Efek Situasi Suriah, Pertamina Siapkan Langkah Antisipatif

Pertamina telah melakukan pemetaan risiko terhadap jalur distribusi minyak dan LPG.

Antara/Muzdaffar Fauzan
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri (kiri) dan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam konferensi pers kesiapan Natal dan Tahun Baru di Jakarta, Senin (9/12/2024).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius menyampaikan kesiapan perusahaan menghadapi potensi kenaikan harga minyak dunia yang dipengaruhi oleh konflik geopolitik di Timur Tengah, termasuk dampak dari situasi yang berkembang di Suriah. Simon menyampaikan Pertamina menyiapkan sejumlah langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas pasokan energi nasional.

Baca Juga


"Kondisi harga minyak dunia dipengaruhi banyak faktor, salah satunya geopolitik. Kita tentu prihatin dengan kondisi yang terjadi di Suriah dan tentunya dengan diplomasi kita selalu mendorong supaya para pemimpin dunia semakin bijak dan bisa mencari jalan damai," ujar Simon saat konferensi pers kesiapan PLN dan Pertamina terkait Natal dan tahun baru di Media Center Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (9/12/2024).

Dalam operasionalnya, lanjut Simon, Pertamina telah melakukan pemetaan risiko terhadap jalur distribusi minyak dan LPG, termasuk rute kapal tanker yang melewati wilayah konflik. Menurut Simon, jika jalur tersebut terlalu berisiko, perusahaan akan mempertimbangkan jalur alternatif yang lebih aman meski berpotensi menambah biaya logistik.

"Sejauh ini dengan Suriah kita masih aman. Untuk rute kapal-kapal kita, jika melewati daerah konflik terlalu berisiko, kami akan mencari jalur lain yang lebih aman. Namun, tentu hal ini harus diperhitungkan secara matang, termasuk dampak biaya logistiknya," sambung Simon.

Simon menyampaikan Pertamina juga memastikan ketersediaan stok BBM dan LPG nasional dalam kondisi aman, terutama menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Simon menyebutkan stok LPG saat ini mencukupi untuk 15 hari, kerosine untuk 13,5 hari, Pertalite untuk 17 hari, Pertamax untuk 20 hari, Pertamax Turbo untuk 39 hari, Solar untuk 17 hari, serta Dex dan Avtur untuk 28 hari.

"Jadi, kondisinya aman meskipun seandainya tidak ada pasokan setiap hari. Dengan operasional yang berjalan, stok ini akan terus tergantikan. Kami berkomitmen untuk menjaga ketersediaan energi selama Nataru," ucap Simon.

Simon memperkirakan potensi peningkatan konsumsi bensin sebesar lima persen dan LPG sebesar 2,7 persen saat periode Nataru. Sementara untuk konsumsi solar, ucap Simon, akan mengalami penurunan karena pembatasan pengantaran barang saat Nataru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler