Konflik Suriah Rumit, Ini Faksi-Faksi Militan yang Berkuasa

Faksi-faksi militan memiliki dukungan dari negara-negara yang berbeda.

AP Photo/Omar Sanadiki
Pejuang oposisi merayakan runtuhnya pemerintahan Suriah di Damaskus, Suriah, Ahad (8/12/2024). Kekuasaan Partai Baath di Suriah tumbang pada Ahad (8/12/2024). Hal itu ditandai ibu kota Damaskus lepas dari kendali rezim Presiden Bashar al-Assad. Runtuhnya kekuatan pasukan Assad di ibu kota mengakhiri 61 tahun pemerintahan Partai Baath yang penuh kekerasan dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad. 
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Konflik di Suriah boleh dibilang cukup rumit. Hal itu bukan tanpa alasan karena konflik melibatkan beragam faksi dengan dukungan berbeda-beda.

Baca Juga


Di tingkat negara, Presiden Bashar al-Assad sempat mendapat sokongan kuat dari Rusia dan Iran sebelum akhirnya jatuh. Di tingkat oposisi pun banyak yang bermain dari mulai Turki, Arab Saudi, hingga Amerika Serikat.

Berikut sejumlah faksi-faksi militan yang punya pengaruh kuat di lapangan.

HAYAT TAHRIR AL-SYAM

Kelompok paling kuat di Suriah yang mempelopori kemajuan pemberontak adalah kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham.

Gerakan ini menurut laporan media asing, awalnya sempat berafiliasi resmi dengan Alqaidah di Suriah dengan nama Front Nusra atau Jabat al-Nusra.

Mereka melancarkan serangan di Damaskus sejak awal pemberontakan melawan Assad pada 2011 silam. Gerakan tersebut juga sempat satu faksi dengan ISIS. 

Namun pemimpinnya Ahmed al-Sharaa, yang selama bertahun-tahun menggunakan nama samaran Abu Mohammed al-Golani, memutuskan untuk memisahkan diri terlebih dahulu dari kelompok ISIS.

Al-Golani juga secara terbuka memutuskan hubungan dengan alqaidah dan membubarkan Jabhat al-Nusra dan mendirikan organisasi baru, yang mengambil nama Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

Mereka menjadi kelompok terkuat di daerah kantong pemberontak utama di sekitar provinsi Idlib di barat laut.

HTS dan pemimpinnya telah ditetapkan sebagai teroris oleh Amerika Serikat, Turki dan negara-negara lain. Namun mereka terus berjuang bersama kelompok pemberontak arus utama dan mendukung pemerintahan di Idlib yang mereka sebut Pemerintahan Keselamatan.

Belakangan Sharaa al-Golani telah menampilkan gambaran yang lebih moderat selama kampanye kilat yang menjatuhkan Assad. Langkah Golani mendepak Assad dari kekuasaan bahkan mendapatkan sambutan dari negara-negara Barat.

 

PASUKAN PEMBEBASAN SURIAH

Pemberontakan di Suriah sangat terpecah, dengan terbentuknya kelompok-kelompok lokal dengan berbagai ideologi.

Selama bertahun-tahun beberapa dari mereka terpecah atau bergabung dengan kelompok lain. Koalisi, seperti Pasukan Pembebasan Suriah dan Front Islam, mempunyai pengaruh pada berbagai periode konflik.

Selama konflik berlangsung, Pasukan Pembebasan Suriah mendapatkan bantuan senjata dari Turki., termasuk Arab Saudi. Riyadh juga mendukung kelompok bersenjata lain seperti Jasyh al-Islam yang bermahzab Salafi. 

Kekuasaan relatif para milisi juga ditentukan oleh apakah mereka bermarkas di wilayah yang direbut Assad atau berada di luar kendali Assad.

Di Idlib, barat laut Suriah, yang hingga pekan lalu merupakan benteng utama pemberontak di Suriah, sejumlah kelompok bertempur bersama HTS dalam komando operasi militer terpadu. Kelompok lain mendominasi wilayah selatan.

TENTARA NASIONAL SURIAH

Turki mengirim pasukan ke Suriah mulai 2016 untuk mengusir kelompok Kurdi dan ISIS dari perbatasannya.

Sebagai pendukung utama pemberontak, mereka akhirnya membentuk beberapa kelompok menjadi Tentara Nasional Suriah yang, didukung oleh kekuatan militer langsung Turki, menguasai wilayah di sepanjang perbatasan Suriah-Turki.

Ketika HTS dan kelompok sekutunya dari barat laut menyerang Assad pekan lalu, SNA juga bergabung dengan mereka, melawan pasukan pemerintah dan pasukan pimpinan Kurdi di timur laut.

PASUKAN DEMOKRATIK SURIAH

Unit Perlindungan Rakyat (YPG) yang dipimpin Kurdi menguasai sebagian besar wilayah timur laut Suriah pada tahun 2012 ketika pasukan pemerintah menarik diri untuk melawan pemberontak di barat.

Turki memandang YPG tidak dapat dipisahkan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun di Turki, dan dianggap oleh AS sebagai kelompok teroris.

Ketika ISIS berkembang di Suriah pada tahun 2014, YPG bergabung dengan kelompok lain untuk menahan mereka, didukung oleh AS.

Pasukan Kurdi membentuk aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang terdiri dari milisi Kurdi dan Arab, yang didukung oleh AS dan sekutunya.

SDF kini menguasai sebagian besar wilayah Suriah yang terletak di sebelah timur Sungai Efrat, termasuk bekas ibu kota ISIS, Raqqa dan beberapa ladang minyak terbesar di negara itu, serta beberapa wilayah di sebelah barat sungai tersebut. Pasukan tersebut telah memerangi SNA yang didukung Turki di sekitar kota Manbij.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler