Kata Pakar tentang Mengapa Penyesalan Datang di Akhir
Penyesalan berkisar pada kesalahan telah dilakukan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyesalan selalu berada di akhir. Ketika hal tersebut datang, biasanya seseorang diliputi rasa ingin meminta maaf, hendak mengulang masa lalu, dan berlimpah kesedihan.
Setiap orang memiliki penyesalan, namun Anda selalu membayangkan bahwa penyesalan tersebut berkisar pada kesalahan telah dilakukan. Mungkin Anda menyesal membatalkan pernikahan Anda. Mungkin Anda berharap Anda tidak menikah dengan pria pilihan Anda. Mungkin Anda ingin berhenti dari pekerjaan dan pindah ke Bali, namun Anda khawatir pilihannya salah.
Kita terlalu fokus pada keputusan yang kita buat saat ini, namun sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Emotion menunjukkan bahwa pepatah lama masih berlaku: bukan hal-hal yang Anda lakukan dalam hidup yang Anda sesali, melainkan hal-hal yang tidak Anda lakukan. Mengerjakan.
Akibat dari tidak mengikuti kata hati Anda adalah menghabiskan sisa hidup Anda dengan harapan yang Anda miliki
Psikolog mengidentifikasi tiga elemen yang membentuk perasaan diri seseorang. Diri Anda yang sebenarnya terdiri dari kualitas-kualitas yang Anda yakini Anda miliki. Diri ideal Anda terdiri dari kualitas-kualitas yang ingin Anda miliki. Diri Anda yang seharusnya adalah orang yang Anda rasa seharusnya, sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab Anda.
Dalam survei tanggapan ratusan partisipan, para peneliti menemukan bahwa, ketika diminta menyebutkan satu-satunya penyesalan terbesar dalam hidup mereka, 76 persen partisipan mengatakan bahwa hal tersebut tidak memenuhi idealisme mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin memiliki sikap yang salah dalam menghindari penyesalan. Kita hidup di dunia di mana kita diberitahu bahwa kita akan memiliki kehidupan yang menyenangkan jika kita mengikuti aturan. Jadi, Anda berpikir bahwa jika Anda melakukan semua hal yang masyarakat harapkan dari Anda - menikah pada waktu yang tepat, menghasilkan cukup uang, dan bertindak seperti orang baik - Anda akan merasa bahagia dan puas dengan hidup Anda. Tapi itu semua adalah kualitas yang terkait dengan diri Anda yang sebenarnya, yang menurut penelitian hanya sedikit orang yang menyesalinya. Namun jika menyangkut impian dan aspirasi Anda, orang cenderung membiarkannya berlalu begitu saja tanpa disadari, dan itulah yang benar-benar menyakitkan di kemudian hari.
Orang lebih cepat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kegagalan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya (penyesalan yang seharusnya terjadi) dibandingkan kegagalan dalam mewujudkan tujuan dan aspirasinya (penyesalan yang berhubungan dengan ideal).
Ketika kita mengevaluasi kehidupan kita, kita memikirkan apakah kita sedang menuju ke arah diri kita yang ideal, menjadi orang yang kita inginkan. Itulah penyesalan-penyesalan yang bakal melekat pada diri Anda, karena itulah yang Anda lihat melalui kaca depan kehidupan. Dalam jangka pendek, orang-orang lebih menyesali tindakan mereka daripada tidak bertindak, namun dalam jangka panjang, penyesalan karena tidak bertindak akan bertahan lebih lama.
Hal ini juga menyiratkan bahwa kita perlu berhenti membuat alasan atas kelambanan kita sendiri. Jadi pelajari bahasa yang selalu ingin Anda pelajari, lakukan perjalanan backpacking ke Eropa yang sudah lama Anda bicarakan, tulis buku itu, dapatkan pekerjaan itu dan jadilah pelajar lagi.
Ibrah Umar bin Khatab
Dalam buku Nashaihul Ibad karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni menjelaskan bahwa Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu menjelaskan empat macam lautan. Salah satu di antaranya adalah kubur adalah lautan penyesalan.
Umar bin Khattab mengatakan lautan atau samudra itu ada empat macam. Yaitu hawa nafsu sebagai lautan dosa, nafsu sebagai lautan syahwat atau keinginan, maut sebagai lautan umur, dan kubur sebagai lautan penyesalan.
Pertama, hawa nafsu adalah keinginan nafsu untuk memenuhi kehendak yang bertentangan dengan syara atau hukum Allah SWT. Hawa nafsu merupakan sumber dari segala perbuatan dosa.
Kedua, nafsu adalah bagian jiwa yang berpotensi mendorong pada hasrat keinginan biologis dan mengajak diri pada berbagai kelezatan. Nafsu inilah yang menjadi sumber timbulnya kejelekan dan perangai tercela.
Ketiga, kematian sebagai lautan umur maksudnya adalah bahwa kematian itu menghimpun seluruh umur. Dalam naskah lain diterangkan kematian sebagai lautan amal (bukan umur). Ini sebagaimana yang dikatakan orang yakni bahwa kematian itu adalah peti amal.
Keempat, kubur sebagai lautan penyesalan maksudnya adalah bahwa di dalam kuburlah terjadinya berbagai penyesalan atas segala perbuatan yang telah dilakukannya di dunia.
Penjelasan ini dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.
Di dalam Alquran juga diungkapkan bahwa sedekah merupakan perkara yang paling ingin dilakukan orang yang meninggal seandainya dia dihidupkan lagi ke dunia.
وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Al Munafiqun ayat 10).
Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah itu dapat memadamkan murka Allah dan mencegah dari keadaan mati yang jelek." (HR Tirmidzi).
Imam Al Baihaqi dari riwayat Ali bin Abi Thalib yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Segeralah bersedekah! Sungguhlah, musibah tidak dapat melangkahinya.”
Maksudnya adalah bahwa sedekah itu merupakan bendungan atau tanggul yang kokoh kuat terhadap musibah (bala). Musibah tidak akan dapat menerjangnya.