Banjir Rob di Pesisir Jakarta Bukan karena Curah Hujan Tinggi

Anggota DPRD DKI Jakarta menilai Dinas SDA tidak siap mengantisipasi banjir rob.

Republika/Prayogi
Anak-anak bermain saat banjir rob melanda di Kawasan Pluit Karang Ayu Barat, Jakarta, Senin (16/12/2024). Banjir luapan air laut atau rob tersebut menggenangi salah satu akses jalan untuk memasuki kawasan pelabuhan Muara Angke. Banjir rob dikawasan tersebut mencapai ketinggian sekitar 10 hingga 60 sentimeter (cm) yang berakibat aktivitas warga di sekitar menjadi terhambat. Menurut informasi sudah empat hari banjir rob merendam beberapa tempat di wilayah Jakarta Utara. Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah mengeluarkan peringatan dini banjir rob pada pada tanggal 11 Desember - 20 Desember 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Banjir rob di pesisir Jakarta dengan ketinggian 100 centimeter (cm) dalam beberapa hari terakhir diduga bukan karena curah hujan yang tinggi. Tetapi, terjadi berbarengan dengan fase bulan purnama yang mengakibatkan pasang air laut meningkat secara maksimum.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum dalam keterangan di Jakarta, Senin (16/12/2024), mengatakan, kondisi air laut pasang tersebut meluap ke daratan yang menyebabkan banjir rob. Dia menjelaskan, pasang air laut dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari.

Baca Juga


Ketika bulan berada di titik purnama posisi bulan terlihat bulat sempurna dengan seluruh permukaannya terlihat terang. Inilah yang kemudian dapat memicu banjir rob di wilayah pesisir pantai.

"Ini merupakan fenomena alam yang berkaitan dengan pasang air laut," katanya.

Saat pasang tinggi, terutama pada fase bulan purnama atau bulan baru, permukaan air laut naik dan bisa mencapai daratan rendah yang berada dekat dengan garis pantai. Ika menambahkan, durasi banjir rob yang terjadi dapat bervariasi tergantung beberapa faktor, seperti siklus pasang surut, topografi wilayah dan kondisi cuaca.

Namun, menurut dia, banjir rob biasanya berlangsung sekitar dua hingga enam jam saat pasang. Untuk mengatasinya, Dinas SDA DKI Jakarta mengoptimalkan penggunaan pompa untuk mengalirkan air ke laut, bahkan saat air tidak mampu mengalir secara gravitasi.

Menurut Ika, kondisi rob juga dipengaruhi faktor topografi wilayah. Di wilayah pesisir dengan permukaan tanah rendah atau di bawah permukaan laut, air rob bisa terperangkap lebih lama.

Karena itu, Dinas SDA mengoptimalkan operasional pompa permanen (stasioner) maupun bergerak untuk dapat mengalirkan air dan optimalisasi saluran drainase agar air dapat mengalir dengan lancar.

Sementara itu, langkah jangka panjang yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir rob, yakni dengan terus menggenjot pembangunan tanggul pengaman pantai melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A sepanjang 39 kilometer (km). Ini merupakan program sinergi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk mencegah air laut masuk ke daratan saat pasang laut terjadi.

Selain itu, dibangun pula sistem polder pengendali rob yang dilengkapi bendung karet untuk menahan air laut supaya tidak melimpas kembali ke daratan. Upaya pengendalian penurunan muka tanah (land subsidence) juga terus digaungkan.

"Salah satunya dengan pembatasan penggunaan air tanah melalui Zona Bebas Air Tanah yang akan diperluas wilayahnya," katanya.

Hingga Senin malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa dua wilayah Rukun Tetangga (RT) dan satu ruas jalan di Jakarta Utara masih terendam banjir rob. Namun, hingga kini belum ada warga yang mengungsi.

"Info terkini hingga pukul 20.00 WIB, dua RT di Kelurahan Pluit terendam banjir dengan ketinggian dari 15 centimeter hingga 35 centimeter," kata Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Senin.

Isnawa mengatakan, satu ruas jalan yang masih terendam adalah Jalan Hiu di Kelurahan Penjaringan dengan ketinggian air 15 centimeter (cm). BPBD juga mencatat banjir rob telah surut di sejumlah lokasi yang semula terdampak banjir. Yakni tiga RT di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, dan satu RT di Kelurahan Pluit Penjaringan, Jakarta Utara.

Kemudian genangan di Kabupaten Kepulauan Seribu juga telah surut mulai dari enam RT di Kelurahan Pulau Panggang, satu RT di Kelurahan Pulau Kelapa dan satu RT di Kelurahan Pulau Untung Jawa. Kemudian dua ruas jalan yang sebelumnya terendam banjir juga telah surut. Yaitu di Jalan Cumi, Penjaringan dan Jalan RE Martadinata Papanggo Tanjung Priok, Jakarta Utara.

BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat.

"Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," kata dia.

Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Utara pun terus berupaya mempercepat surutnya banjir rob yang merendam permukiman warga di kawasan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Kepala Seksi Pemeliharaan Drainase Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Utara, Yudo Widiatmoko menyebutkan, ada tiga hal yang dilaksanakan untuk mempercepat banjir rob segera surut.

Pertama, mengoptimalkan kinerja pompa-pompa statis yang ada. Kedua, menyiagakan satgas atau pasukan biru dan ketiga serta menurunkan pompa-pompa bergerak (mobile) di lokasi terjadinya genangan.

Untuk menghindari semakin banyaknya air yang masuk, SDA Jakarta Utara melakukan penutupan tali tali air yang terpengaruh dengan rob. Salah satunya dengan melakukan peninggian parafet di sekitar lokasi terdampak. Suku Dinas SDA Jakarta Utara juga melakukan pembuatan saluran-saluran baru yang bertujuan agar aliran air dapat mengalir lebih optimal.

"Selain menambah pompa-pompa mobile, upaya penanganan tercepat dan jangka pendek menurunkan air dengan membuat crossing saluran, tujuannya supaya air dapat lebih cepat mengalir dari lokasi rob," kata dia.

Karikatur opini banjir pulau Jawa - (republika)

Anggota DPRD DKI Jakarta Tri Waluyo menilai Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan pihak terkait tidak siap dalam mengantisipasi terjadinya banjir rob atau banjir pesisir di Muara Angke, Pluit dan sejumlah lokasi di Jakarta Utara. “Saya hari ini meninjau, ada dua stasiun pompa air yang tidak bekerja dan ini berdampak pada permukiman warga yang terendam banjir,” kata anggota DPRD DKI Dapil Jakarta III Penjaringan, Pademangan dan Tanjung Priok tersebut di Jakarta, Senin.

Menurut dia, pemerintah daerah tentu harus mengambil langkah yang tepat karena Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan sejak jauh-jauh hari terkait potensi banjir pesisir ini. "Kondisi ini menandakan Dinas SDA tidak siap dan banjir masih merendam permukiman penduduk hingga Senin sore," kata dia.

Ia mengatakan, banjir yang terjadi hari ini membuat ketinggian air yang merendam permukiman penduduk cukup tinggi. Padahal puncak banjir rob diprediksi sudah lewat tapi kondisi saat ini lebih parah dibandingkan kemarin.

Hal ini, kata Tri Waluyo, terjadi karena ada dua stasiun pompa yang tidak berfungsi sehingga banjir tidak mampu dialirkan ke waduk yang ada di kawasan tersebut.

“Stasiun pompa yang tidak berfungsi tentu membuat air yang ada di permukiman penduduk tidak surut. Begitu juga pompa portabel juga tidak berfungsi dengan baik,” kata dia.

Tri mengatakan, pihaknya akan menanyakan hal ini kepada dinas terkait. Apalagi kondisi banjir rob ini masih berpotensi terjadi hingga 20 Desember 2024.

“Langkah apa yang akan dilakukan pemerintah daerah dalam menghadapi ancaman ini, jangan lagi masyarakat yang menjadi korban karena pemerintah gagal mengantisipasinya,” kata dia.



sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler