Fans Maccabi Tel Aviv Rusuh di Amsterdam Copoti Bendera Palestina, Berakhir Digebuki Warga

Aksi para hooligans Maccabi Tel Aviv memicu kericuhan di kota Amsterdam.

AP Photo/Ariel Schalit
Fans Maccabi Tel Aviv.
Rep: Fitriyanto Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Hooligans atau para perusuh sepak bola Israel beraksi rusuh saat mereka mencopoti bendera-bendera Palestina yang menghiasi beberapa rumah di Kota Amsterdam jelang laga Liga Europa Maccabi Tel Aviv kontra Ajax Amsterdam, pada Kamis (7/11/2024) waktu setempat. Namun sial bagi para hooligans, aksi vandalismenya memicu kemarahan warga sekitar yang kemudian mempersekusi mereka.

Berdasarkan rekaman video yang viral di media sosial dan dilansir oleh The Cradle, terlihat bahwa, puluhan orang berpakaian serba hitam yang diduga adalah fans Maccabi Tel Aviv bersorak-sorai dan meneriakkan yel-yel provokatif seperti  "f*** you Palestine" dan "ole", sementara beberapa dari mereka tampak memanjat bagian depan sebuah gedung di Rokin, untuk mencopoti dan merobek bendera Palestina yang tergantung di jendela gedung itu.

Sementara itu, klip yang dibagikan oleh sebuah laman pro-hooligan di X menggambarkan perkelahian yang disebut terjadi antara penggemar Maccabi Tel Aviv dan sekelompok pendukung Ajax Amsterdam dari kalangan Muslim-Maroko. Akun tersebut sebelumnya telah membagikan informasi yang kredibel, seperti saat para penggemar Manchester United diserang oleh ultras Fenerbahce di Istanbul pada Oktober lalu.

Polisi Amsterdam belum melakukan penangkapan dan belum mengonfirmasi bahwa para pelaku adalah penggemar Maccabi Tel Aviv meskipun ada sempat muncul kericuhan di pusat kota. Polisi mengatakan bahwa mereka 'mencegah konfrontasi antara sekelompok supir taksi dan sekelompok pengunjung yang datang dari kasino yang berdekatan'.

Mail Sport tidak dapat menemukan rekaman bentrokan antara supir taksi dan penggemar secara langsung, meskipun salah satu sumber daring menggambarkan koalisi pengemudi taksi dan Uber kemudian 'mengusir mereka dari kota'.

'Intimidasi dan vandalisme di kota kami: seorang hooligan Maccabi merusak sebuah taksi. Kekerasan terhadap pengemudi yang bekerja keras seperti ini tidak dapat diterima. Saatnya membuat Amsterdam kembali aman,' tulis seorang pengemudi di X.

Baik Ajax maupun Maccabi Tel Aviv tidak mengomentari kerusuhan tersebut menjelang pertandingan Liga Europa mereka pada Kamis malam. Ajax adalah klub dengan akar Yahudi yang kuat. Mayoritas penduduk Yahudi Belanda tinggal di Amsterdam sebelum Perang Dunia Kedua.

Stadion lama mereka dulunya terletak di sebelah Amsterdam-Oost, lingkungan yang dihuni banyak orang Yahudi. Sepanjang 1960-an dan 1970-an, banyak ketua dan pemain klub tersebut adalah orang Yahudi.

Sebelumnya, pihak berwenang di Amsterdam telah melarang demonstrasi pro-Palestina yang rencananya akan diadakan di Johan Cruyff Arena milik Ajax. Wali kota Amsterdam Femke Halsema mengatakan kepada AT5 bahwa 'konfrontasi dengan kekerasan merupakan prospek yang realistis' dan bahwa polisi tidak dapat menemukan cara untuk mengizinkan demonstrasi berlangsung dengan aman di lokasi.

Namun, para pengunjuk rasa, yang merupakan bagian dari acara yang disebut Week4Palestine, telah diberi lokasi alternatif untuk menggelar unjuk rasa mereka di Anton de Koplein, hanya beberapa ratus meter dari markas Ajax.

Para pengunjuk rasa Week4Palestine telah menyetujui lokasi alternatif tersebut mulai pukul 7 malam, dengan menulis di Instagram: 'Kami tidak punya pilihan lain. Para aktivis juga tampaknya membalas para pembuat onar Maccabi Tel Aviv pada Kamis malam.

Satu video yang diunggah di Instagram Week4Palestine memperlihatkan seorang pria, yang diduga adalah fans Maccabi Tel Aviv, berenang di Sungai Amstel. Pria itu diduga menceburkan diri ke sungai menghindari kejaran warga sekitar. Berdasarkan rekaman video, terdengar sebuah suara berteriak dari tepi sungai, "Katakan bebaskan Palestina dan kami akan pergi." Pria yang menceburkan diri ke sungai itu pun kemudian mengikuti perintah tersebut.

Sebelumnya, Ajax telah memberi tahu para fans mereka agar meninggalkan sentimen politik di rumah dan pihak klub tidak  ingin melihat 'bendera daerah konflik atau ekspresi politik lainnya' di Johan Cruyff Arena. Ajax Supporters Delegatie, sebuah kelompok penggemar, juga menentang pengibaran bendera politik, mengancam akan 'campur tangan' jika perlu.

Mereka menulis: 'Ada konflik sengit, perang, dan situasi mengerikan lainnya yang terjadi di dunia. Namun, di Johan Cruijff Arena, ini tentang klub dan kota kami dan kami berjuang untuk kebersamaan. Karena itu, kami tidak ingin melihat bendera dari zona konflik dan ekspresi politik lainnya selama pertandingan Liga Europa antara Ajax kami sendiri dan Maccabi Tel Aviv FC.

"Baik di dalam maupun di luar stadion, kami tidak akan menoleransi ini dan akan campur tangan jika perlu. Sepak bola bukanlah politik."

Kericuhan di Amsterdam muncul setelah sehari sebelumnya terjadi insiden pengibaran banner raksasa bertuliskan 'Bebaskan Palestina' pada laga Liga Champions antara Paris Saint-Germain (PSG) melawan Atletico Madrid di Parc des Princis. Spanduk raksasa itu terbentang di belakang gawang bagian utara stadion yang menutupi hampir seluruh tribun.

Banner itu memperlihatkan gambar the Dome of Rock, salah satu situs bersejarah di Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau menyebut aksi itu 'tidak dapat diterima' dan PSG terancam sanksi.

Namun, Badan Sepak Bola Eropa UEFA mengatakan bahwa Paris Saint-Germain tidak akan menghadapi tindakan apa pun setelah spanduk raksasa "Bebaskan Palestina" dibentangkan sebelum pertandingan Liga Champions melawan Atlético Madrid pada Rabu (6/11/2024). Seorang juru bicara UEFA mengatakan bahwa PSG tidak akan menghadapi proses disipliner karena hanya melarang pesan-pesan politik yang dianggap menghina atau provokatif.

PSG mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui "adanya rencana untuk menampilkan pesan semacam itu." "Paris St Germain mengingat bahwa Parc des Princes adalah -- dan harus tetap -- tempat persekutuan seputar gairah bersama untuk sepak bola dan dengan tegas menentang pesan apa pun yang bersifat politis di stadionnya," tambah klub itu dalam sebuah pernyataan.

Setelah pendukung PSG membentangkan banner raksasa memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, dengan tulisan "Bebaskan Palestina", saat menjamu Atletico Madrid Kamis (7/11/2024) dini hari WIB, semalam giliran para pendukung dari Galatasaray yang juga membentangkan spanduk raksasa bertuliskan narasi yang sama saat laga Liga Eropa UEFA melawan Tottenham Hotspur yang dimenangkan tuan rumah dengan skor 3-2.

Para pendukung membentangkan spanduk bertuliskan, "Bebaskan Palestina", "Genosida Palestina" dan "Biarkan Bayi-Bayi Gaza Hidup" di belakang salah satu gawang, yang menunjukkan solidaritas dengan Palestina.

Hingga kini, Israel terus melancarkan agresi militer di Gaza sebagai respons serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023. Agresi Israel di Gaza telah menewaskan hampir 43.500 warga Palestina dan membuat Jalur Gaza hampir tidak dapat dihuni.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler