Keluarga Korban Tewas Longsor di Purworejo Dapat Santunan Rp100 Juta dari Pemprov Jateng

Bantuan secara simbolis diberikan kepada Subur, anggota keluarga 4 korban longsor.

ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Warga menyaksikan lokasi bencana tanah longsor di desa Plipiran Bruno, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (20/11/2024). Longsor yang terjadi akibat hujan deras pada Selasa (19/11/2024) tersebut mengakibatkan empat warga meninggal dan puluhan sepeda motor tertimbun material longsoran.
Rep: Kamran Dikarma Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOREJO -- Pj Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Nana Sudjana menyerahkan bantuan senilai Rp100 juta kepada Subur, warga Desa Plipiran, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Bantuan tersebut diberikan menyusul tewasnya empat anggota keluarga Subur dalam bencana tanah longsor pada Selasa (19/11/2024) lalu.

"Kami turut berduka cita terkait bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Plipiran, Kecamatan Bruno yang menyebabkan empat orang meninggal. Ini merupakan keluarga Bapak Subur. Tadi bantuan dari Bank Jateng senilai Rp100 juta sudah diserahkan," kata Nana di Pendopo Kabupaten Purworejo, Kamis (21/11/2024).

Bantuan keuangan diberikan secara simbolis kepada keluarga Subur. Dalam prosesinya, Nana didampingi Plt Direktur Utama Bank Jateng, Irianto Harko Saputro.

Pada kesempatan itu, Nana mengimbau seluruh masyarakat selalu waspada dan terus mengikuti informasi cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG). "Masyarakat yang rumahnya dekat dengan tebing atau di perbukitan, juga dekat dengan sungai harap berhati-hati. Ketika hujan sudah mulai intens, kita harapkan untuk waspada, kita harapkan mengungsi ke tempat yang lebih aman yang sudah disiapkan," katanya.

Nana pun meminta para aparatur pemerintahan dari tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten, aktif dalam memberikan imbauan terkait perkembangan cuaca.


4 Anggota Keluarga Subur Tewas

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jateng, Bergas Catursasi Penaggungan, mengungkapkan, bencana longsor di Desa Plipiran terjadi akibat hujan deras yang mengguyur daerah tersebut pada Selasa (19/11/2024) siang hingga sore. Longsor terjadi sekitar pukul 16:30 WIB.

"Saat menerima informasi (tanah longsor) itu, kita segera berkoordinasi dengan Basarnas dan BPBD Purworejo. Kami juga mengkoordinasikan ke dinas-dinas teknis terkait, termasuk dinas sosial provinsi, dinas sosial kabupaten, untuk supporting penanganan kejadian," kata Bergas ketika dihubungi Republika, Rabu (20/11/2024).

Bergas menambahkan, BPBD Wonosobo, Temanggung, dan Kebumen turut membantu penanganan bencana dan evakuasi korban. Empat anggota keluarga Subur tewas setelah kediaman mereka tertiban batu berukuran besar.

Para korban adalah Finda Wahyuningsih (38 tahun, istri kedua Subur), Susanti (32 tahun, anak dari istri pertama Subur), Refa Yamela (6 tahun, adik Santi dari istri kedua Subur), dan Mehrunnisa Reya Aresha (4 tahun, anak Santi). "Jadi korban itu satu rumah, tapi dua KK, lima jiwa," ungkap Bergas.

Bergas mengatakan, berkat koordinasi antara para otoritas terkait, proses evakuasi keluarga Subur bisa langsung dilaksanakan pada Selasa malam. Sejumlah alat berat pun dikerahkan ke lokasi kejadian.

"Jadi kurang lebih pukul setengah 12 malam, sebelum jam 00:00 tadi malam, itu ditemukan korban pertama. Satu jam berikutnya kurang lebih di sekitar jam 00.30 malam itu ditemukan dua korban berikutnya. Tadi pagi sekitar jam setengah 9 itu ditemukan lagi satu korban," ucapnya.

"Saya berterima kasih kepada teman-teman yang ada di Purworejo, teman-teman BPBD, relawan, anggota TNI-Polri yang ikut membantu, termasuk Basarnas, PMI yang membantu evakuasinya," tambah Bergas.

Dia mengatakan, BPBD telah mengingatkan warga di Desa Plipiran untuk tetap waspada. "Bahwa pada musim hujan dengan durasi cukup lama dan deras, seyogyanya untuk sementara waktu bergeser dulu. Bergeser ke tempat aman," ujarnya.

Bergas mengungkapkan, Provinsi Jateng memiliki risiko untuk menghadapi 14 jenis bencana. "Tapi secara kuantitas, secara jumlah, yang tertinggi itu banjir-longsor, cuaca ekstrem, itu angin topan, angin puting beliung, kemudian kebakaran. Itu (jenis bencana) yang paling tinggi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler