Muhammadiyah Gelar Program Bina Damai untuk Generasi Muda Palestina

Pelatihan bagi ratusan pemuda ini untuk kuatkan kohesi sosial masyarakat di Palestina

ist
Muhammadiyah gelar program Bina Damai untuk generasi muda Palestina
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah menaruh perhatian yang besar pada perjuangan bangsa Palestina dalam melawan penjajahan Israel. Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Syafiq A Mughni mengatakan, Persyarikatan tidak hanya mengirimkan bantuan pangan, sandang dan obat-obatan, melainkan juga pendampingan untuk generasi muda Palestina.

Baca Juga


Sejak Juni 2024, Syafiq menjelaskan, Persyarikatan mengadakan Peacebuilding Lab atau Bina Damai Palestina. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu) dan Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah.

"Program ini menyediakan layanan konseling, penyembuhan trauma, hingga pelatihan bagi 200 pemuda Palestina untuk menjadi agen perubahan dan melakukan diplomasi tanpa kekerasan,” ujar Syafiq dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (16/12/2024).

Melalui Peacebuilding Lab, pemuda-pemudi Palestina akan bersama dengan mitra lokal untuk mencari solusi agar masyarakat di lingkungan mereka tidak mudah putus asa. Mereka dibentuk untuk menjadi agen perubahan yang optimistis menatap masa depan.

"Mereka juga memperoleh bantuan program peningkatan kapasitas secara signifikan dari program-program yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dengan mitra kolaborasi," jelas Syafiq.

Ketua Badan Pengurus LazisMu PP Muhammadiyah Ahmad Imam Mujadid Rais menjelaskan, rangkaian Peacebuilding Lab telah berlangsung sejak 11-18 Desember 2024 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Selain dua kampus di DIY itu, program ini juga bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah Jakarta.

Dalam enam tahun terakhir, Mujadid Rais menjelaskan, pihaknya menyalurkan bantuan pendidikan mahasiswa di Universitas Gaza serta beasiswa untuk mahasiswa Jalur Gaza yang belajar di Indonesia.

"Demikian pula, penyaluran dana pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Hebron, bantuan emergency aid untuk 600 orang dan dua rumah sakit, pemberdayaan peternakan dan pertanian, bantuan dua unit alat cuci darah, bantuan pakaian hangat uintuk musim dingin dan lain sebagainya,” papar Mujadid Rais.

Sekretaris LKHI PP Muhammadiyah Yayah Khisbiyah menyampaikan, pihaknya berfokus pada keberlangsungan program pemberdayaan yang didukung LazisMu. Melalui program ini, ratusan pemuda dan pemudi Palestina mendapatkan bantuan berupa peningkatan kapasitas.

“Bersama komunitas lokal secara komprehensif mengeksplorasi program-program pemberdayaan seperti peternakan, pertanian dan program pemberdayaan lainnya yang terhubung dengan Witness Center sebagai mitra kolaborasi,” ungkapnya.

Jauh sebelum peristiwa 7 Oktober lalu, imbuh Yayah, LHKI dan LazisMu telah merencanakan program di Palestina. Namun, pelaksanaanya kemudian tertunda karena alasan keamanan.

“Kami mengembangkan program berbasis dialog multikultural yang mengedepankan kemanusiaan dan nir-kekerasan, sehingga tujuan program ini adalah mempromosikan bina damai dengan pendekatan inklusif yang melibatkan mitra strategis,” tuturnya.

Director Urusan Budaya Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Al-houcine Rhazoui menilai, aksi kemanusiaan yang dibawa oleh Muhammadiyah memberikan harapan bagi generasi muda Palestina.

“Kami mengapresiasi program kolaborasi ini. Apalagi, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia turut menyuarakan pembebasan Palestina dari cengkeraman Israel,” ujar dia.

Kayed al-Meary dari Witness-Syahid Center, salah satu mitra Muhammadiyah di Palestina, menjelaskan bahwa generasi muda di Palestina tumbuh dan bertahan dalam program-program pemberdayaan. Namun, kebanyakan program itu masih dalam skala yang terbatas.

Sebab, agresi Israel terus mengokupasi setiap wilayah Palestina. Zionis pun menyasar generasi muda Palestina.

“Israel tidak hanya merusak rumah dan fasilitas umum, tapi juga merusak tatanan kohesi sosial yang ada di Palestina. Oleh karena itu, kehadiran Witness Center di Palestina sebagai lembaga kemitraan untuk pemberdayaan, advokasi, dan media literasi begitu berdampak positif,” jelasnya.

“Witness juga berupaya menghubungkan pemuda dan pemudi di Palestina agar mereka memiliki harga diri, kedaulatan dan misi cinta kemanusiaan. Ini bukan sekadar isu ekonomi dan politik, lebih jauh lagi identitas dan harga diri," sambung Kayed.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler