Korea Selatan Periksa Seluruh Boeing 737-800 Pascainsiden Jeju Air
Jeju Air mengoperasikan 39 uni pesawat Boeing 737-800.
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Otoritas Korea Selatan akan memeriksa seluruh pesawat Boeing 737-800 di negara tersebut pascainsiden jatuhnya pesawat di Bandara Internasional Muan, kata Kementerian Transportasi. Pesawat Boeing 737-800 penerbangan 7C 2216 milik Jeju Air terbang dari Bangkok, Thailand tujuan Muan, Korea Selatan pada Ahad (29/12/2024).
Pesawat yang membawa 181 orang tersebut keluar landasan pacu saat mendarat, sebelum akhirnya menabrak pagar beton di bandara. Akibatnya, 179 orang tewas dan hanya dua orang yang dilaporkan selamat dalam insiden tersebut.
Kementerian itu mengatakan akan melakukan pemeriksaan khusus terhadap pesawat Boeing 737-800 milik semua maskapai penerbangan lokal guna "menganalisis sistem perawatan secara detail".
"Kami akan memeriksa dengan cermat berbagai aspek seperti tingkat pengoperasian pesawat, catatan pemeriksaan serta perawatan sebelum dan sesudah penerbangan untuk memastikan semua peraturan telah dipatuhi", kata kementerian itu, seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Menurut Sistem Informasi Teknologi Penerbangan (ATIS), Korea Selatan mengoperasikan total 101 unit pesawat 737-800 yang digunakan maskapai penerbangan, yang mayoritas berbiaya murah.
Adapun maskapai tersebut yakni, Jeju Air yang mengoperasikan 39 pesawat, T'way Air mengoperasikan 27 pesawat, Jin Air mengoperasikan 19 pesawat, Eastar Jet mengoperasikan 10 pesawat, Air Incheon mengoperasikan empat pesawat dan Korean Air mengoperasikan dua pesawat.
Pada Senin pagi pesawat lainnya milik Jeju Air mengalami masalah pada roda pendaratan dan telah kembali ke bandara asal penerbangan. Disebutkan bahwa pesawat yang jatuh di Muan mengalami masalah serupa pada roda pesawat.
Pesawat Jeju Air yang jatuh di wilayah barat daya Korea Selatan adalah Boeing 737-800, model yang banyak digunakan di seluruh dunia. Menurut Cirium, penyedia data penerbangan, 15 persen dari total pesawat yang ada di dunia adalah Boeing 737-800.
Pesawat tersebut termasuk dalam keluarga jet Next-Generation 737 milik perusahaan tersebut, cikal bakal 737 Max yang lebih modern, yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal lebih dari lima tahun lalu yang menyebabkan penghentian operasional armada Max secara global.
Dilansir The New York Times, Senin (30/12/2024), hampir 200 maskapai penerbangan menggunakan 737-800, termasuk lima maskapai di Korea Selatan: Jeju Air, T’way Air, Jin Air, Eastar Jet, dan Korean Air. Pesawat ini populer di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, dan Boeing telah mengirimkan sekitar 5.000 unit kepada pelanggan sejak 1998.
"Pesawat yang dimaksud sangat aman dan memiliki catatan keselamatan yang baik," kata Najmedin Meshkati, seorang profesor teknik di University of Southern California yang telah mempelajari sejarah keselamatan lini Boeing 737.
Usia armada global pesawat 737-800 berkisar antara sekitar 5 tahun hingga lebih dari 27 tahun. Jet penumpang yang dirawat dengan baik dapat terbang 20 hingga 30 tahun atau bahkan lebih lama.
Menurut situs pelacakan penerbangan Flightradar24, pesawat yang jatuh itu berusia 15 tahun. Ryanair di Eropa adalah maskapai pertama yang mengoperasikan pesawat tersebut, yang disewakan kepada Jeju Air pada tahun 2017 oleh SMBC Aviation Capital, menurut Cirium.