Kebakaran Hutan di Los Angeles Picu Krisis Asuransi California

Perusahaan asuransi mungkin kesulitan untuk menanggung kerusakan akibat kebakaran.

AP Photo/Etienne Laurent
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kebakaran besar yang melanda kawasan Pacific Palisades, Los Angeles, California, Selasa (7/1/2025) waktu setempat. Kebakaran hutan yang dipicu oleh angin kencang melanda lereng bukit Los Angeles, menghanguskan sedikitnya 770 hektare lahan termasuk permukiman warga. Kebakaran terus meluas akibat hembusan angin kencang. Evakuasi sedang dilakukan karena potensi ancaman terhadap nyawa dan harta benda. Sebanyak 30.000 orang dievakuasi akibat kebakaran tersebut yang saat ini terus meluas.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kebakaran hutan mematikan di Los Angeles (LA), yang telah berlangsung selama delapan hari telah menghancurkan ribuan bangunan dan mengungkapkan krisis yang semakin dalam di sektor asuransi California.

Baca Juga


Lebih dari 37 ribu hektare lahan terbakar sejak malam 7 Januari di berbagai wilayah LA, menyebar dengan cepat karena tiupan angin kencang. Lebih dari 12 ribu bangunan rusak atau tidak dapat digunakan akibat kebakaran hutan tersebut, dengan kerugian ekonomi yang diperkirakan dapat mencapai 150 miliar dolar AS (sekitar Rp 2,4 kuadriliun), sementara jumlah korban tewas telah mencapai 24 orang.

Para ahli memperingatkan perusahaan asuransi mungkin kesulitan untuk menanggung kerusakan yang luas akibat kebakaran hutan ini. Perubahan iklim telah menyebabkan banjir, badai, dan kebakaran hutan di California, negara bagian dengan populasi terbesar di AS, yang membuat semakin sulit bagi pemilik rumah di daerah berisiko tinggi untuk mendapatkan atau membayar asuransi.

Perusahaan-perusahaan asuransi telah mengurangi penerbitan polis baru di daerah berisiko tinggi dan, dalam beberapa kasus, tidak memperbarui polis yang sudah ada, dan meninggalkan banyak pemilik properti tanpa perlindungan setelah bencana ini terjadi.

Tingginya jumlah pembatalan polis dan kelalaian perusahaan asuransi telah menarik perhatian luas. Pemilik properti di daerah terdampak melaporkan perusahaan asuransi besar telah menarik perlindungan kebakaran sebelum kebakaran dimulai.

Wakil Presiden Kamala Harris juga menyoroti banyak perusahaan asuransi yang membatalkan polis, memperburuk kesulitan bagi keluarga-keluarga yang terdampak.

Laporan menunjukkan tujuh dari 12 perusahaan asuransi terbesar berdasarkan pangsa pasar telah menghentikan atau membatasi penerbitan polis baru di California. Sebelum kebakaran hutan, sekitar satu dari setiap tujuh rumah di negara bagian itu memiliki polis asuransi kebakaran minimum.

Namun, perusahaan asuransi membatalkan puluhan ribu polis untuk memastikan keberlanjutan keuangan mereka.

State Farm General, salah satu perusahaan asuransi rumah terbesar di California, mengumumkan pada Maret 2024, mereka tidak akan memperbarui polis asuransi untuk 30 ribu pemilik rumah.

Perusahaan asuransi seperti Chubb, anak perusahaannya, dan Allstate juga menghentikan penerbitan polis baru untuk rumah bernilai tinggi di daerah berisiko tinggi. Akibatnya, banyak korban kebakaran hutan yang tidak memiliki perlindungan untuk kerugian mereka karena perusahaan asuransi gagal memperbarui polis sebelum bencana terjadi.

State Farm General melaporkan pada 10 Januari, mereka mulai memproses sekitar 4.400 klaim asuransi rumah dan kendaraan dan telah mengganti kerugian sebesar jutaan dolar kepada pelanggan mereka.

Kerusakan properti yang luas akibat kebakaran hutan, ditambah dengan harga properti yang tinggi di California dan lingkungan asuransi yang tidak menentu, membuat penduduk sulit mengakses asuransi di masa depan.

Sementara jumlah kerugian finansial akibat kebakaran hutan di kawasan LA masih dalam perhitungan, para ahli menyarankan bahwa bencana ini bisa menjadi yang termahal dalam sejarah AS, berpotensi mencapai miliaran dolar. Kerusakan terus meningkat karena kebakaran belum sepenuhnya dapat dipadamkan.

AccuWeather telah merevisi perkiraan awalnya mengenai total kerugian menjadi 150 miliar dolar AS, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang lebih dari 57 miliar dolar AS (sekitar Rp 927,3 triliun) pada pekan lalu.

Dilansir laman Anadolu Agency, Jonathan Porter, wakil presiden senior AccuWeather, menyatakan total kerusakan dan kerugian ekonomi bisa mencakup hampir 4 persen dari produk domestik bruto tahunan California.

Perkiraan tersebut mencakup penilaian menyeluruh tentang kerusakan, termasuk penghancuran rumah, infrastruktur, layanan, biaya evakuasi, biaya pembangunan kembali dan relokasi, pembersihan, pemulihan, kebutuhan tempat penampungan darurat, dan biaya medis.


Analisis JPMorgan memperkirakan bahwa kerugian yang diasuransikan akibat kebakaran hutan bisa melebihi 20 miliar dolar AS (sekitar Rp 325,38 triliun), dengan total kerugian yang diperkirakan akan terus meningkat selama kebakaran masih berlangsung.

Perusahaan pemeringkat kredit Morningstar DBRS memperkirakan bahwa kerugian yang diasuransikan dapat melebihi 8 miliar dolar AS (sekitar Rp 130,15 triliun), tergantung pada jumlah akhir properti yang terdampak.

Presiden Joe Biden mengumumkan pekan lalu bahwa pemerintah federal akan menanggung biaya selama enam bulan, dengan menggerakkan semua sumber daya yang tersedia untuk memerangi kebakaran hutan. Ia juga menyatakan pemerintah federal akan menanggung 100 persen dari biaya bencana ini.

Sementara itu, harga saham perusahaan asuransi mengalami penurunan, karena reputasi mereka terdampak.

Saham Allstate turun 5,6 persen, Chubb turun 3,4 persen, Travelers turun 4,3 persen, American International Group turun 1,3 persen, dan Mercury General mengalami penurunan hampir 20 persen pada Jumat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler