UAS Ungkap Sejarah Tahun Masehi dari Romawi, Bolehkah Muslim Menggunakannya?
Kaisar Julian memberi kontribusi dalam memberikan nama-nama bulan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pergantian tahun baru Masehi tinggal menghitung hari. Seperti tahun-tahun sebelumnya, masyarakat di berbagai belahan dunia mengagendakan diri untuk melakukan perayaan tahun baru tersebut.
Dalam salah satu ceramahnya, Ustadz Abdul Somad (UAS) menjelaskan sejarah kalender Masehi yang bermula dari seorang Kaisar dari negeri Romawi di Eropa. Kaisar itu bernama Julian. Dia yang membuat kalender dan nama-nama bulan mulai dari Januari, Februari, Maret, April sampai Desember.
"Maka setiap bulan-bulannya ada maknanya, Kaisar Agustinus dibuatnya (bulan) Agustus," kata UAS dikutip dari video tausiyahnya yang beredar di media sosial, Kamis (19/12).
UAS melanjutkan penjelasannya, ada pula nama bulan yang terinspirasi dari nama patung, yakni Januari. Patung berkepala dua tersebut menjadi nama awal bulan karena dua kepalanya menghadap ke depan dan ke belakang.
Dia mengungkapkan, Kaisar Julian memiliki kontribusi dalam memberikan nama-nama bulan tersebut. Setelah dia meninggal, kalender ini diambil oleh Paus di Vatikan bernama Paus Gregorius.Nama kalender ini kemudian menjadi Gregorian kalender yang dimodifikasi Paus Gregorius."Ketika PBB, berkumpul bangsa-bangsa, akhirnya PBB mengambil kalender dari Vatikan Gregorian," ujar UAS.
UAS menjelaskan, kerajaan-kerajaan di Indonesia sebenarnya dahulu memakai kalender Hijriyah selanjutnya diseragamkan menjadi kalender yang disepakati PBB mengingat Indonesia merupakan anggota PBB."Maka Abdul Somad pun memakai kalender (yang dipakai PBB) itu," jelas UAS.
Kepada jamaah, UAS menjelaskan perihal pertanyaan, apakah boleh Muslim pakai alat non Muslim? "Tentu boleh, ini kamera ciptaan non Muslim. Termasuk memakai kalender boleh,"kata UAS.
"Tapi ketika sudah masuk dalam ritual, ibadah, meniup terompet, tiupkanlah terompet, itu sudah masuk dalam ritual, lalu kemudian menyala-nyalakan lilin itu sudah ritual, apalagi membuang-buang waktu percuma, apalagi sampai membawa anak gadis orang yang tidak mahram," ujar UAS.
UAS mengatakan, jika kebetulan malam tahun baru itu nanti ada acara zikir di masjid, ustaz-ustaz membuat acara Tabligh Akbar dan dzikir, datanglah ke masjid untuk itikaf. Jika tidak ada acara di masjid, malam tahun baru tidur saja.
UAS mengungkapkan, malam tahun baru yang paling banyak laku, sabu-sabu dan kondom.
Karena itu, UAS mengatakan, tidak ada alasan kalau ditanya Allah kepada bapak bupati dan bapak walikota, kenapa warganya di malam tahun baru tetap buat dosa. Bupati dan walikota menjawab bahwa sudah dibuatkan acara dzikir di masjid, tapi para warga tidak datang.
"Maka mari jaga negeri ini supaya tetap menjadi negeri baldatun toyyibatun warobbun ghofur,"ujar dia.