Puja Puji Trump kepada Turki Soal Penggulingan Bashar al-Assad
Presiden Turki telah lama menentang Bashar al-Assad
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menggambarkan, penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai "pengambilalihan kekuasaan yang tidak bersahabat" oleh Turki. Seperti diketahui, Turki telah bersekutu dengan beberapa kelompok oposisi memimpin serangan kilat di Damaskus.
Trump menyampaikan pernyataan tersebut – yang tampaknya memuji Ankara – selama konferensi pers di Florida, AS, pada Senin (16/12/2024). Di perkebunannya yang berada di Mar-a-Lago, pernyataan Trump memberikan gambaran tentang kebijakan luar negeri dan dalam negerinya beberapa pekan sebelum ia kembali ke Gedung Putih pada tanggal 20 Januari.
"Saya pikir Turki sangat cerdas... Turki melakukan pengambilalihan kekuasaan yang tidak bersahabat tanpa banyak nyawa yang hilang. Saya dapat mengatakan bahwa Assad adalah seorang tukang jagal, apa yang telah ia lakukan terhadap anak-anak," kata Trump, mengacu pada penggulingan pemimpin Suriah yang telah lama menjabat pada 8 Desember.
Kepergian Bashar Al-Assad menyusul serangan mendadak di seluruh negeri oleh kelompok pemberontak, yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah lama menentang pemerintahan al-Assad. Erdogan mendukung kelompok oposisi Tentara Nasional Suriah (SNA), yang bermarkas di Suriah barat laut.
Trump sebelumnya telah mempertimbangkan konflik tersebut, dengan mengatakan bahwa perang tersebut, "Bukan pertarungan kami".
Selama masa jabatan pertamanya, ia telah berupaya menarik sekitar 900 tentara AS yang bermarkas di Suriah dalam peran penasihat untuk Pasukan Demokratik Suriah (SDF), kelompok oposisi yang didukung AS. Meski demikian, dia mengingkarinya karena tekanan dari sekutu yang khawatir tentang kebangkitan ISIL (ISIS). Saat konferensi pers Seni, Trump menolak ketika ditanya apakah ia akan menarik pasukan AS.
Ia mengatakan bahwa "tidak seorang pun tahu" apa yang akan terjadi di masa depan Suriah, yang telah berperang sejak 2011. Namun, ia berpikir Turki akan memegang kunci negara tersebut.
Ankara secara umum mendukung serangan oposisi tetapi sejauh mana dukungannya terhadap kelompok-kelompok seperti HTS masih belum jelas. SNA terus memerangi SDF yang sebagian besar terdiri dari orang Kurdi sejak jatuhnya al-Assad.