Meneropong Hubungan AS-Indonesia di Bawah Trump dan Prabowo, Ini Kata Dubes Lakhdhir
Dubes Lakhdir yakin hubungan Indonesia dan AS akan terus berlanjut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat baru saja menyelesaikan pemilihan presiden dengan Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang. Trump yang berasal dari Partai Republik dikenal sebagai sosok 'hawkish' dengan jargon mengedepankan kepentingan nasional.
Saat memimpin AS pada 2017-2021, ia mengambil sikap tegas dengan China. Kebijakan ketat Trump membuat perdagangan dunia gonjang ganjing. Pada kepemimpinan kali ini Trump diyakini juga akan melakukan hal sama. Cerminan itu terlihat dari kabinet yang ia susun kali ini.
Lantas bagaimana hubungan Trump dengan pemerintah Indonesia saat ini yang juga dipimpin oleh presiden baru, Prabowo Subianto? Apakah akan tetap berjalan dengan harmonis?
Republika telah meminta pandangan Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir terkait hubungan kedua negara di bawah era Trump dan Prabowo. Ia tetap optimistis bahwa kedua negara akan tetap saling bekerja sama melihat latar sejarah antara Indonesia-AS.
"Saya telah melihat banyak transisi pemerintahan selama 33 tahun karier diplomatik di Amerikat Serikat," ujar Lakhdir saat konferensi pers di Kedubes Amerika Serikat, Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Ia memandang, salah satu hal yang perlu dilihat adalah fondasi dasar kepentingan antara Indonesia dan AS. Kepentingan itu, kata ia, sudah jelas dan bertahan cukup lama. "Bagaimana kita bekerja bersama sudah jelas dan itu akan berlanjut," ujarnya menekankan.
Di antara hubungan itu seperti dalam pembangunan ekonomi, perdagangan, investasi hingga kesehatan publik. Ia mencontohkan dalam layanan kesehatan publik, sudah terlihat saat Covid-19. Penanganan pandemi dilakukan secara bersama-sama. Tidak ada negara yang bisa sendiri mengatasi masalah tersebut. "Kita tak bisa sendiri."
Tidak hanya hubungan antarpemerintah, tapi juga jalinan antara warga AS dan Indonesia sudah terjalin lama. Banyak anak-anak muda Indonesia yang belajar di Paman Sam dalam bidang riset dan sains.
Pun halnya di bidang energi terbarukan yang juga menjadi fokus presiden terpilih Prabowo Subianto. Atas dasar itulah, ia yakin bahwa jalinan kerja sama itu akan terus berlanjut.
Diketahui bahwa hubungan perdagangan dua arah antara Amerika Serikat dan Indonesia meningkat dari 29 miliar dolar AS pada tahun 2018 menjadi 40,5 miliar dolar AS pada tahun 2023. Peningkatan 40 persen yang hanya dalam waktu lima tahun tersebut menunjukkan semakin pentingnya hubungan ekonomi kedua negara dan punya ruang untuk tumbuh.
Juru bicara Kedutaan Besar AS Jamie Ravetz mengatakan, AS menyambut baik upaya Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi berkualitas tinggi. "Dan kami menghargai upaya Indonesia untuk memperjuangkan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) guna mengatasi tantangan abad ke-21, seperti transformasi digital, ketahanan rantai pasokan, dan transisi energi bersih," katanya menambahkan.
Tak khawatir dengan BRICS
Amerikat sendiri tidak terlalu khawatir dengan Langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS yang digawangi oleh Rusia dan China. Karena, jalinan kerja sama RI-AS dilakukan lintas sektor dan organisasi internasional.
"Ini adalah posisi yang telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia, kami menghargai keputusan individu suatu negara," ujar Dubes AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir.
Menurut Dubes Lakhdir, AS punya banyak partner dan juga bagian dari anggota BRICS, dan hal tersebut juga bukan suatu masalah. Sebut saja seperti India yang juga bagian dari rekan AS.
Di sisi lain, Paman Sam juga telah banyak bekerja sama dengan Indonesia di berbagai sektor dan organisasi multilateral. Di antaranya seperti di APEC, G20, ASEAN, dan di Badan Hak Asasi Manusia PBB. AS juga bekerja sama dengan Indonesia di Dewan Keamanan (DK) PBB saat RI masih menjadi anggota.
"Kita bekerja sama di accros multilateral, dan kita menyambut kolaborasi dengan Indonesia." ujar Dubes.
BRICS merupakan akronim dari Brazil, Russia, India, China, South Africa, disingkat BRICS. Perkumpulan ini berdiri sekitar satu dekade. Seiring dengan berjalannya Waktu keanggotan BRICS meluas dan kini terdiri atas 10 anggota. Di antaranya yakni Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirat Arab.
Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan komitmennya untuk membawa Indonesia bergabung dalam keanggotaan aliansi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) yang hal itu telah dilakukan sejak 2014.
Dalam Forum Bisnis Indonesia-Brasil yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu (17/11) waktu setempat, Prabowo mengatakan komitmen itu telah disampaikan sejak 2014, saat ia mencalonkan diri sebagai Presiden dalam Pemilihan Presiden 2014.
Perkuat hubungan
Ketidakkhawatiran Paman Sam didasari juga oleh kunjungan Prabowo Subianto ke negara itu baru-baru ini. Selain berbicara dengan Biden secara langsung, Prabowo juga sempat berteleponan dengan Donald Trump.
Duta Besar Lakhdhir mengatakan, kunjungan Presiden Indonesia Prabowo Subianto ke AS memberikan kesempatan untuk kedua pemerintah memperkuat kemitraan strategis komprehensif.
“Kunjungan terbaru Presiden Prabowo memberikan kesempatan bagi kedua pemerintah untuk berkomitmen kembali pada janji untuk memperluas dan memperdalam hubungan kita melalui kemitraan strategis yang komprehensif,” kata Lakhdir.
Lakhdir menyampaikan Amerika Serikat dan Indonesia meningkatkan hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis komprehensif pada tahun lalu yang menetapkan secara resmi upaya kedua negara untuk mengatasi tantangan regional dan global serta membuka peluang baru untuk memperluas kerja sama.
“Sejak saat itu, rakyat Amerika Serikat dan Indonesia, dua demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia, telah melakukan pemungutan suara untuk memilih pemimpin baru,” ucapnya.
Di Amerika Serikat, lanjutnya, Presiden Joe Biden telah meyakinkan Presiden terpilih Donald Trump bahwa pemerintahan saat ini akan bekerja untuk memastikan transisi yang damai dan tertib.
Lebih lanjut diplomat itu menyampaikan bahwa selama pertemuan kedua kepala negara di Washington itu, turut membahas cara-cara untuk memajukan kolaborasi, termasuk melalui hubungan ekonomi yang lebih erat, peningkatan kerja sama keamanan, serta kerja sama dalam isu-isu regional dan global.
“Kedua pemimpin menegaskan komitmen mereka untuk mempromosikan demokrasi, pluralisme, supremasi hukum, dan sistem internasional yang stabil dan terbuka, nilai-nilai yang menyatukan kedua negara kita. Mereka menggarisbawahi pentingnya untuk terus memajukan Indo-Pasifik yang terbuka, transparan, dan inklusif, dengan ASEAN sebagai pusat dari visi ini,” ujarnya.