Trump Kembali Jadi Presiden AS, IHSG dan Rupiah Kompak Dibuka Melemah

IHSG dibuka melemah 10,30 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.373,56.

Republika/Prayogi
Karyawan memfoto layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (7/11/2024) berpotensi bergerak menguat terbatas di tengah wait and see pengumuman suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed. IHSG dibuka melemah 10,30 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.373,56. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 2,07 poin atau 0,23 persen ke posisi 899,35.

Baca Juga


Hingga pukul 10.30 WIB, IHSG turun lebih dalam dengan melemah 69,79 poin atau 0,9 persen. 

"IHSG berpeluang menguat terbatas," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis (7/11/2024).

Dari dalam negeri, Presiden Prabowo Subianto akan segera meluncurkan lembaga Daya Anagata Nusantara (Danantara) beserta dengan besaran dana kelolaannya. Pelaku pasar juga menantikan data ekonomi yaitu cadangan devisa oleh Bank Indonesia (BI) untuk periode Oktober 2024 dan mengantisipasi pengumuman MSCI major review pada Kamis (7/11/2024) ini.

Dari mancanegara, Donald Trump mengalahkan rival dari Partai Demokrat Kamala Harris, setelah memenangkan setidaknya 295 suara Electoral College, termasuk negara bagian swing yang penting seperti Pennsylvania, North Carolina, dan Georgia.

Kemenangan Partai Republik sekaligus mendorong Trump Effect ke aset lain, seperti Bitcoin yang melesat mencetak rekor tertinggi di atas 75.000 dolar AS dan indeks dolar AS (DXY) berada di jalur kenaikan dengan persentase satu hari terbesar sejak September 2022.

Saat ini fokus pelaku pasar beralih pada penantian kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), yang melangsungkan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari sejak kemarin sampai hari ini (6-7 November 2024).

Sementara itu, dari bursa AS, Wall Street menguat setelah Donald Trump dinyatakan menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.

Bursa AS bahkan mencetak rekor terbaiknya pada perdagangan Rabu (6/11/2024), indeks Dow Jones naik 1.508,05 poin atau 3,57 persen di level 43.729,93, indeks S&P 500 juga mencatatkan rekor tertinggi dengan terbang 2,53 persen ke posisi 5.929,04, indeks Nasdaq Composite melesat 2,95 persen ke level tertinggi barunya di 18.983,47.

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 133,00 poin atau 0,34 persen ke level 39,347,69, indeks Hang Seng melemah 8,88 poin atau 0,04 persen ke level 20.529,50, indeks Shanghai menguat 4,87 poin atau 0,14 persen ke 3.388,68 dan indeks Straits Times menguat 44,13 poin atau 1,23 persen ke 3.647,12.

Sementara itu, pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Kamis (7/11/2024) karena dipengaruhi oleh sentimen kemenangan Donald Trump di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.

“Seperti yang kita lihat, begitu Trump dilaporkan media menjadi pemenang pemilu Presiden AS, dolar AS langsung menguat. Posisi pagi ini Indeks Dolar AS di atas 105,20, hari-hari sebelumnya bergerak di kisaran 103-104,” kata Ariston.

Pasar memperkirakan kebijakan Trump sebagai presiden di masa lalu yang memicu perang dagang, akan terjadi lagi di masa pemerintahannya yang baru ini sehingga antisipasi pasar mendorong penguatan dolar AS.

“Sentimen mungkin bisa berlanjut hari ini, apalagi pasar juga menunggu hasil rapat kebijakan moneter AS dini hari nanti, jadi konsolidasi masih akan terjadi sehingga kemungkinan dolar AS masih menguat dan rupiah bisa tertekan,” ujarnya.

Ariston menuturkan potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 15.880 per dolar AS hingga Rp 15.900 per dolar AS, dengan potensi support di Rp 15.800 per dolar AS.

Pada awal perdagangan Kamis (7/11/2024), rupiah naik 24 poin atau 0,15 persen menjadi Rp 15.809 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.833 per dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler