Milad Muhammadiyah Usung Tema 'Kemakmuran untuk Semua'
Sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945, kemakmuran Indonesia bukan hanya untuk segelintir.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tepat pada hari ini, Persyarikatan Muhammadiyah merayakan milad ke-112. Salah satu gerakan Islam terbesar di Indonesia dan bahkan dunia ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 silam.
Perayaan milad Muhammadiyah kali ini mengusung tema "Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua." Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan, kata hadir dalam bahasa Arab berkaitan dengan hadlarah yang bermakna membangun 'kebudayaan berkemajuan.'
Kemakmuran yang dimaksud dalam tema ini pun tak hanya berkaitan dengan kekayaan materiel, melainkan juga kesejahteraan spiritual bangsa Indonesia. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, terutama Pasal 33, telah mengamanatkan bahwa "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Haedar Nashir juga mengingatkan tentang pidato Sukarno di sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Salah satu Bapak Bangsa (Founding Fathers) itu menegaskan, Indonesia bukan milik orang per orang atau golongan tertentu, melainkan seluruh rakyat.
"Kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu,” ujar Haedar Nashir mengulang pesan Bung Karno dalam pidato Milad ke-112 Muhammadiyah, dikutip Republika dari siaran pers, Senin (18/11/2024).
"Karena itu, kemakmuran Indonesia tidak boleh hanya untuk kelompok kecil orang, sementara mayoritas rakyat hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak berkemakmuran," sambung dia.
Negeri yang makmur selaras dengan idealisasi Islam, “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur”. Allah berfirman dalam Alquran surah Saba’ ayat ke-15.
لَقَدۡ كَانَ لِسَبَاٍ فِىۡ مَسۡكَنِهِمۡ اٰيَةٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ يَّمِيۡنٍ وَّشِمَالٍ ۖ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَاشۡكُرُوۡا لَهٗ ؕ بَلۡدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوۡرٌ
"Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), 'Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.'"
Haedar meneruskan, penduduk sebuah negeri yang makmur niscaya beriman dan bertakwa. Mereka tidak hanya digerakkan oleh tenaga-tenaga yang cerdas dan berilmu, melainkan juga berkomitmen kuat untuk terus beramal saleh demi ridha Allah SWT. Ini berujung pada kemaslahatan hidup bersama.
"Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam menyadari sepenuhnya bahwa Negara Indonesia merupakan tempat menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat utama 'Adil-Makmur'--sebagaimana amanat Mukaddimah UUD 1945--yang diridhai Allah SWT," ujar guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.