangan mikro dan fintech, termasuk P2P syariah yang mengalami peningkatan.
“Namun peningkatan yang cepat ini mudah juga menjadi masalah, karena terkadang penipuan atau kemudahan juga menjadi risiko,” ujar dia.
Miki menambahkan, tantangan lainnya adalah literasi keuangan syariah. Menurutnya, penting sekali untuk mengedukasi lebih banyak sumber daya manusia (SDM) untuk memahami konsep sistem ekonomi syariah serta peranannya pada keuangan mikro.
“Itu juga tantangan. Pendidikan sangatlah penting, Nabi (Muhammad SAW) menjelaskan betapa pentingnya masalah etika, namun terkadang bahkan orang muslim tidak mudah untuk memahami esensi pentingnya etika. Tidak hanya literasi keuangan, pemahaman keuangan Islam dan kapasitas serta keterampilan bisnis. Orang harus belajar, belajar terus-menerus. Itulah mengapa hal itu sangat sulit. Hal itu membutuhkan waktu,” jelasnya.