Mentan Bakal Rekrut Brigade Pangan, Anggarannya Rp 30 Triliun, Ini Tugasnya
Saat ini sudah terbentuk lebih dari 1.500 brigade pangan yang tersebar di 12 provinsi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menuju pencapaian target swasembada pangan terus menjadi isu yang dibahas. Itu salah satu gagasan besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman optimistis tujuan tersebut dapat segera terwujud. Untuk mewujudkan swasembada pangan, Menta menyampaikan strateginya. Itu termasuk melibatkan petani milenial dengan dukungan mentor dan pendamping yang siap membantu mereka mengelola usaha tani modern di 12 provinsi.
"Dengan keterlibatan petani milenial, teknologi modern, dan sumber daya alam yang kita miliki, saya yakin kita bisa melampaui target,” kata Amran dalam pembukaan acara Workshop Manajemen Pendampingan Brigade Pangan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Brigade Swasembada Pangan akan beroperasi di 12 provinsi strategis yang menjadi wilayah optimalisasi lahan rawa (OPLAH). Itu antara lain Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. Pada tahun 2024, Kementan telah menggarap 350 ribu hektare lahan OPLAH, yang kini siap mendukung peningkatan produksi beras nasional.
Setiap brigade terdiri dari 15 petani milenial yang akan mengelola lahan seluas 200 hektare secara terstruktur dan terintegrasi. Untuk tahap pertama, brigade pangan akan didukung oleh 400 pendamping yang merupakan para pegawai Kementan terpilih, serta 50 mentor yang terdiri dari penyuluh, dosen, guru, dan widyaiswara.
"Brigade Swasembada Pangan ini adalah langkah strategis untuk mengoptimalkan lahan rawa.Dengan tata lahan dan tata air yang baik, serta pendampingan intensif, kita dapat meningkatkan produktivitas hingga tiga kali tanam setahun,” ujar Amran.
Mentan menekankan pentingnya pendampingan yang efektif untuk memastikan keberhasilan petani milenial. “Kalian adalah agen perubahan. Masa depan pertanian ada di tangan kalian,” kata Amran.
Ia berjanji akan rutin memantau kerja Brigade Swasembada Pangan di lapangan. Dirinya menyebutkan tolok ukur keberhasilan para pendamping dan mentor adalah apabila brigade pangan binaannya bisa meningkatkan produktivitas padi minimal 5 juta ton per hektare dan pendapatannya bisa di atas Rp 10 juta per bulan.
“Kalau mereka tekun dan bekerja keras, bukan tidak mungkin pendapatannya bisa mencapai Rp 20 juta. Dengan pendapatan yang di atas pendapatan kantoran biasa, mereka akan semangat menjadi petani. Brigade pangan ini hanya awal karena selanjutkan kita akan arahkan mereka untuk menjadi pengusaha. Sehingga penting untuk membekali mereka dengan pengetahuan korporasi,” tutur Amran.
Setiap brigade akan mendapatkan bantuan hibah sebesar Rp 3 miliar berupa alat dan mesin pertanian, serta benih unggul untuk mendukung kegiatan mereka. “Semua fasilitas sudah kami siapkan. Tidak ada alasan untuk gagal. Dengan kerja keras, Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga bisa menjadi lumbung pangan dunia,” kata Amran.
Kepala Badan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti menyampaikan saat ini sudah terbentuk lebih dari 1.500 brigade pangan yang tersebar di 12 provinsi. Setiap pendamping bertanggung jawab mengadovakasi lima brigade pangan.
Arshanti menerangkan workshop ini diharapkan dapat memberikan pelatihan kepada ASN dan mentor dalam mengelola pendampingan Brigade Pangan secara efektif.
“Melalui workshop ini, para calon pendamping setidaknya bisa memahami dan menerapkan konsep pertanian modern di wilayahnya masing-masing, mulai dari penggunaan varietas unggul bersertifikat dan pemanfaatan alat dan mesin modern, hingga hilirisasi dan pengelolaan kawasan secara terintegarasi dan terstruktur," katanya.