Pemimpin Iran-Irak Bahas Perang Gaza dan Perkembangan di Suriah

Gaza Palestina harus dapat akses mendapatkan bantuan kemanusiaan.

EPA-EFE/YOUSSEF DAFAWWI
Serangan rudal menghancurkan gedung diplomatik Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus, 1 April 2024. Menurut kantor berita Suriah, SANA, Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan gedung Konsulat Jenderal Iran di Damaskus.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani pada Ahad (1/12) membahas situasi perang di Gaza serta perkembangan terkini di Suriah.

Baca Juga


Menurut pernyataan kantor media perdana menteri Irak, Pezeshkian menghubungi Al-Sudani melalui sambungan telepon.

Keduanya membahas situasi di kawasan, “terutama peristiwa terbaru di Suriah serta kondisi yang terus berlangsung di Palestina, termasuk perang yang tak kunjung usai dan kejahatan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Zionis terhadap warga sipil dan infrastruktur penting di Jalur Gaza.”

Dalam pernyataan tersebut, kedua pemimpin menekankan “pentingnya melanjutkan dan mengoordinasikan upaya di antara semua negara di kawasan untuk menghentikan perang di Gaza serta mencegah semakin memburuknya situasi di Suriah.”

Wilayah Arab saat ini tengah mengalami perkembangan signifikan yang menarik perhatian dunia. Mulai dari genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, situasi keamanan di Lebanon akibat pelanggaran kesepakatan gencatan senjata oleh Israel lebih dari satu tahun setelah konfrontasi, hingga operasi militer yang dilancarkan oleh faksi oposisi bersenjata di Suriah melawan pasukan rezim Bashar al-Assad. Faksi-faksi tersebut berhasil menguasai sepenuhnya provinsi Idlib dan sebagian besar wilayah provinsi Aleppo.

UEA dan Arab Saudi

Presiden Uni Emirat Arab (UAE) Mohamed bin Zayed Al Nahyan dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada Minggu (1/12) membahas situasi di Timur Tengah, dengan menekankan pentingnya solusi dua negara untuk mencapai stabilitas kawasan.

Pembahasan tersebut berlangsung dalam pertemuan di Kota Al Ain, UAE, dan dalam kesempatan itu Mohammed bin Salman tiba pada hari yang sama untuk kunjungan pribadi dengan durasi yang tidak disebutkan, menurut laporan Kantor Berita Emirat (WAM).

Kedua pemimpin membahas "hubungan persaudaraan yang mendalam antara UAE dan Arab Saudi."

Mereka juga mengeksplorasi “ikatan persaudaraan yang terus terjaga antara kedua negara serta peluang pengembangan lebih lanjut dalam kemitraan strategis khusus mereka.”

Al Nahyan dan Bin Salman menekankan perlunya upaya bersama untuk menjaga stabilitas kawasan dan mencegah wilayah tersebut terjerumus ke dalam krisis baru yang dapat mengancam keamanannya.

Keduanya juga menegaskan pentingnya mengejar perdamaian yang adil, komprehensif, dan berkelanjutan berdasarkan solusi dua negara, demi menjamin stabilitas dan keamanan bagi semua pihak.

Kantor Berita Saudi (SPA) melaporkan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman tiba di Uni Emirat Arab untuk kunjungan pribadi tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Kunjungan ini berlangsung hanya beberapa jam setelah berakhirnya KTT Dewan Kerjasama Teluk (GCC) ke-45 di Kuwait. KTT tersebut menyerukan diakhirinya genosida Israel di Gaza serta penghentian blokade, kelaparan, dan pengusiran rakyat Palestina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler