Tentara IDF Penjahat Perang Diburu di Delapan Negara

Seribu tentara Israel kedapatan mengunggah kejahatan perang mereka di Gaza.

AP Photo/Ohad Zwigenberg
Seorang tentara Israel melompat ke tanah untuk berlindung mendengar sirine di Selatan Israel, 2023 lalu.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintahan Israel mengungkapkan, sedikitnya 12 investigasi telah diluncurkan terhadap tentara pasukan penjajahan Israel (IDF) sehubungan dengan kejahatan perang yang dilakukan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Belasan tentara itu dilaporkan terpaksa melarikan diri dari delapan negara yang mereka kunjungi.

Baca Juga


Channel 12 melaporkan penyelidikan terhadap kejahatan perang itu dimulai di berbagai negara. Diantaranya Brasil, Sri Lanka, Thailand, Belgia, Belanda, Serbia, Irlandia, dan Siprus. Negara-negara itu telah meningkatkan pengawasan terhadap tindakan militer "Israel" di Jalur Gaza. 

Laporan tersebut didasarkan pada data yang disampaikan pada Ahad kepada subkomite kabinet keamanan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar. Para tentara yang sedang diselidiki disarankan oleh otoritas Israel untuk meninggalkan negara yang melakukan penyelidikan untuk menghindari dampak hukum. Hingga saat ini, belum ada penangkapan yang dilakukan.

Salah satu kasus penting menyangkut seorang tentara yang terlibat dalam penghancuran rumah-rumah warga sipil di Gaza sebagai bagian dari kampanye genosida pendudukan Israel. Pihak berwenang Brazil memerintahkan penyelidikan atas tindakannya, memaksanya meninggalkan negara tersebut, berdasarkan rekomendasi dari pihak berwenang Israel.

Media Israel juga menyoroti kasus empat tentara yang diselidiki di empat negara: Afrika Selatan, Sri Lanka, Brasil, dan Prancis. Investigasi tersebut bermula dari pengaduan yang diajukan oleh organisasi Palestina Hind Rajab Foundation (HRF), yang secara aktif memantau pergerakan tentara Israel di luar negeri dan mencari tindakan hukum terhadap mereka. 

Channel 13 melaporkan, "Investigasi ini menandai awal dari kenyataan yang akan menemani kita dalam waktu lama." Meningkatnya kekhawatiran di Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kehakiman Israel atas insiden-insiden ini menunjukkan potensi pembatasan perjalanan bagi tentara Israel.


Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengkritik keras cara kepemimpinannya dalam menangani situasi tersebut, dengan menyatakan, "Fakta bahwa seorang tentara cadangan Israel harus meninggalkan Brasil pada malam hari untuk menghindari penangkapan karena melakukan tindakan di Gaza merupakan kegagalan politik besar-besaran dari pemerintah." 

Lapid lebih lanjut mempertanyakan efektivitas kepemimpinan saat ini dibandingkan dengan upaya Palestina di panggung internasional, dan menyerukan komite investigasi formal dan strategi media yang kuat untuk melindungi kepentingan hukum dan politik “Israel”.

Awal Desember, IDF dilaporkan memperingatkan puluhan tentaranya agar tidak bepergian ke luar negeri, setelah sekitar 30 tentara yang bertempur di Gaza jadi sasaran tuntutan kejahatan perang terhadap mereka.

Dalam delapan kasus, tentara yang melakukan perjalanan ke luar negeri segera diminta kembali karena khawatir mereka akan ditangkap atau diinterogasi oleh negara yang mereka kunjungi, situs berita Ynet melaporkan. Para prajurit itu mengunjungi Siprus, Slovenia, dan Belanda.

Peta Keanggotaan ICC - (Reddit)

Tentara penjajah Israel yang mengambil bagian dalam perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah diperingatkan agar tidak mengunggah foto medan perang secara online karena kekhawatiran akan potensi penuntutan di luar negeri, Press TV melaporkan pada Desember.

Hal ini terjadi sebulan setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan “kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.”

Beberapa tentara Israel yang terlibat dalam genosida di Gaza menggunakan platform media sosial untuk mendokumentasikan tindakan mereka di Jalur Palestina yang terkepung. Mereka menyombongkan tentang kejahatan mereka terhadap penduduk dan infrastruktur di wilayah tersebut.

"Jangan memposting foto diri Anda di medan perang Gaza atau di tempat lain. Bahkan jangan memposting sama sekali di media sosial," sebuah postingan di X memperingatkan dari akun yang mengaku berafiliasi dengan badan intelijen Mossad "Israel".

Peringatan tersebut memperingatkan tentara bahwa informasi mereka dapat dibagikan ke negara-negara yang mungkin mereka kunjungi di masa depan, sehingga membuat mereka berpotensi ditangkap. "Liburanmu akan berubah menjadi mimpi buruk," tambah postingan itu.

Menanggapi peringatan ini, Yayasan Hind Rajab menyatakan, "Sudah terlambat; bukti telah didokumentasikan. Penjahat perang yang pada dasarnya memberikan kesaksian melawan diri mereka sendiri tidak akan lolos dari keadilan."

Sekitar seribu tentara Israel telah dilacak yayasan itu melakukan kejahatan perang dan mengunggahnya di media sosial. Sebanyak 4.000 bukti dikumpulkan untuk menguatkan dugaan itu.

Yayasan tersebut menyandang nama Hind Rajab, seorang gadis berusia lima tahun yang jadi simbol pedih penderitaan Gaza. Hind sedang bepergian bersama pamannya, istrinya, dan ketiga anak mereka pada 29 Januari 2024, melarikan diri dari lingkungan Tel al-Hawa di Kota Gaza, ketika kendaraan mereka menjadi sasaran tembakan Israel.

Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler