Pejuang Palestina Bertahan, Oktober Jadi Bulan Mematikan bagi IDF

Jumlah kematian tentara IDF pada Oktober merupakan yang tertinggi sejak tahun lalu.

AP Photo/Maya Alleruzzo
Pasukan Israel menggotong peti mati perwira IDF yang tewas saat pemakamannya di Mount Herzl di Yerusalem, Jumat, 25 Oktober 2024. Oktober jadi bulan paling mematikan bagi IDF tahun ini.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Setidaknya 62 tentara Israel telah tewas sejak awal Oktober di Gaza utara dan Lebanon selatan, menurut angka resmi pasukan penjajahan Israel (IDF). Hal ini Oktober sebagai bulan paling mematikan bagi militer Israel sejak Desember lalu ketika 110 tentara tewas pada puncak perang melawan Hamas di Gaza. 

Baca Juga


Hal ini juga menandai peningkatan tajam dalam jumlah kematian dibandingkan beberapa bulan terakhir. Hanya sembilan kematian yang dicatat oleh militer Israel pada bulan September, dan total 63 kematian antara bulan Juni dan Agustus. 

Menurut Middle East Monitor, setidaknya 35 tentara Israel tewas di Lebanon selatan atau di perbatasan Lebanon sejak Israel menginvasi negara tetangganya di utara pada awal bulan ini dalam peningkatan perangnya melawan Hizbullah. Namun, kelompok Hizbullah di Lebanon mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 90 tentara Israel, meskipun angka tersebut tidak dapat diverifikasi. 

Setidaknya 19 tentara juga tewas bulan ini dalam pertempuran yang terus berlanjut dengan Hamas di Gaza, di mana Israel dituduh melakukan kampanye pembersihan dan pemusnahan etnis terhadap warga Palestina yang terjebak di utara wilayah kantong tersebut.

Angka tersebut berdasarkan informasi resmi yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri Israel yang mencantumkan total 780 korban militer termasuk ratusan orang yang tewas dalam serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan. Jumlah tersebut mencakup setidaknya 365 tentara yang terdaftar sebagai “korban dalam pertempuran” di Gaza, Lebanon dan Tepi Barat yang diduduki, serta mereka yang tewas dalam serangan roket atau serangan lain di Israel, dan lainnya yang tewas dalam kecelakaan di jalan raya.

Namun banyak tentara yang hanya diidentifikasi berdasarkan nama, pangkat, dan unitnya tanpa rincian lebih lanjut mengenai penyebab kematian mereka. Angka-angka baru yang dirilis minggu ini oleh departemen rehabilitasi militer Israel juga tampaknya menunjukkan adanya peningkatan baru-baru ini dalam jumlah tentara yang terluka yang memerlukan perawatan medis. 

Pada Selasa, militer Israel mengatakan telah menerima 910 tentara yang terluka bulan ini di Lebanon. Informasi mengenai korban dikontrol secara ketat di Israel dimana media menjadi sasaran sensor militer yang ketat. Hal ini menyebabkan beberapa orang mempertanyakan apakah angka resmi mungkin tidak melaporkan skala kerugian sebenarnya yang diderita pasukan Israel di Gaza dan Lebanon. 

Dalam sebuah wawancara di Channel 12 pada hari Senin, pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan bahwa 890 tentara telah tewas dan 11.000 lainnya terluka sejak 7 Oktober tahun lalu. “Ada batasan seberapa besar kami menerima fakta alternatif,” kata Lapid. Membela angka-angkanya sendiri, meski tanpa menyebutkan sumbernya, Lapid merujuk ke rumah sakit Israel tempat tentara yang terluka dirawat: “Jika Anda ragu tentang angka ini, pergilah ke Tel Hashomer, pergi ke Ichilov, pergi ke Rambam, pergi ke departemen rehabilitasi.”

Dalam angka terbaru yang dirilis pada hari Selasa, departemen rehabilitasi militer Israel memperbarui jumlah total tentara yang dikatakan telah menerima perawatan sejak 7 Oktober tahun lalu menjadi sekitar 12.000 orang. Sekitar 14 persen dari jumlah tersebut – sekitar 1.680 tentara – diklasifikasikan mengalami cedera sedang atau serius. Sekitar 43 persen – 5.200 tentara – memerlukan perawatan untuk gangguan stres pasca-trauma atau masalah psikologis lainnya, kata departemen tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler