Izinkan Ukraina Pakai Rudal AS Serang Rusia, Jubir Putin: Gegabah, Kobarkan Ketegangan

Penggunaan rudal AS dinilai bentuk keterlibatan AS dalam perang.

EPA-EFE/MANAN VATSYAYANA / POOL
Presiden Rusia Vladimir Putin.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin menuduh pemerintahan AS pimpinan Joe Biden ingin meningkatkan konflik di Ukraina dengan mengizinkan Kiev menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia. Moskow bersumpah akan memberikan respons yang tepat dan nyata.

Baca Juga


"Jelas bahwa pemerintahan yang akan lengser di Washington bermaksud mengambil langkah-langkah untuk terus melempar bensin ke dalam api dan semakin mengobarkan ketegangan di sekitar konflik ini," kata juru bicara Vladimir Putin, Dmitry Peskov, kepada wartawan.

"Keputusan ini gegabah, berbahaya, ditujukan untuk perubahan kualitatif, peningkatan kualitatif dalam tingkat keterlibatan Amerika Serikat."

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok AS terhadap wilayahnya akan menunjukkan keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam perang. "Tanggapan Rusia dalam kasus seperti itu akan tepat dan nyata."

Biden yang saat ini berada di Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT G20 belum mengomentari keputusan tersebut. Namun sikap Biden menandai perubahan signifikan dalam kebijakan AS.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah lama mendorong otorisasi dari Washington untuk menggunakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat dengan jangkauan 190 mil atau dikenal dengan inisialnya Atacms, untuk menyerang target di dalam Rusia.

 

Peskov mengatakan, Putin telah menyatakan dengan jelas bahwa langkah untuk membiarkan Kiev menggunakan senjata jarak jauh terhadap target di dalam Rusia akan berarti NATO akan secara langsung 'berperang' dengan Moskow.

Putin mengatakan Moskow akan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan ancaman yang akan dihadapi. Moskow dapat memasok senjata jarak jauh ke negara lain dengan tujuan menyerang target barat.

"Jika seseorang berpikir bahwa mungkin untuk memasok senjata semacam itu ke zona perang untuk menyerang wilayah kita dan menciptakan masalah bagi kita, mengapa kita tidak memiliki hak untuk memasok senjata kita," kata Putin dalam konferensi pers di St Petersburg pada bulan Juni.

Pejabat Rusia juga berjanji bahwa Moskow akan menanggapi keputusan Biden, meskipun mereka tidak merinci apa yang mungkin terjadi sebagai tanggapan itu.

Leonid Slutsky, ketua partai Demokrat Liberal ultranasionalis Rusia, mengatakan AS sekarang secara langsung berpartisipasi dalam konflik militer di Ukraina.

"Ini pasti akan memerlukan tanggapan terberat dari Rusia, berdasarkan ancaman yang akan ditimbulkan terhadap negara kita," katanya.

Bagi pihak Paman Sam, keputusan itu merupakan respons  atas kehadiran pasukan Korea Utara yang bertempur bersama Rusia melawan Ukraina. Meski, ada pengarahan dari AS bahwa zin untuk menggunakan rudal akan dibatasi pada wilayah Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan ke Rusia pada musim panas.

Beberapa pejabat barat memuji keputusan AS untuk mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh Ukraina. “Ukraina harus dapat menggunakan senjata yang kami sediakan untuk tidak hanya menghentikan anak panah tetapi juga untuk dapat mengenai para pemanah,” kata kepala diplomat UE, Josep Borrell, sebelum pertemuan para menteri luar negeri UE di Brussels pada hari Senin.

Menteri luar negeri Jerman, Annalena Baerbock, menggambarkan keputusan Biden sebagai penting dan esensial. "Keputusan dari pihak Amerika, dan saya ingin menekankan bahwa ini bukan pemikiran ulang tetapi intensifikasi dari apa yang telah disampaikan oleh mitra lain, sangat penting saat ini."

Seorang juru bicara pemerintah Jerman mengatakan, bagaimanapun, bahwa Jerman tetap pada keputusannya untuk tidak memasok Kiev dengan rudal jarak jauh Taurus. Keputusan kanselir, Olaf Scholz, untuk menahan rudal terkuatnya telah menjadi pokok pertikaian yang signifikan di Jerman.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler