Ini Beberapa Faktor Kemenangan Trump Menurut Pakar, Salah Satunya karena Sikap Biden

Donald Trump hampir pasti memenangkan kontestasi Pilpres AS 2024.

AP Photo/Alex Brandon
Donald Trump melambaikan saat ia menaiki pesawat di Bandara Internasional Harry Reid setelah perjalanan kampanye, Sabtu, 14 September 2024, di Las Vegas.
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pakar hubungan internasional Faisal Karim menilai, kepenatan terhadap pemerintahan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris menjadi salah satu faktor yang memacu kemenangan Donald Trump. Capres dari Partai Republik tersebut hampir pasti memenangkan kontestasi Pilpres Amerika Serikat (AS).

Baca Juga


“Kita lihat, basis Partai Demokrat muak dengan Harris yang mereka anggap terlibat dalam genosida di Palestina, misalnya, serta ketidakmampuan pemerintahan Biden-Harris dalam menyelesaikan permasalahan Ukraina,” kata Faisal, di Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Kegagalan menangani persoalan tersebut, kata akademisi dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) itu, membuat sebagian pendukung Partai Demokrat pada akhirnya urung memilih pada pemilu.

“Pada saat yang bersamaan, pendukung Trump solid di bawah Trump, khususnya (mereka yang mendukung) Partai Republik, kaum konservatif, dan kalangan moderat yang semakin prihatin atas perekonomian AS,” kata dia.

Selain lesunya ekonomi dan tingginya inflasi, kata Faisal, persoalan imigran ilegal yang terjadi di perbatasan AS-Meksiko turut andil dalam mempengaruhi pilihan masyarakat AS atas presiden yang mereka inginkan.

Dengan demikian, ia menyatakan bahwa hal tersebut membuat potensi kemenangan Trump semakin besar, khususnya di saat lembaga-lembaga survei menyatakan bahwa proyeksi hasil Pilpres AS akan terlalu tipis.

Berdasarkan data terkini AP, Trump unggul dengan 51,2 persen suara atas Harris yang baru meraup 47,4 persen suara. Pada 5 November 2024, Amerika Serikat menggelar Pemilihan Presiden dan Kongres Ke-60 untuk menentukan presiden ke-47 dan wakil presiden ke-50.

Kamala Harris (60 tahun), pejawat wakil presiden AS, memenangkan nominasi dari Partai Demokrat setelah Presiden Joe Biden mundur dari pencalonan pada pertengahan 2024. Sementara itu, Donald Trump (78) mencalonkan diri untuk ketiga kalinya secara berturut-turut untuk dapat kembali menguasai Gedung Putih.

Kamala Harris meminta para pendukungnya untuk menerima kekalahannya dalam Pemilu 2024. Harris mengaku memahami kekecewaan mendalam yang dirasakan oleh banyak pendukungnya, dengan mengatakan bahwa hasil Pilpres AS kali ini bukanlah yang mereka inginkan, pilih, dan perjuangkan.

"Saya tahu orang-orang merasakan dan mengalami berbagai emosi saat ini. Saya mengerti. Namun, kita harus menerima hasil pemilu ini," kata Harris kepada para pendukungnya yang berkumpul di Howard University, Washington DC, Rabu (6/11/2024).

Calon presiden Partai Demokrat itu pun mengatakan telah berbicara dengan presiden terpilih Donald Trump dan mengucapkan selamat atas kemenangannya. "Saya juga mengatakan kepadanya (Trump) bahwa kami akan membantu dia dan timnya dalam masa transisi mereka, dan bahwa kami akan bekerja sama dalam pengalihan kekuasaan secara damai," ujar Harris.

Ia mendesak pendukung Demokrat untuk tidak menyerah setelah hasil pemilu. Tetapi sebaliknya, Harris mengajak pendukungnya "menyingsingkan lengan baju", berorganisasi, dan tetap bekerja demi kebebasan dan keadilan serta masa depan yang bisa dibangun bersama.

"Saya tahu banyak orang merasa kita sedang memasuki masa gelap, tetapi demi kebaikan kita semua, saya harap itu tidak terjadi. Tetapi begini masalahnya, Amerika, jika memang demikian, mari kita penuhi langit dengan cahaya dari miliaran bintang yang cemerlang, cahaya optimisme, iman, kebenaran, dan pelayanan," kata Harris.

Kemenangan Trump menandai kebangkitan yang bersejarah setelah ia gagal terpilih kembali untuk masa jabatan kedua pada 2020. Kala itu, dia mengeklaim tanpa bukti bahwa pemilu itu dicurangi dan mencoba untuk membatalkan hasil pemilu, tetapi tidak berhasil.

Ia menjadi mantan presiden pertama AS yang didakwa atas kejahatan negara bagian atau federal dalam empat dakwaan terpisah dan dihukum awal tahun ini di negara bagian New York atas 34 tuduhan memalsukan catatan bisnis untuk menutupi pembayaran uang tutup mulut kepada bintang film dewasa Stormy Daniels, yang mengeklaim bahwa ia berselingkuh dengan Trump.

Pemilu kali ini juga menguntungkan Partai Republik secara keseluruhan karena mereka menggeser keseimbangan kekuasaan dari Demokrat dengan mengambil alih kendali Senat dengan perolehan suara 52-43, dengan beberapa pemilihan masih berlangsung tetapi hanya 51 yang dibutuhkan untuk mengambil alih mayoritas.

Trump akan dilantik untuk masa jabatan kedua di Gedung Putih pada 20 Januari 2025. Harris, sebagai wakil presiden, dijadwalkan untuk mengawasi upacara pelantikan di Capitol.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler