Agar Lancar Masuk Surga
Inilah amalan yang akan Allah balas dengan surga.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, “Telah Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang (keindahannya) belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah tebersit dalam pikiran dan hati manusia” (HR Muslim). Sesuatu yang dimaksud itu adalah surga.
Tersedia dua jalan menuju ke sana. Pertama, jalan berlika-liku. Dalam arti, seorang Mukmin terlebih dahulu “dicuci” di dalam neraka sebelum ia dimasukkan oleh Allah ke surga. Sebab, bobot amal kebaikannya lebih ringan daripada maksiat yang dilakukannya selama di dunia.
Kedua, cara yang mulus. Bahkan, ada golongan orang-orang beriman yang Allah tetapkan bagi mereka masuk surga tanpa dihisab.
Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis menjelaskan kriteria-kriteria hamba Allah yang saleh, yakni penghuni surga dengan melalui jalan yang lancar. Berikut adalah pemaparan tentang tiga kriteria yang dimaksud.
Senang menyebarkan salam
Pertama, menyebarluaskan salam (ifsya'us salam). Salam adalah doa yang diucapkan seorang Muslim dengan harapan, orang yang dijumpainya memperoleh kebahagiaan, keselamatan, dan kesejahteraan. Ibnu Mas'ud yang berkata berdasarkan hadis Nabi SAW.
Rasulullah SAW bersabda, “As-salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah SWT dan diperintahkan untuk disebarluaskan agar orang yang menerimanya mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dari Zat as-Salam (Yang Maha Sejahtera).”
Jangan meremehkan salam. Rasulullah SAW pernah menegur seseorang saat berkunjung ke rumah tanpa mengucapkan salam. “Kembalilah, dan ucapkanlah salam terlebih dahulu dan kemudian tanyakan, apa boleh masuk ke dalam rumah” (HR at-Tirmizi). Tentu, salam dapat dimaknai tidak hanya sebagai ucapan. Ia juga berwujud sikap dan perbuatan yang membawa kepada kedamaian, kerahmatan, dan keberkahan.
Banyak bederma
Kedua, memberi makan kepada orang yang memerlukan. Dalam hadis Nabi SAW, istilahnya ialah ith'amuth tha'am. Sasaran derma itu ialah kaum fakir dan miskin (fuqara wal masakin).
Sebenarnya, tidak hanya hadis tentang kriteria mulus ke surga. Rasulullah SAW juga kerap bersabda tentang keutamaan menyediakan pangan kepada mereka yang kelaparan. “Sesungguhnya orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan” (HR Thabrani). Seorang lelaki bertanya kepada Nabi SAW, “Perbuatan apa yang terbaik menurut Islam?” Beliau menjawab, “Kamu memberi makan kepada orang lain” (HR Bukhari-Muslim).
Pengertian bederma itu luas. Dalam arti, makanan atau minuman yang diberi tidak harus berasal dari dirinya sendiri. Bisa saja, sekadar menyalurkan bantuan pangan dari Muslim lain. “Api neraka merasa takut walaupun dengan sebiji kurma (yang Muslimin berikan untuk orang yang lapar)” (HR Bukhari).
Gemar tahajud
Ketiga, shalat malam. Atau, dalam redaksi hadis Nabi Muhammad SAW ini: shalatul lail wannaasu niyamun, ‘shalat di saat orang lain sedang lelap tidur.’ Dalam perspektif fikih, salah satu sunah ialah shalat tahajud.
Momen ibadah itu adalah saat untuk berkomunikasi langsung kepada Allah. Sesudah shalat tahajud, sempatkanlah untuk mendoakan kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, dan umat Islam seluruhnya.
Ummul mu`minin ‘Aisyah berkata, “Janganlah kamu meninggalkan shalat malam (qiyamul lail) karena Rasulullah tidak pernah meninggalkannya. Bahkan, apabila beliau sedang sakit atau kepayahan, beliau shalat dengan duduk” (HR Abu Dawud).