Cegah HMPV Masuk, Kepri Tingkatkan Pengawasan di Pintu-Pintu Masuk Pelabuhan dan Bandara

Para penumpang di pintu masuk pelabuhan dan bandara wajib menjalani pengukuran suhu.

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Seorang penumpang kapal dari Malaysia menjalani pemeriksaan suhu tubuh di Terminal Ketibaan Pelabuhan Dumai, Riau, Senin (6/1/2025). Otoritas kesehatan (KKP) di pelabuhan tersebut meningkatkan pengawasan kesehatan terhadap penumpang kapal yang tiba dari luar negeri untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya seperti gejala flu dan demam yang diakibatkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, KEPULAUAN RIAU -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) meningkatkan pengawasan di pintu-pintu masuk pelabuhan maupun bandara internasional guna mencegah penyebaran penyakit human metapneumovirus (HMPV) yang belakangan merebak di China. Para penumpang di pelabuhan dan bandara internasional wajib melalui pemeriksaan suhu.

Baca Juga


"Termasuk lalu lintas penumpang dari Malaysia, karena virus HMPV ini sudah ditemukan di negara tetangga, sementara kita tahu mobilitas perjalanan laut antar Malaysia dan Kepri cukup tinggi," kata dia di Kepala Dinkes Kepri Mochammad Bisri, Selasa (7/1/2025).

Bisri menyampaikan sejauh ini belum ditemukan kasus virus HMPV di Kepri, namun semua pihak tetap harus waspada melakukan upaya pencegahan sejak dini. Ia mengatakan HMPV dapat menular melalui droplet. Gejalanya mirip dengan Covid-19, seperti flu, batuk, pilek, dan sesak napas.

Bagi yang mengalami gejala tersebut diimbau dapat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. "Namun demikian, virus HMPV tidak seganas Covid-19. Dampaknya pun lebih ringan," ujar dia.

Bisri melanjutkan HMPV rawan menyerang anak-anak dan lanjut usia. Selain itu, berisiko menyerang warga yang mempunyai masalah paru-paru, seperti asma. Virus ini dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, mulai dari mencuci tangan, memakai masker, serta tidak memegang benda-benda sembarangan apalagi bekas dipegang orang lain.

"Warga tidak perlu panik, tapi patut waspada dan terapkan pola hidup sehat," ucap dia.

Ia menambahkan sampai saat ini belum ada peringatan khusus dari Kementerian Kesehatan RI perihal kasus HMPV. Apalagi virus ini sudah ada sejak lama atau tahun 2001, sehingga bukan hal baru atau menghebohkan seperti Covid-19.


 

 

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, HMPV sudah ada di Indonesia sejak lama dan bukan penyakit mematikan. Meski demikian, kata Budi, publik tetap perlu melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti istirahat yang cukup.

"Apakah HMPV ini ada di Indonesia? HMPV ini sudah ada di Indonesia sudah lama. Kalau dicek, apakah sekarang ada? Ada. Mungkin teman-teman juga yang ada di depan saya ini kalau dicek, ada juga yang kena kalau batuk-batuk," kata Budi usai acara pelepasan Peserta Fellowship Kardiointervensi ke China dan Jepang di Jakarta, Senin (7/1/2025).

Budi menyebutkan bahwa HMPV adalah virus lama yang ditemukan pada 2001 dan sudah beredar di seluruh dunia sejak itu, dan selama ini tidak ada kejadian besar akibat itu. Selain itu, dia pun menepis pemberitaan tentang naiknya kasus HMPV di China.

"Nomor dua, apakah HMPV naik tinggi di China tahun 2024? Tidak benar juga. Sudah dibantah sama Pemerintah China, sudah dibantah juga oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Jadi itu hoaks berita itu, ya, teman-teman," kata Budi menambahkan.

Dia menambahkan, virus yang merebak di China bukan HMPV, melainkan H1N1 atau virus influenza biasa. Secara prevalensi, katanya, di China, HMPV menempati urutan ketiga.

"Bahwa setiap musim dingin itu terjadi kenaikan (H1N1) di negara-negara empat musim itu, iya. Di China pun demikian," ujarnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler