Peringatan Hari Anak Dunia, Penghianatan Nyata Dunia atas Hak Hidup Anak-anak Palestina
Peringatan Hari Anak Dunia pada 20 November menunjukkan standar ganda barat, dengan banyak anak, termasuk di Palestina, kehilangan hak hidup dan mengalami kondisi buruk. Prediksi tingkat malnutrisi akut di Gaza untuk anak-anak dapat meningkat dari 3,
Peringatan hari anak dunia atau world children's day yang dilaksanakan pada tanggal 20 November disetiap tahun nyatanya hanya menggambarkan standar ganda barat terkait hak anak, bagaimana tidak perayaan yang katanya momen penting untuk merayakan hak-hak anak di seluruh dunia justru masih banyak anak-anak di dunia ini yang hak-haknya tidak dipenuhi bahkan kondisinya sangat memperihatinkan, salah satunya anak anak di Palestina. Menurut laporan riset Crisis in Gaza: Scenario-based Health Impact Projections, sebelum perang berkecamuk, tingkat malnutrisi akut di kelompok anak usia 6-59 bulan di Jalur Gaza mencapai 3,2%. Namun, pada Februari 2024, angkanya diestimasikan sudah naik menjadi 14,1%.
Jika perang berlanjut seperti saat ini dan tidak ada perubahan situasi, prevalensinya diprediksi bisa naik menjadi 16,6% pada Mei 2024 dan bertambah menjadi 21,6% pada Agustus 2024. (Katadata, 4-3-2024). Betapa menyedihkannya anak anak Palestina, bagaimana tidak ditengah perayaan hari anak dunia mereka justru kehilangan orang tua, keluarga, mereka pun kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, keamanan, sanitasi dan asupan gizi yang baik, tak sedikit pula anak Palestina yang di bunuh dan disandera oleh zionis Israel. Bahkan bukan hanya anak-anak yang terampas haknya, janin yang masih dalam kandungan pun sudah diambil hak untuk hidupnya.
Efek kebiadaban penjajahan zionis yahudi terhadap Palestina, banyak perempuan hamil yang keguguran, malanutrisi, hingga di perkosa.Para pemimpin dunia, termasuk pemimpin negeri-negeri muslim bungkam terhadap apa yang terjadi di Palestina. Faham nasionalisme lah yang membuat mereka bungkam, kafir penjajah berhasil mengkotak-kotakan kaum muslim ke berbagai negara bangsa, sehingga kaum muslim hidup dalam batas-batas wilayah tertentu dan enggan memahami kondisi diluar wilayah mereka dengan alasan bukan urusan mereka. Para pemimpin negeri muslim pun membanga-banggakan faham Nasionalisme ini sehingga mereka tidak menyadari adanya upaya perpecahan umat Islam dari faham nasionalisme ini. Nasionalisme membuat matinya rasa simpati dan empati terhadap permasalahan yang menimpa sesama kaum muslim termasuk Palestina.
Nasionalisme menjadikan para pemimpin negeri muslim menganggap bahwa persoalan Palestina hanya sebagai persoalan kemanusiaan bukan persoalan negara mereka, padahal mereka diikat oleh persaudaraan keimanan yang seharusnya menjadi alasan terkuat untuk memberikan pertolongan semaksimal mungkin yang dituntun syariat Islam. Selain itu Barat pun melalui ide nasionalismenya mengarahkan negeri-negeri muslim untuk memprioritaskan kepentingan ekonomi negara dan jabatan mereka daripada memikirkan nasib anak-anak diberbagai wilayah konflik, salah satunya Palestina.Genosida Palestina ini tidak akan kunjung selesai selama negeri-negeri disekitarnya termasuk didalamnya adalah negeri kaum muslim masih mengedepankan kepentingan negeri mereka sendiri.
Mereka masing-masing sibuk dengan masalah dalam negerinya seraya mengesampingkan krisis Palestina. Kendati ada Iran, Irak, Mesir, dan Lebanon yang berperang dengan Yahudi, tetapi hal itu dalam rangka membela kepentingan negerinya masing-masing dan bukan untuk membebaskan Palestina. Kalaupun memberikan bantuan mereka hanya mengkritik, protes, melakukan pertemuan dengan organisasi Islam dunia, mengirimkan bantuan logistik bahkan solusi dua negara. Dengan demikian umat Islam justru harus bersatu untuk menghilangkan sekat-sekat nasionalisme yang selama ini membelenggu kaki dan tangan mereka. Umat harus menyadari bahwa mereka saat ini terjajah secara pemikiran hingga tidak bisa memikirkan solusi hakiki untuk kebangkitan Palestina. Umat harus menyadari hal ini sehingga terbentuk kesadaran di tengah-tengah umat.
Selanjutnya, umat bersama-sama berjuang untuk menegakkan sistem Islam yang secara nyata akan memberi solusi hakiki untuk membebaskan Palestina. Dengan tegaknya sistem Islam, khalifah akan mengkomandokan pasukan militer kaum muslim, dan mengarahkan tank-tank tangguh umat Islam untuk menyerang zionis melalui seruan. Dengan demikian kebutuhan umat atas tegaknya sistem Islam adalah perkara penting dan mendasar untuk memerdekan negeri-negeri muslim dari segala bentuk penjajahan kaum kafir. Dan menjadikan hak hidup anak, terutama di Palestina akan terwujud.Wallahua'lam bishawab []