Seorang Residivis Tembak Mati Sepuluh Orang, Termasuk Dua Bocah

Residivis itu pernah ditahan karena kepemilikan senjata api ilegal.

Senjata api (Ilustrasi)
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pria yang gagal mengendalikan emosi akan menjadi sangat berbahaya jika membawa senjata api. Jika suatu saat emosinya naik hanya karena masalah sepele, sangat mungkin dia akan menggunakan senjata api sebagai solusi.

Baca Juga


Hal itu dialami seorang pria bersenjata api di kota Cetinje, Montenegro, kata Menteri Dalam Negeri Montenegro Danilo Saranovic. Dia menembak mati sedikitnya 10 orang, termasuk dua anak-anak.

Pada Rabu (1/1), departemen kepolisian Montenegro mengatakan bahwa pada sore hari, seorang pria menembak beberapa orang dan kemudian melarikan diri.

"Penembak diduga membunuh sedikitnya 10 orang, dua di antaranya adalah anak di bawah umur," kata Saranovic kepada wartawan pada Rabu, seraya menambahkan bahwa ayah dari anak-anak yang tewas tersebut juga ditembak mati.

Tersangka juga membunuh beberapa anggota keluarganya sendiri, tambah Saranovic.

Media Montenegro melaporkan bahwa sebelum serangan itu, penembak bertengkar dengan salah satu korban, kemudian pulang untuk mengambil senjata, kembali ke sebuah kafe dan membunuh serta melukai beberapa orang. Setelah itu, dia membunuh anak-anak pemilik kafe dan seorang perempuan.

Penembak itu dilaporkan dikenal sebagai seseorang yang kerap berperilaku agresif dan sebelumnya telah ditahan karena kepemilikan senjata ilegal.

Tes psikologis

Tes psikologi bagi pemegang senjata api genggam menjadi syarat mutlak. Tujuannya untuk memastikan bahwa setiap individu yang memegang senjata api genggam memiliki kondisi mental yang stabil dan tidak berisiko bagi keamanan publik.

Dengan tes tersebut, pemilik senjata api akan dilihat apakah layak atau tidak menggunakan senjata api genggam. Oleh karena itu, tes psikologi dianggap sebagai langkah preventif untuk menilai faktor-faktor psikologis seperti kontrol emosi dan potensi gangguan mental yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menggunakan senjata api genggam secara aman.

Tes psikologi ini bukan hanya untuk memeriksa kesehatan mental pemegang senjata, tetapi juga untuk memastikan bahwa mereka dapat bertanggung jawab dan tidak menyalahgunakan kewenangan yang diberikan yang wajib dijalani oleh pemegang senjata api genggam meliputi serangkaian evaluasi yang dilakukan oleh psikolog berlisensi.

Beberapa tes yang dilakukan antara lain penilaian terhadap kestabilan emosi, kemampuan membuat keputusan, serta potensi kecenderungan kekerasan atau gangguan mental lainnya. Hasil dari tes ini akan menjadi bagian dari pertimbangan apakah seseorang layak untuk mempertahankan izin kepemilikan senjata api genggam.

Kondisi psikologi sangat penting untuk memastikan bahwa pemegang senjata tidak hanya memiliki kemampuan fisik dalam mengoperasikan senjata, tetapi juga memiliki kontrol diri dan pemahaman yang baik tentang tanggung jawab serta dampak terhadap pemegang senjata dan masyarakat.

Senjata api adalah senjata yang melepaskan satu atau lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh pembakaran suatu bahan yang dapat meledak (propelan). Proses pembakaran cepat secara tekhnis disebut deflagrasi.

Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap, cardite, atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan lintasan.

Pada keadaan cemas, seseorang pemegang senjata api sering menjadi iritabel (mudah tersinggung) dan mudah marah akibat ketidakstabilan emosi. Faktor-faktor yang penyebab kecemasan anatar lain; (Bahaya mengancam) rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.

Bisa juga karena tersinggung yang menyebabkan kemarahan yang memuncak. Terkait hal ini, sangat mungkin dialami si pria penembak di Montenegro, seperti yang tertulis di bagian awal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler