Israel Hanya Tipu-Tipu Soal Gencatan Senjata di Gaza, Pejabat Senior Hamas Ungkap Faktanya

Israel tidak akan pernah mampu menghancurkan perlawanan Palestina.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Kerabat warga Palestina yang syahid dalam serangan udara Israel berduka di rumah sakit Syuhada Al Aqsa di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza tengah, 29 Oktober 2024.
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, Jumat (1/11/2024), menyatakan bahwa Israel tidak serius dalam perundingan gencatan senjata di Gaza. Berbicara kepada saluran televisi Al-Aqsa yang dikelola Hamas, pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan Israel tidak menawarkan proposal yang tulus dan sama sekali tidak serius dalam negosiasi gencatan senjata.

Baca Juga


"Proposal apapun yang diajukan kepada kami (Hamas) dan memenuhi tuntutan rakyat kami, mengakhiri penderitaan mereka, dan sepenuhnya menghentikan agresi Israel, bukan hanya sementara, akan kami lanjutkan tanpa ragu-ragu," kata Hamdan.

Ia menambahkan bahwa Israel tidak mampu menghancurkan perlawanan Palestina meskipun telah melakukan perang selama satu tahun di wilayah tersebut. Israel telah membuat lebih dari 43 ribu orang di Gaza meninggal dan menjadikan wilayah tersebut tidak layak huni sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Upaya Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata permanen sejauh ini gagal, terutama karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menghentikan perang.

Kelompok perlawanan Hamas menyatakan pihaknya tidak akan menerima usul gencatan senjata yang tidak mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza dan penghentian total permusuhan.

Delegasi Israel kembali dari Doha pekan ini. Kantor perdana menteri mengatakan pembicaraan antara para mediator dan Hamas akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang untuk mengevaluasi kelayakan pembicaraan dan upaya lanjutan mencapai kesepakatan.

Sementara itu, sekitar 15 roket ditembakkan dari Lebanon yang memicu sirene di Israel utara beberapa waktu lalu, kata IDF, yang dilansir dari Times of Israel pada Sabtu (2/11/2024).

Serangan tersebut terjadi saat Iran dilaporkan melakukan serangan untuk membalas serangan Israel yang membunuh empat tentara Iran beberapa waktu lalu.Intelijen Israel menyebut bahwa Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, kemungkinan sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November, lapor Axios.

Sementara itu, IDF mengeklaim, ada lima roket yang ditembakkan ke Galilea Atas bisa dicegat. Sekitar 10 roket juga ditembakkan di wilayah Teluk Haifa dan Galilea. Beberapa dicegat sementara yang lain jatuh di wilayah terbuka, militer teroris Israel menambahkan.

Beberapa pesawat nirawak diluncurkan dari Lebanon ke Israel utara dalam satu jam terakhir, yang memicu sirene di wilayah Haifa. Menurut IDF, salah satu pesawat nirawak berhasil ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Israel.

Pesawat nirawak lainnya dilaporkan menghantam bangunan pabrik di zona industri dekat Nahariya. Rekaman yang diunggah ke media sosial dimaksudkan untuk menunjukkan beberapa pesawat nirawak dan kerusakan yang disebabkan pada pabrik.

Beberapa pesawat nirawak diluncurkan dari Lebanon ke Israel utara dalam satu jam terakhir, yang memicu sirene di wilayah Haifa.

Layanan ambulans Magen David Adom mengatakan 11 orang terluka, tiga di antaranya luka sedang, dalam serangan roket pada Jumat (1/11/2024) di pusat kota Tira. Tujuh orang lainnya dirawat karena kecemasan akut, kata MDA.

Pejuang Hizbullah mengklaim telah menargetkan pangkalan intelijen di dekat Tel Aviv dengan roket semalam. Pada pukul 02.30 (00.30 GMT), pejuang menembakkan salvo roket ke markas teroris yang disebut sebagai pangkalan Glilot unit intelijen militer 8200 di pinggiran kota Tel Aviv" kata Hizbullah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler