Jerman Siap Jalin Hubungan dengan Kelompok HTS di Suriah

Jerman akan memulai kontak dengan HTS.

Al Monitor/Fadi Al-Halabi
Kementerian Wakaf yang berafiliasi dengan Hayat Tahrir al-Sham, kelompok pembebasan Suriah telah memulai pemulihan Masjid Agung Idlib yang bersejarah.
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN -- Jerman dan negara-negara Barat lainnya akan memulai kontak langsung dengan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di Suriah, yang terdaftar sebagai organisasi teroris di Uni Eropa, kata Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius pada Kamis (12/12/2024). "Kami semua akan mulai berbicara dengan sayap politik HTS sesegera mungkin untuk memperjelas bahwa kami siap berkontribusi pada stabilisasi kawasan, negara Suriah, dan wilayah Kurdi," kata Pistorius kepada wartawan saat konferensi pers.

Baca Juga


Acara jumpa pers itu berlangsung dalam kunjungan ke pasukan angkatan bersenjata Jerman yang ditempatkan di Irak, yang pernyataannya dipublikasikan melalui situs resmi kementerian pertahanan Jerman.

Tujuan menjalin hubungan dengan kelompok HTS itu adalah untuk melindungi banyak kelompok minoritas dan memastikan bahwa setiap anggota masyarakat berpartisipasi dalam membangun kembali pemerintahan dan ketertiban baru di Suriah, tambah Pistorius. Sebelumnya pada Senin (9/12/2024).

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer mengatakan bahwa penilaian terhadap kegiatan HTS akan bergantung pada sikapnya terhadap agama dan etnis minoritas.

Sementara itu, hubungan diplomatik dengan pemerintahan masa depan Suriah kemungkinan akan dilakukan melalui Beirut hingga kedutaan Jerman didirikan, tambah Fischer.

Sementara pada Rabu (11/12/2024), Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan bahwa Jerman berencana untuk meningkatkan kehadirannya di Suriah dan pemerintah negara tersebut telah menunjuk perwakilan khusus untuk tujuan tersebut. Oposisi bersenjata Suriah merebut ibu kota Damaskus pada Ahad (8/12/2024).

Para pejabat Rusia mengatakan bahwa Presiden Bashar Assad telah mengundurkan diri setelah bernegosiasi dengan peserta konflik Suriah, dan meninggalkan Suriah menuju Rusia di mana ia diberikan suaka. Mohammed al-Bashir, yang menjalankan pemerintahan berbasis di Idlib yang dibentuk oleh Hayat Tahrir al-Sham dan kelompok oposisi lainnya, diangkat sebagai perdana menteri sementara pada Selasa (10/12/2024).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler