Mengapa Hampir Separuh Pemilih Pilkada Jakarta tak Memilih?

Tingkat partisipasi Pilkada DKI Jakarta rendah.

Republika/Thoudy Badai
Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) melakukan penghitungan surat suara pada Pilkada serentak 2024 di TPS 032, Kebon Melati, Jakarta Timur, Rabu (27/11/2024). Sebanyak 8,2 juta pemilih yang telah ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada Jakarta 2024 menggunakan hak pilihnya di 14.835 tempat pemungutan suara (TPS). Sementara di TPS tersebut, pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 memperoleh jumlah suara sebanyak 123 suara, disusul paslon Ridwan Kamil Suswono 108 suara dan paslon Dharma Pongrekun-Kun Wardana 16 suara.
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Dr Trubus Rahardiansyah mengatakan menurunnya tingkat partisipasi pemilih Pilkada Jakarta dikarenakan sosok yang maju pada pesta demokrasi lima tahunan bukan orang yang diharapkan publik.

Baca Juga


"Yang diharapkan pemilih Jakarta, kalau bukan Anies ya Ahok," kata Trubus kepada ANTARA melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan bahwa rendahnya partisipasi pemilih pada Pilkada Jakarta dikarenakan sosok yang diharapkan oleh masyarakat tidak diikutsertakan dalam Pilkada 2024, sehingga menjadi salah satu faktornya.

"Memang sosok-sosok yang dipilih bukan mewakili keinginan masyarakat Jakarta. Karena yang bertanding itu kan bukan orang yang diharapkan," tuturnya.

Lembaga survei Charta Politika, misalnya, mencatat penurunan partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 hanya 58 persen. Sementara Pilkada DKI 2017 berada di atas 70 persen.

KPU DKI Jakarta mengakui penurunan partisipasi pemilih yang mengalami penurunan, meski masih menunggu data secara detail.

Selain sosok peserta lanjut Trubus, warga juga sudah tidak terlalu antusias untuk menyalurkan hak pilihannya dikarenakan mereka merasa nasibnya sama saja karena tidak ada perubahan yang signifikan.

"Tidak hanya itu, masyarakat juga melihat pilkada ini tidak berdampak langsung. Artinya masyarakat menganggap bahwa itu hanyalah rutinitas lima tahunan," ujarnya.

Sebelumnya, KPU DKI Jakarta mengevaluasi capaian tingkat partisipasi pemilih di Pilkada 2024 pada Rabu (27/11) yang diduga lebih rendah dari Pemilu Februari 2024.

"Menurut pemantauan kami, alur pemilih di TPS (tempat pemungutan suara) agak renggang. Tapi, kami belum tahu angka pastinya berapa tingkat partisipasi. Tapi untuk pilkada, memang biasanya cenderung lebih rendah dari pilpres," kata Ketua KPU DKI Wahyu Dinata dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/11).

KPU mengaku telah melakukan berbagai cara yakni melakukan sosialisasi ke komunitas, Organisasi Masyarakat (Ormas), sekolah, kampus untuk pemilih pemula dan muda di 100 lokasi wilayah Jakarta.

Sosialisasi juga dilakukan ke tingkat kelurahan, forum-forum warga yang dilakukan oleh kelurahan dengan ragam bentuk sosialisasi seperti kegiatan olahraga, membuka stan pada kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler