Reaksi Trump Ketika Mengetahui Warga Israel yang Disandera Hamas Ada yang Masih Hidup

Trump berkomitmen untuk menghentikan Perang Gaza

Reuters
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama Presiden terpilih AS Donald Trump.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Para pejabat Israel percaya bahwa Presiden terpilih Donald Trump, yang "ingin mengakhiri perang dengan cepat", akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu daripada Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam isu kesepakatan pembebasan tahanan dan gencatan senjata di Gaza, demikian menurut sebuah laporan dari Axios yang mengutip para pejabat Israel.

Dikutip dari Aljazeera, Ahad (24/11/2024), menurut para pejabat Israel, Trump diperkirakan akan menjadi orang yang akan meyakinkan Netanyahu untuk mengakhiri perang di Gaza, dengan latar belakang kurangnya kemajuan upaya Presiden AS Joe Biden dalam konteks ini.

Para pejabat Israel memiliki harapan besar bahwa Trump akan dapat meyakinkan Netanyahu untuk mencapai kesepakatan dengan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang mencakup pembebasan para tahanan dengan imbalan gencatan senjata di Gaza.

Keterkejutan Trump

Menurut laporan tersebut, Presiden Israel Isaac Herzog berbicara dengan Trump setelah kemenangannya dalam pemilu, dan meyakinkannya bahwa pembebasan 101 tahanan Israel merupakan "masalah yang mendesak." Trump awalnya terkejut ketika Herzog memberitahukan kepadanya bahwa separuh dari tahanan Israel tersebut masih hidup.

Negosiasi untuk kesepakatan pembebasan tawanan dan gencatan senjata telah berlangsung sejak awal perang genosida terhadap rakyat Gaza.

BACA JUGA: Kehancuran Proyek Zionisme Israel Mulai Terlihat Jelas?

Pada sebuah pertemuan pekan ini, Kepala Staf IDF, Mossad dan Shin Bet mengatakan kepada Netanyahu bahwa mereka percaya bahwa kecil kemungkinan Hamas akan menerima syarat-syaratnya untuk penarikan Israel dari Gaza dan mengakhiri perang.

Lembaga keamanan tersebut sebelumnya telah mengatakan kepada Netanyahu bahwa Israel harus melunakkan posisinya jika ingin mencapai kesepakatan, namun menurut para pejabat Israel, Netanyahu menolak untuk mengakhiri perang dengan imbalan pertukaran tawanan, dengan alasan bahwa hal ini akan memungkinkan Hamas untuk bertahan hidup dan menunjukkan kelemahan dan kekalahan Israel.

Para pejabat Israel percaya bahwa tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Lebanon dapat memberikan tekanan kepada Hamas, yang dapat membantu memfokuskan perhatian pada Gaza dan para tahanan.

 

Presiden Israel meminta Biden ketika dia mengunjungi Washington untuk bekerja sama dengan Trump dalam mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pembebasan tahanan.

Pengaruh Trump terhadap Netanyahu

Para pejabat Israel percaya bahwa Trump akan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap Netanyahu dibandingkan Biden, dan meskipun Biden telah berulang kali menekan Netanyahu untuk mengubah posisinya di Gaza, tekanan-tekanan ini belum berhasil mencapai hasil yang nyata.

Mark Dubowitz, CEO Foundation for the Defence of Democracies, mengatakan bahwa Trump harus segera turun tangan untuk mengeluarkan permintaan yang jelas untuk pembebasan semua tahanan dan membebankan tanggung jawab kepada pejabat dan negosiator Israel untuk menekan pihak-pihak yang terlibat.

Menjelang pelantikan Trump pada Januari 2025, banyak pejabat Israel dan Amerika Serikat yang mengamati dengan seksama perkembangan berkas ini, termasuk berkas tahanan Amerika, yang empat di antaranya diyakini masih hidup di Gaza.

Sementara itu, seorang anggota senior Hamas menegaskan bahwa kelompok perjuangan Palestina tersebut siap untuk merundingkan kesepakatan gencatan senjata serta pembebasan sandera Israel sebagai bagian dari pertukaran tahanan yang "serius."

Basem Naim, seorang dokter Palestina, politikus, dan pemimpin di biro politik Hamas, mengatakan bahwa kesepakatan terakhir yang “didefinisikan dengan jelas” adalah pada 2 Juli.

“Itu telah dibahas dengan terperinci, dan menurut saya, kami hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata... yang dapat mengakhiri perang ini, menawarkan gencatan senjata permanen, penarikan total, dan pertukaran tahanan,” katanya. Pernyataan itu ia sampaikan dalam wawancara dengan Sky News yang disiarkan pada Kamis (14/11/2024).

Naim mengatakan “sayangnya, Perdana Menteri Israel (Benjamin) Netanyahu memilih untuk menempuh jalur lain". Ia juga menyebutkan bahwa Israel “melakukan setidaknya dua hingga tiga pembantaian besar” di Khan Younis dan Gaza City setelah itu.

Menyangkut pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada Juli, dia mencatat bahwa setelah itu pihaknya tidak lagi menerima "proposal apa pun yang serius."

Dia menekankan bahwa Hamas bersikap positif pada proposal gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 2 Juli.

BACA JUGA: Keajaiban Tulang Ekor Manusia yang Disebutkan Rasulullah SAW dalam Haditsnya

Ketika ditanya apakah serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel merupakan “bencana besar” bagi rakyat Palestina, Naim menjawab bahwa rakyat Palestina telah menderita akibat pendudukan Israel selama 76 tahun.

“Antara 2002-2023, 20.000 warga Palestina terbunuh. Warga Gaza telah tercekik akibat blokade selama lebih dari 17 tahun,” ujar Naim.

Dia juga menyoroti pernyataan kontroversial Israel, yang secara terbuka menyatakan rencana “untuk mencaplok Tepi Barat, menjadikan Yerusalem sebagai wilayah Yahudi, dan mengusir rakyat Palestina.”

Sambil mendefinisikan serangan Hamas pada 7 Oktober sebagai “tindakan pembelaan diri,” Naim mengatakan apa yang dihadapi rakyat Palestina setiap hari adalah penolakan Israel terhadap hak mereka untuk hidup.

Bagaimana AS TErlibat Genosida di Gaza? - (Republika)

 

 

Ketika ditanya apakah tindakan Hamas memicu eskalasi, ia menjawab, “Ini sama saja dengan menuduh korban atas kejahatan yang dilakukan oleh agresor.”

Mengenai sandera Israel, Naim mengatakan Hamas telah “menyatakan dengan jelas dan terbuka” bahwa pihaknya siap membebaskan para sandera tersebut.

Namun, dia mengingatkan bahwa ada puluhan ribu warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

“Kami siap membebaskan semua warga Israel yang ditahan jika mereka bersedia membebaskan anak-anak, perempuan, dan ribuan anak di bawah umur yang tidak bersalah yang masih berada di penjara-penjara Israel.”

“Kami siap segera untuk mewujudkan gencatan senjata guna mengakhiri perang ini dan untuk pertukaran tahanan secara serius demi pembebasan saudara-saudari kami.”

Ketika ditanya pesan apa yang ingin disampaikan Hamas kepada Presiden AS terpilih Donald Trump, Naim mengatakan, “Kami adalah orang-orang yang mencari masa depan yang lebih baik. Kami ingin memastikan masa depan yang bermartabat dan sejahtera bagi anak-anak kami.”

“Oleh karena itu, kami menyerukan kepada setiap presiden, termasuk Donald Trump dan pemerintahannya, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menghentikan agresi ini, menghentikan perang ini segera. Kami siap untuk kesepakatan gencatan senjata.”

Israel terus melancarkan serangan mematikan ke Gaza sejak serbuan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Gempuran Israel telah menewaskan lebih dari 43.700 orang dan hampir membuat wilayah tersebut tidak layak huni.

BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata

Baca Juga



Israel memperkirakan bahwa lebih dari 100 sandera masih ditahan oleh faksi-faksi Palestina di Gaza sejak serangan 7 Oktober.

Serangan Israel telah membuat hampir seluruh populasi wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang terus berlanjut, yang menyebabkan kekurangan parah akan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Di Mahkamah Internasional, Israel menghadapi kasus genosida atas perang mematikan yang dilancarkannya di Gaza.

Sumber: Aljazeera

Setahun Genosida di Gaza - (Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler