Pertempuran Sengit Dramatis 2 Pejuang Hizbullah Bantai Belasan Tentara Elite Israel
Israel kewalahan hadapi Hizbullah di Lebanon Selatan
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Yedioth Ahronoth mengungkapkan adegan pertempuran di Desa "Aitron" di Lebanon selatan, yang terjadi 3 pekan yang lalu, ketika para pejuang Hizbullah menolak infiltrasi pasukan tentara Israel dan membarikade diri mereka di dalam sebuah bangunan yang hancur di desa tersebut, di mana mereka dikepung dan bentrok dalam pertempuran sengit yang berlangsung selama sekitar 14 jam.
Menurut koresponden militer surat kabar tersebut, Yoav Zeitoun, yang bertemu dengan salah satu tentara Israel yang berpartisipasi dalam pertempuran dan terluka dalam bentrokan tersebut, ini adalah pertempuran terpanjang dan paling berdarah yang pernah dilakukan oleh tentara Israel di Lebanon selatan, yang menewaskan 6 orang tentara dan melukai 14 orang lainnya dengan berbagai macam luka.
Momen dramatis yang terukir dalam ingatan sebagai hasil dari pertempuran yang sulit didokumentasikan melalui adegan penyelamatan salah satu dari 14 tentara yang terluka dalam baku tembak dengan pejuang Hizbullah.
Langkah ini sebagai upaya untuk meminimalkan ukuran kemunduran, kekalahan, dan kerugian yang diderita oleh tentara Israel dalam pertempuran "Aitron", saat tentara yang terluka, Itai Fox, 24 tahun, melambaikan tinjunya ketika dia dikeluarkan dari medan perang.
Enam tentara dari Brigade Nahal Alon 228 Utara tewas dalam pertempuran tersebut. Setidaknya 14 jam bentrokan, baku tembak, pelemparan granat, pencarian yang rumit dan pembersihan tentara yang tewas dan terluka terjadi di bawah kegelapan di dalam rumah yang hancur dan hangus.
Pasukan IDF memasuki sebuah bangunan yang hancur dalam serangan IAF di Aytarun. Dua pejuang Hizbullah telah menyergap pasukan tersebut. Segera setelah pasukan masuk, pejuang Hizbullah menembaki pasukan tersebut, menewaskan dan melukai seluruh pasukan.
Pejuang Hizbullah kemudian melemparkan granat tangan ke arah pasukan Israel, yang menyebabkan kebakaran besar di gedung yang hancur, dan pasukan pendukung Israel juga ikut ditembaki, yang mengakibatkan kematian dan luka-luka di jajarannya.
BACA JUGA: Kehancuran Proyek Zionisme Israel Mulai Terlihat Jelas?
Runtuhnya rantai komando
Selama pertempuran dan bentrokan, rantai komando hilang dan runtuh di antara tentara dan perwira Israel, sementara Divisi ke-91 mengumumkan prosedur penculikan karena mengira para tentara telah ditangkap, dan salah satu tentara yang terlibat dalam pertempuran tersebut mengatakan bahwa ada banyak kekacauan, teriakan, dan tembakan.
Setelah mengalami peristiwa yang sulit dan rumit, di mana para pejuang cadangan dari brigade, yang dipimpin oleh Kolonel Yaniv Malka, terluka parah dan beberapa tentara terbunuh, pasukan Israel tetap berada di gedung yang hancur sampai mereka ditemukan dengan tentara Unit Orang Hilang dan pejuang dari unit elite, dan 20 tentara berhasil diselamatkan di antara yang tewas dan terluka, sementara Divisi 91 mengesampingkan penculikan salah satu tentara atau mayat tentara.
Pertempuran sengit dan sulit, menurut urutan peristiwa yang diingat oleh surat kabar tersebut, meletus justru dalam kegiatan operasional terakhir batalion cadangan di Desa "Aitroun".
Desa tersebut terletak di sektor tengah Lebanon selatan, setelah menyelesaikan operasi militer di desa perbatasan Blida, para komandan militer bersikeras untuk menyusup ke "Aitroun" untuk menyerang dan menghancurkan infrastruktur bersenjata unit Radwan.
Mayor Jenderal Cadangan Yuval Dagan menjelaskan kepada surat kabar tersebut: "Kami tahu ada lebih banyak militan di desa itu, setelah kami menemukan dan menghancurkan ribuan senjata, sebuah markas Hizbullah bawah tanah, dan truk-truk pikap yang dilengkapi dengan peluncur roket multi-barel."
"Kami melakukan seluruh operasi dengan menggunakan tipu muslihat untuk mencapai gedung kotamadya, yang dicurigai sebagai markas pusat Hizbullah," kata dia menambahkan.
BACA JUGA: Keajaiban Tulang Ekor Manusia yang Disebutkan Rasulullah SAW dalam Haditsnya
Pasukan Israel melancarkan serangan satu hari, tambah Dagan: "Serangan satu hari, setelah Angkatan Udara Israel menyerang beberapa bangunan dan menghancurkan rumah-rumah yang mencurigakan untuk memudahkan pasukan yang masuk, tetapi ada kenyataan yang rumit dan sulit, seperti di Gaza, di selatan di Lebanon, para militan justru mendatangi bangunan-bangunan ini untuk bersembunyi di reruntuhan."
Pertempuran sengit
Jenderal cadangan itu berkata, "Pada pukul 14:31, saya menerima komunikasi awal melalui radio tentang pecahnya peristiwa yang sulit, di mana sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat dan gambaran situasi di lapangan karena petugas di tempat kejadian terluka atau terbunuh."
Penyelidikan awal IDF terhadap pertempuran tersebut mengungkapkan bahwa pasukan pertama yang memasuki gedung untuk "membersihkannya" dari para militan, yang terdiri dari enam tentara, mendapat serangan dari jarak dekat dari dua militan Hizbullah yang bersembunyi di reruntuhan dan di bagian gedung yang hancur.
Orang-orang bersenjata itu juga melemparkan granat, menyebabkan kebakaran besar di dalam gedung, dan tentara lain dari kompi yang bergegas ke tempat kejadian untuk mengevakuasi rekan-rekan mereka yang terluka dan melenyapkan orang-orang bersenjata itu, karena api dan asap tebal, mengira hanya ada satu orang bersenjata.
Sementara itu, pria bersenjata kedua diam-diam bersembunyi di reruntuhan, menunggu kesempatan yang tepat untuk menembak para prajurit.
Prajurit Itai Fuchs mengatakan kepada surat kabar tersebut, "Kami datang sebagai bagian dari pasukan pendukung dan saya melihat empat atau lima tentara yang terluka di halaman gedung, beberapa di antaranya tidak bergerak dan tidak merespons. Saya tahu bahwa menurut prosedur ini, pertama-tama Anda harus menyingkirkan ancaman dan membunuh para militan, kemudian menyelamatkan yang terluka dan mengevakuasi yang tewas."
BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata
"Saya menembakkan peluru ke titik-titik yang mencurigakan dan kemudian menurunkan senapan mesin saya untuk mengeluarkan seorang tentara yang terluka dari gedung dan menariknya ke belakang. Saat itu keadaan sudah relatif tenang. Kemudian saya terkena peluru yang masuk di dekat pantat dan keluar melalui paha."
Namun, bahkan setelah Pratu Fox dievakuasi, pertempuran belum berakhir. Pasukan membawa sebuah drone dalam ruangan kecil yang melihat pria bersenjata pertama di sebuah ruangan di antara reruntuhan, dan tentara menembakkan rudal anti-tank ke arahnya, sementara pria bersenjata kedua, yang bersembunyi di dalam reruntuhan dan sempat membunuh seorang perwira lainnya, terbunuh setelah bentrokan selama dua jam.
Sumber: Aljazeera