Zionis Caplok Tanah Suriah, Saudi: Israel Lakukan Sabotase

Pencaplokan tanah Suriah menunjukkan pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap aturan

AP / Ariel Schalit
Tentara Israel mengendarai kendaraan militer selama latihan di Dataran Tinggi Golan yang dikontrol Israel di dekat perbatasan dengan Suriah, Selasa (4/8/2020).
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengecam perampasan tanah oleh Israel di wilayah yang dikuasai Suriah di Dataran Tinggi Golan. Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X, pejabat Saudi menulis bahwa serangan yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Israel dengan merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, dan penargetan wilayah Suriah oleh pasukan pendudukan Israel, mengonfirmasi pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap aturan hukum internasional

Baca Juga


"Ini menunjukkan tekad Israel untuk menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya," kata otoritas Saudi. 

Pasukan penjaga perdamaian PBB di Suriah juga telah memberi tahu pasukan Israel bahwa perampasan tanah di Suriah merupakan pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat pada 1974.

Saat itu, Suriah dan Israel menandatangani Perjanjian Pelepasan, yang mengakhiri Perang Yom Kippur. Pasukan penjaga perdamaian PBB juga dibentuk, UNDOF, yang bertugas menjaga gencatan senjata antara kedua negara.

Setelah Bashar al-Assad digulingkan, Israel menganggap kesepakatan itu batal dan karena itu menduduki tanah Suriah di dekat Dataran Tinggi Golan yang telah diduduki.

“Pasukan penjaga perdamaian di UNDOF memberi tahu rekan-rekan Israel bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap perjanjian pelepasan tahun 1974 bahwa tidak boleh ada pasukan militer atau kegiatan di wilayah pemisahan, dan Israel dan Suriah harus terus menegakkan ketentuan perjanjian tahun 1974 itu dan menjaga stabilitas di Golan,” kata juru bicara sekretaris jenderal PBB Stephane Dujarric.

Israel mengambil kesempatan setelah kejatuhan Presiden Bashar al-Assad. Media AS Axios melaporkan bahwa Israel telah memberi tahu Washington bahwa mereka akan memindahkan pasukan ke zona penyangga di sepanjang perbatasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

Hal itu senada dengan sikap Perdana Menteri Israel Netanyahu yang mengatakan perjanjian dengan Suriah tahun 1974 telah "runtuh" setelah Bashar al-Assad jatuh. Ia memerintahkan [militer] kemarin untuk merebut zona penyangga dan posisi komando di dekatnya.

Tak hanya itu, Israel juga telah melakukan puluhan serangan udara di wilayah Suriah hari ini, termasuk di ibu kota, Damaskus.

Syrian Observatory for Human Rights mengatakan Israel melancarkan serangan terhadap depot senjata di Suriah timur.

"Israel telah melakukan serangan udara terhadap depot senjata dan posisi milik rezim yang sudah tidak berkuasa dan kelompok yang didukung Iran di provinsi Deir Az Zor timur," kata kepala pemantau hak asasi manusia, Rami Abdel Rahman, kepada kantor berita AFP dilansir Aljazirah.

Dia menambahkan bahwa telah terjadi peningkatan serangan Israel terhadap target-target tersebut sejak oposisi merebut ibu kota.

Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan milisi anti-pemerintah lainnya menguasai Damaskus pada Ahad. Perdana Menteri Suriah Mohammad al-Jalali telah menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat.

Jalali menambahkan bahwa ia tetap berada di rumahnya di Damaskus. Serangan HTS dimulai pekan lalu dari provinsi Idlib yang dikuasai oposisi dan dipimpin oleh seorang mantan komandan Al-Qaeda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler