Sholat Lima Waktu tetapi Masih Rutin Menonton Video Porno, Apa Hukumnya?
Sholat yang benar seharusnya mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern, permasalahan mengenai perilaku manusia yang bertolak belakang dengan ajaran agama semakin banyak ditemukan. Salah satu contoh yang sering dibahas adalah kebiasaan buruk yang tetap dilakukan oleh orang yang rajin beribadah, termasuk sholat lima waktu.
Hal ini menjadi perhatian para ulama, termasuk Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat, yang memberikan penjelasan mengenai hubungan antara sholat tapi masih nonton video porno.
Dalam salah satu kajiannya, Ustadz Abdul Somad membahas fenomena seseorang yang rajin sholat dan beribadah di masjid namun masih melakukan perbuatan yang tidak terpuji, seperti menonton video pornografi.
Menurut UAS, sholat yang benar dan dilakukan dengan ikhlas seharusnya mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana tertuang dalam firman Allah dalam Alquran. “Siapa yang sholatnya tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka itu tanda ada yang salah dalam sholatnya,” jelas Ustadz Abdul Somad.
Dia menekankan, perbuatan dosa yang dilakukan secara sengaja, apalagi secara terus-menerus, dapat membuat seseorang tergolong sebagai orang fasik, yang menjauhkan diri dari Allah.
Sementara itu, pendiri Quantum Akhyar Institute Ustadz Adi Hidayat (UAH) juga memberikan penjelasan dalam kajiannya terkait indikator sholat yang diterima oleh Allah.
Menurut UAH, salah satu tanda sholat yang benar dan diterima adalah perubahan karakter atau akhlak yang muncul dalam diri seseorang setelah melaksanakan ibadah. "Bila sholat itu benar ditunaikan sesuai ketentuannya, maka pasti akan melahirkan sifat-sifat kebaikan," jelas UAH.
Akhlak yang baik, ujar dia, merupakan ciri utama dari ibadah yang diterima. Apabila seseorang sholat dengan benar, maka dia akan terhindar dari berbagai keburukan, seperti pornografi, perkataan kotor, atau perbuatan lain yang dianggap sebagai bentuk fakhsya (keburukan).
Ustadz Adi Hidayat juga menegaskan bahwa jika seseorang tetap melakukan perbuatan tidak terpuji seperti berkata kasar atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, hal itu menjadi tanda bahwa ada kesalahan dalam pelaksanaan sholatnya. “Jika seseorang sholat dengan benar, akhlaknya pasti baik, dan akan terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan,” ujar UAH.
Para ulama bersepakat bahwa sholat yang benar dan ikhlas tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi juga menjadi sarana pembinaan akhlak bagi seorang Muslim. Sholat seharusnya memberikan efek positif terhadap karakter seseorang, menjauhkannya dari perbuatan yang buruk, dan mendekatkan diri pada Allah SWT.