Cerita ILO yang Kini Sebut Palestina Sebagai Negara
ILO tingkatkan status keanggotaan Negara Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Perburuhan Internasional (International Labor Organization/ILO) secara resmi meningkatkan status Palestina menjadi “negara pengamat nonanggota” dari sebelumnya yang hanya sebagai “gerakan pembebasan.”
Keputusan itu diambil dalam Konferensi Umum Dewan Direksi ILO, yang melibatkan perwakilan dari serikat pekerja Arab dan internasional, demikian dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.
Persetujuan akhir atas keputusan itu diharapkan akan diberikan dalam Konferensi Perburuhan Internasional pada Juni 2025.
Keputusan tersebut memungkinkan Palestina untuk berpartisipasi penuh dalam seluruh struktur ILO dan menjadi langkah menuju keanggotaan penuh pada masa depan, ujar Shaher Saad, sekretaris jenderal Federasi Umum Serikat Pekerja Palestina (PGFTU).
ILO, yang didirikan pada tahun 1919, adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didedikasikan untuk memajukan keadilan sosial dan hak-hak buruh yang diakui secara internasional. ILO tetap menjadi satu-satunya badan tripartit dalam PBB, yang menyatukan pemerintah, pengusaha, dan pekerja dari 187 negara untuk menetapkan standar perburuhan dan memajukan kondisi kerja yang adil secara global.
Seruan gencatan senjata
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (4/11) mengungkapkan kegeramannya atas serangan Israel terhadap sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza.
Tedros menyerukan gencatan senjata segera untuk melindungi warga sipil dan petugas kesehatan di wilayah tersebut.
"Sangat menyedihkan bahwa rumah sakit di Gaza terus diserang," katanya di X, seraya menambahkan: "Banyak nyawa bergantung kepada pemberlakuan gencatan senjata segera dan tanpa syarat. Sudah waktunya menghentikan baku tembak dan mewujudkan perdamaian!"
Permintaan itu disampaikan kembali menyusul misi yang dipimpin WHO baru-baru ini ke Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, dimana lantai tiga rumah sakit diserang setelah tim WHO meninggalkan rumah sakit tersebut.
Serangan kesekian kalinya terhadap rumah sakit itu melukai enam pasien anak dan satu di antaranya saat ini dalam kondisi kritis.
Tedros menyebutkan penembakan terus dilakukan tentara Israel di sekitar rumah sakit ketika staf WHO mengantarkan perlengkapan penting antara lain peralatan medis, 150 unit darah dan 20.000 liter bahan bakar.
Meskipun berisiko, tim WHO tetap memindahkan 25 pasien dan 37 pendamping menuju Rumah Sakit Al-Shifa, ungkapnya.
Selanjutnya, WHO berhasil mencapai RS Al-Awda di Gaza utara. Di RS itu mereka berusaha memindahkan lima pasien namun gagal memasok perlengkapan karena membahayakan operasional rumah sakit, ujarnya.
Tedros mengecam kurangnya perlindungan bagi petugas layanan kesehatan di tengah pengeboman tanpa jeda Israel sehingga sangat menyulitkan memasok bantuan kemanusiaan.
- palestina
- ILO
- organisasi buruh internasional
- Palestina
- gaza
- israel
- tel aviv
- netanyahu
- amerika serikat
- operasi badai al aqsa
- thufan al aqsa
- two state solution israel dan palestina
- solusi dua negara palestina dan israel
- perdamaian di palestina
- hamas
- hizbullah
- IDF
- israel defense force
- bantuan untuk palestina
- bantuan untuk gaza
- bantuan kemanusiaan
- bantu palestina