Takut Roket Hizbullah, Pemukim Israel Ogah Kembali ke Utara
Pagi di utara kerap dimulai dengan serangan drone.
REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV — Sebanyak 82,5 persen dari responden warga Israel percaya bahwa situasi keamanan sekarang akan menghalangi kembalinya para pemukim ke wilayah utara Palestina yang diduduki, demikian ungkap Institut Studi Strategis Nasional Israel (INSS).
Selain itu, sebanyak 45% percaya jika negara penjajah tersebut harus berupaya keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon untuk menjamin kebutuhan keamanan pendudukan. Sementara itu, ada 24% warga Israel telah mempertimbangkan untuk pindah ke luar negeri. Kemudian, hanya 29% yang mengatakan bahwa mereka akan mendorong anak-anak mereka untuk mendaftar sebagai tentara pendudukan Israel.
Mengenai gencatan senjata, sebanyak 86% meragukan bahwa Rusia akan mempertimbangkan kepentingan keamanan Israel jika mereka memainkan peran penting dalam membangun kesepakatan dengan Lebanon.
Dalam konteks ini, Moshe Davidovich, kepala Forum Pemukiman Garis Depan di wilayah utara Palestina yang diduduki, sebelumnya menggambarkan, sepinya wilayah utara disertai dengan potensi kepanikan yang disebabkan oleh intensitas serangan roket dan pesawat tak berawak dari Lebanon selama tiga hari terakhir.
Davidovich mengatakan kepada Channel 12, pagi kerap dimulai dengan serangan pesawat drone. Serangan tersebut sekarang telah menjadi rutinitas. Davidovich mencatat bahwa seiring berjalannya waktu, tekanan Hizbullah terus meningkat.
Ia melanjutkan, “Kami ingin membawa para pemukim kembali ke utara, tetapi ketenangan harus dipulihkan terlebih dahulu, yang belum terjadi,"ujar dia seraya menambahkan bahwa situasi keamanan yang masih sensitif, dengan ketegangan yang sangat tinggi.
Ekonomi anjlok di Shlomi, Kiryat Shmona
Dalam hal ekonomi, Channel 7 Israel melaporkan, tingkat belanja di dua permukiman utara yang dievakuasi, Kiryat Shmona dan Shlomi, menurun signifikan pada Oktober 2024 dibandingkan dengan bulan pertama perang tahun lalu,” menurut data yang diberikan oleh perusahaan Shva.
Selama September dan Oktober 2024, seiring dengan eskalasi perang dan perluasan jangkauan roket dari Lebanon, penurunan pembelian kartu kredit juga tampak terjadi di permukiman utara lainnya. Penurunan tercatat di Tabarayya, Akka, Safad, dan Krayot, lapor saluran televisi tersebut.
Tali Hollenberg, Wakil Presiden Pemasaran, Pengembangan Bisnis, dan Penjualan di Shva, mengatakan, “Dalam perincian geografis pengeluaran kartu kredit dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024, terbukti bahwa permukiman yang dievakuasi di utara, khususnya Shlomi dan Kiryat Shmona, mengalami penurunan aktivitas komersial yang paling dramatis.”
Israel dilaporkan menderita kerugian yang signifikan di seluruh wilayah utara yang diduduki, terutama ketika Hizbullah memperluas cakupan serangan dan mengintensifkan operasinya, menjangkau Haifa dan sekitarnya. Pertanian, perdagangan, dan pariwisata mengalami kemunduran besar.
Walikota Haifa, Yona Yahav, menegaskan bahwa kota tersebut telah mengalami pukulan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia menyatakan, “Semuanya terhenti, jalan-jalan kosong, dan toko-toko tutup.”
Dalam pernyataannya kepada militer Israel, Yahav memperingatkan bahwa jika ekonomi Haifa dirusak, hal itu akan berdampak kepada seluruh Israel.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa lebih dari 80% pemilik usaha kecil di al-Jalil timur dan Dataran Tinggi Golan telah mengalami penurunan pendapatan sejak perang dimulai, dengan separuhnya mengalami penurunan lebih dari 65%.