Tragedi Jeju Air, Mengapa Diujung Landasan Ada Tembok?
Banyak hal yang dinilai tak masuk akal dalam tragedi Jeju Air.
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Penyebab kecelakaan Jeju Air yang menewaskan 179 awak dan penumpang pesawat masih belum jelas. Para pejabat mensinyalir tabrakan burung sebagai kemungkinan alasan pesawat mendarat tidak dengan sempurna.
Namun, para ahli yang meninjau detik-detik rekaman pesawat meledak setelah menabrak dinding bertanya-tanya, apakah konstruksi bandara itu dapat dibenarkan.
AFP seperti dilansir dari laman the Guardian telah berbicara dengan Kim Kwang-il, Profesor Ilmu Aeronautika di Universitas Silla dan seorang mantan pilot, yang mengatakan seharusnya tidak ada 'struktur kokoh' di area itu sama sekali.
"Biasanya, di ujung landasan pacu, tidak ada penghalang yang kokoh seperti itu - itu melanggar standar keselamatan penerbangan internasional," katanya.
"Struktur yang dimaksud menyebabkan pesawat bertabrakan dan terbakar."
Di luar bandara, kata ia, biasanya hanya ada pagar, yang lunak dan tidak akan menyebabkan kerusakan yang signifikan. Pesawat bisa saja tergelincir lebih jauh dan berhenti secara alami.
"Struktur yang tidak perlu itu sangat disesalkan."
Geoffrey Thomas, editor Airline News, mengatakan kepada BBC banyak hal tentang tragedi ini tidak masuk akal".
Ia mengatakan Korea Selatan dan maskapainya dianggap sebagai praktik terbaik industri dan bahwa pesawat dan maskapai memiliki catatan keselamatan yang sangat baik.
Mendarat arah berlawanan
"Pada titik ini, ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban yang kita miliki," Gregory Alegi yang juga seorang jurnalis penerbangan dan mantan guru di akademi angkatan udara Italia kepada kantor berita Reuters.
"Mengapa pesawat melaju begitu cepat? Mengapa sayapnya tidak terbuka? Mengapa roda pendaratan tidak diturunkan?"
Penjabat presiden Korea Selatan Choi Sang-mok telah memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai penerbangan negara itu. Sementara Seoul juga meninjau rencana untuk melakukan pemeriksaan khusus" terhadap semua Boeing 737-800 yang beroperasi di negara itu.
Pejabat transportasi Korea Selatan mengatakan pesawat mengalami kesulitan saat hendak mendarat - dan pilot yang memiliki lebih dari 6.800 jam terbang, membatalkan upaya pertama karena gangguan burung.
Segera setelah itu, pilot mengeluarkan panggilan mayday dan diizinkan mendarat di arah yang berlawanan dari biasanya. Ini yang mungkin menjawab mengapa ada tembok di ujung landasan karena pesawat tidak mendarat pada posisi seharusnya.
Para pejabat menduga tabrakan burung dan cuaca buruk mungkin menjadi penyebabnya, tetapi para ahli penerbangan mempertanyakan apakah hal-hal ini cukup untuk menyebabkan kecelakaan yang mematikan tersebut.