Penuhi Pasokan Listrik Hingga Luar Jawa, PLN Tingkatkan EBT Skala Besar

PLN hadirkan EBT skala besar dan stabil

PLN
Petugas PLN memeriksa jaringan listrik. (ilustrasi). PLN hadirkan EBT skala besar dan stabil
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTAT— Hingga 2040, sebagai upaya mendukung visi swasembada energi nasional Presiden Prabowo Subianto, PLN membangun peta jalan peningkatan pemanfaatan EBT (surya, angin, hidro, geotermal, dan nuklir) dengan porsi 75 persen (atau sekitar 75 GW).

Baca Juga


Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, menjelaskan akselerasi transisi energi telah mengubah strategi perencanaan PLN.

Dia menjelaskan, kapasitas variable renewable energy atau EBT bersifat intermiten yang dipengaruhi faktor cuaca seperti surya dan angin, akan meningkat drastis.

“Dari yang sebelumnya hanya 5 GW akan dikembangkan menjadi 42 GW, mendominasi kapasitas kelistrikan ke depan,” kata dia, usai pertemuan dengan Head of Energy Modelling, Ali Ghahremanlou, dan Plexos Product Manager, Robert May, beberapa waktu lalu.

"Dulu sistem kelistrikan kita didominasi pembangkit batubara yang bersifat baseload. Maka sistem kelistrikan kita pun lebih sederhana,” kata dia menambahkan, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (20/12/2024).

Sedangkan ke depan, kata dia, sistem akan didominasi pembangkit EBT dari surya dan angin yang bersifat intermiten. Maka sistem kelistrikan akan menjadi lebih kompleks.

Selain itu, kata Darmawan, peningkatan kapasitas EBT yang bersifat intermiten ini juga membutuhkan perubahan skenario pengembangan sektor kelistrikan.

"Dalam memperkuat sistem kelistrikan, kami pun mendesain pengembangan pembangkit fast-response dan battery energy storage system untuk menstabilkan pasokan listrik untuk pelanggan,” terangnya.

Bahkan, kata dia, untuk memastikan kestabilan sistem secara end to end, PLN mempersiapkan juga Smart Grid sebagai operasi kelistrikan terdigitalisasi melalui smart power plant, smart transmission, smart dispatch center, smart distribution sampai smart metering di sisi pelanggan.

BACA JUGA: Mengapa Tentara Suriah Enggan Bertempur Mati-matian Bela Assad?

"Dengan kondisi ini, maka energy modelling yang dulunya simpel, ke depan akan tergantikan dengan energy modelling yang sophisticated," ujarnya.

Selain peningkatan kapasitas variable renewable energy, akan ada juga peningkatan kapasitas pada baseload renewable energy atau EBT skala besar dan bersifat stabil, seperti hidro dan geotermal.

Dari sebelumnya hanya direncanakan sekitar 16 GW, ditingkatkan menjadi 33 GW. Namun pengembangannya menghadapi tantangan jarak antara lokasi pembangkit dengan lokasi demand.

 

Dia menjelaskan, dulu pembangkit-pembangkit fosil yang bersifat baseload bisa dibangun langsung berdekatan dengan pusat-pusat demand. Maka jalur-jalur transmisi pun dibangun dengan jumlah yang minimum.

“Tetapi ke depan akan ada missmatch antara lokasi pembangkit hydro dan geotermal yang jauh dengan pusat-pusat demand," papar Darmawan.

Darmawan menyampaikan bahwa energy modelling yang baru akan dibutuhkan untuk merancang jalur transmisi hijau dari Sumatra dan Kalimantan ke Jawa, serta sepanjang Sulawesi dan juga Nusa Tenggara. Dengan total panjang jalur transmisi hijau baru tersebut sekitar 70 ribu km.

Darmawan mengatakan, diperlukan energy modelling yang juga berbasis spasial sebagai upaya balancing antara pasokan dan demand di seluruh Indonesia. Di mana jalur transmisi hijau tersebut nantinya menyalurkan daya dari lokasi pembangkit hydro dan geotermal yang sangat jauh menuju pusat-pusat demand.

BACA JUGA: Terungkap Agenda Penghancuran Sistematis Gaza Hingga tak Dapat Dihuni dan Peran Inggris

Darmawan menyebutkan, untuk itu keberlanjutan kerja sama dengan Plexos energy modelling system menjadi kunci. Termasuk melakukan comparative study dan benchmarking berbagai sistem kelistrikan negara-negara lain menangani peningkatan kapasitas EBT skala besar.

“Ini sebagai upaya untuk memperkuat perancangan sistem kelistrikan yang jauh lebih robust," tambah Darmawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler