Sebut Sebentar Lagi Pandemi, Dharma Pongrekun Ajak Warga Jakarta Memilihnya di Pilgub
Dharmo Pongrekun percaya bahwa pandemi hanyalah sebuah rekayasa global.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur (cagub) Jakarta Dharma Pongrekun terus mengajak warga untuk memilih dirinya pada 27 November 2024 yang tinggal menghitung hari. Ia menilai, warga Jakarta pasti akan menyesal apabila dirinya tak terpilih menjadi Gubernur Jakarta.
Cagub Jakarta nomor urut 2 itu mengeklaim memiliki data bahwa tak lama lagi akan kembali terjadi pandemi di Indonesia. Hal itu tentu akan kembali menggunakan warga, termasuk warga Jakarta, menjadi sengsara.
"Saya tidak ngomong asal-ngomong, tapi saya punya datanya. Kita harus bersiap bahwa ke depan, tidak akan lama lagi, akan ada pandemi," kata dia di Jakarta Utara, Rabu (13/11/2024).
Menurut dia, gejala untuk terjadinya pandemi itu sudah terlihat. Ia percaya, pandemi itu merupakan sesuatu yang disiapkan oleh elite global untuk membuat Indonesia berantakan.
Karena itu, Dharma mengajak warga untuk memilihnya agar dapat melindungi warga dari pandemi yang akan terjadi. Sebab, ia percaya bahwa pandemi itu hanya sesuatu yang direkayasa.
"Saya hanya menghimbau, kalau sampai saya tidak terpilih, siap-siaplah rakyat untuk menghadapinya, dengan tekanan-tekanan hidup dan dengan rasa ketakutan. Karena saya hadir untuk datang membela kepentingan rakyat," kata dia.
Ia menilai, rakyat akan kembali ditakut-takuti dengan kebutuhan makan ketika pandemi terjadi. Alhasil, pemerintah akan menyiapkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada warga.
"Akhirnya diberikan BLT, diberikan gratis, yang buat saya itu adalah penghinaan. Karena kita dilahirkan oleh orang tua kita ukan untuk menjadi pengemis," ujar dia.
Menurut Dharma, pemberian BLT adalah cara untuk menggiring rakyat menjadi pengemis. Padahal, BLT tak perlu diberikan apabila kemiskinan bisa diatasi oleh pemerintah.
"Oleh sebab itu saya mengajak kepada semua warga. Mari kita bersatu, kita rebut kembali kedaulatan yang selama ini sudah hilang dari tangan rakyat, sehingga rakyat selalu merasakan bahwa mereka tidak diperlakukan adil," kata pensiunan jenderal polisi itu.